Catatan untuk ‘PENYAIR (ITU) BODOH
Ahmad Kekal Hamdani
http://www.sastra-indonesia.com/
2 Paragraf Pertama Tentang Penyair dan Kebodohan
Beberapa bulan yang lalu (entah tepatnya kapan), saya mendapatkan sebuah buku antologi puisi “Penyair (itu) Bodoh” karya seorang kawan di Yogyakarta; Dea Anugrah mahasiswa Filsafat UGM, sahabat saya yang mirip Chow Yun-Fat itu. tapi tentu saja dia bukan penjudi, tapi penyair yang bodoh. Dan atas kebodohannya itu, saya nyaris jatuh cinta kepadanya. Secara pribadi (kepenyairan) dia memang bodoh setengah mati, bayangkan saja; tanpa banyak nulis di Koran dia sudah berani menerbitkan buku puisinya itu, yang sama-saja tingkat kebodohannya. yah, karena memang tidak banyak penyair yang mau menuju ‘bodoh’ seperti dirinya. Ini tentu saja karena, kebodohan, kecerobohan dan ketololan hanya dimiliki oleh mereka-mereka yang masih berjiwa muda (dalam hal ini saya sama mudanya) yang nota-bene tak gentar pada yang namanya kalah dan disingkirkan (terlepas kawan saya ini menyadarinya atau tidak). Nah yang Intelek, Masyhur, dan Terkenal itu cuma golongan tua (atau yang menuakan diri) yang hampir-hampir impoten dan kebal rangsang! dan satu lagi yang membuat saya ingin mencium kawan saya ini, dia begitu bangga dengan kebodohannya! busyet, dia memang benar-benar bukan penyair yang sudah tua. Saya mendapati ekspresi yang hidup dan real dari interaksi dengan orang-orang bodoh dan muda seperti dia, sebagaimana juga diri saya.
Saat itu kebetulan saya menjadi Moderator dalam acara bedah bukunya. Banyak kawan-kawan penulis yang hadir dan ikut memeriahkan, termasuk juga Saut Situmorang(kebetulan juga saat itu beliau pembicara) dan Katrin Bandel. Di sinilah saya mendapati orang-orang bodoh dengan berbagai macam kebodohannya, ada yang bodoh amat, ada yang setengah bodoh dan ada juga yang baru belajar menjadi ‘Bodoh’. Setelah diskusi berjalan cukup lama, percakapan semakin mengarah pada kebodohan, mereka ingat luka-luka itu sembari tertawa-tawa, ada juga yang bertanya ’saya sebenarnya bodoh gak sih?’ lugu. Tiba-tiba saya jadi berpikir dengan pintarnya ‘Apa yang sebenarnya terjadi adalah benih kebaruan, meski tak baru-baru amat. Tentang bagaimana mencoba membagun muara lain dari kesusastraan, dan kebaruan ini harus dimulai dengan begitu banyak kebodohan! penyair selalu membangun pengertian tentang dirinya sendiri dari saat ke saat, ini saatnya membangun kebaruan itu dengan jalan menuju ‘Kebodohan’ itu!. Dea, telah mulai melakukannya.
5 Paragraf Tentang Meledakkan ‘Kemewahan naif’ Kepenyairan
Ada yang tidak bisa dipungkiri dari seorang penyair (terutama yang pintar), yakni perihal kemasyhuran. Ini salah satu obat bagi kesakitan-kesakitan, tapi obat ini juga semacam racun yang diperas dari para zombie. dan cawan dari obat-obat ini begitu banyak, ada yang namanya koran (semacam kertas lebar yang berisi sampah-sampah harian), ada majalah (Biasanya memuat sampah itu satu bulan sekali), ada Buku, ada Panggung, ada Mimbar juga dengan segala mimpi kebesarannya. Oleh karena itu, dengan pikiran saya yang masih pintar, saya akan mengajukan pandangan bodoh saya tentang kepenyairan. Yang nantinya akan mengarah kepada kebodohan-kebodohan yang lain, terutama kebodohan Dea Anugrah yang setengah mati itu!
Dalam terminologi kebodohan dalam kepala saya, seharusnya ada tiga wilayah dalam memetakan kesusastraan Indonesia dan dunia pada umumnya. pertama, Dunia yang ‘politis’ (bukan politik tapi saya tekankan sekali lagi, dunia yang politis). Kedua, sastra dan sastrawan itu secara an-sich. Dan yang terakhir adalah masyarakat bersih (yakni masyarakat awam yang perlu disodori sampah-sampah yang dimuat dalam kesusastraan selama berabad-abad). Tiga wilayah ini harus didudukkan secara seimbang dan merata, mari satu persatu kita adili tiga hal ini.
Di sini, dunia yang politis bukanlah dunia politik, bila dalam bahasa Ricoeur adalah “The Political” atau “Yang Politis” bukan “Politics”. Tapi perihal letupan-letupan sosial antara kehendak ingin bertahan dan menguasai, serta kehendak ingin menerima dan terbuka. Kesusastraan berada dan terlibat di dalamnya. Seorang gila penghancur modernisme, yang lebih akrab saya panggil Kanjeng Kyai Nietzche pernah mengatakan bahwa kita dibangun oleh kehendak itu. Kehendak untuk berkuasa , tentu dengan penjabaran dan perumpamaan yang perlu dipikir tidak sebentar. Pandangan ‘dunia politis’ ini perlu dicercap dan dirasai oleh mereka yang hendak Nyastra, sebab menulis sastra sama halnya bertindak politis, yakni menggelembungkan ruang dalam diri ke ruang batin sosial.
Setelah Sastra dan Sastrawan, yakni masyarakat bersih. Yakni masyarakat awam sastra, yang sebenarnya kalau kita mau berpikir bodoh merekalah seharusnya subjek yang terlibat dalam transliterasi antara dunia real dan kesusastraan. Nah, walau tidak terang-terangan mengatakan anti koran sobat Dea Anugrah ini telah mengenyahkan jauh-jauh legitimasi kepenyairan koran itu. Bila ditelisik lebih lanjut (entah ini disadari tidak oleh Dea) ini akan menjadi gerakan kesusastraan baru yang sebenarnya ini sudah menjadi perbincangan cukup lama di komunitas saya berproses, sebuah gerakan, yakni Gerakan Anti Sastra Koran (GASAK). Apa ini berarti saya membenci koran? hahaha tidak, tapi ada sebuah usaha penghancuran berhala, penghancuran panggung, saya akan meminjam bahasa teaterawan Grotowski yakni “Kleptomania Artistik” sebuah kemegahan tanpa tiang penyangga, tanpa visi kebudayaan. Di mana media justru menjadi fokusnya, panggung menjadi sempit dan para aktor tidak menyatu dengan para penontonnya.
Runtuhnya sastra koran, akan mencairkan kebekuan-kebekuan. Dan itu tentu saja tidak hanya perlu dilakukan, tapi disikapi dengan visi yang panjang. Oleh karena itu, mari kita lakukan kebodohan-kebodohan kecil dengan menghancurkan apa yang selama ini kita pijak, yang hal ini sesungguhnya telah banyak dimulai oleh satrawan-sastrawan di lokal-an, yang jauh dari media nasional, dan membuang jauh-jauh mimpi penyair koran, yang tentu saja juga telah dan semoga terus berlanjut oleh kawan saya Dea Anugrah itu. Zaman baru kepenyairan akan segera dimulai!!!
1 Paragraf Penutup
Apalah guna kita menulis puisi bila yang membaca puisi kita hanya orang-orang yang juga menulis puisi. Dekatkan diri kepada masyarakat, bacakan syair-syair teduh dan membangun kepada mereka. Hancurkan politik busuk dengan menyuntikkan puisi ke dalam kekuatan-kekuatan politis. Tidak cukup kita hanya menulis puisi dan membaca buku, tapi bertindak ke ruang sosial lain, hancurkan kebiasaan menggantungkan diri pada komunitas sastra, mari tampil sebagai individu dan muncul ke permukaan sosial yang lebih pahit. Meminjam istilah Mbah Karl Marx, dunia tidak hanya perlu ditafsiri tapi harus dirubah. Bangun masyarakat baru, hancurkan panggung! mari menuju ‘KEBODOHAN PERTAMA’.
kata Dea:
ah benar, memang enak
sekali-kali tak pakai sempak
cobalah lepaskan sempak kalian
marilah
l
e
p
a
s
k
a
n
s
e
m
p
a
k!
Yogyakarta, 2010
Ket: Catatan ini ditulis untuk mengomentari dan menindak lanjuti “Penyair (Itu) Bodoh” karya Dea Anugrah.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar