Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/
Pembicaraan mengenai fungsi latar dalam puisi, sejauh ini jarang sekali kita jumpai. Padahal pembicaraan mengenai masalah itu penting artinya untuk memahami makna puisi sebagai kesatuan estetik. Seperti juga latar dalam drama atau novel, latar dalam puisi berhubungan dengan penyebutan nama tempat, angka tahun, dan penggambaran suasana dan situasi sosial tertentu. Dalam hal ini, penghadiran latar oleh penyairnya tentu bukan tanpa maksud. Ada sesuatu yang sengaja hendak disampaikan, baik untuk kepentingan keindahan puitik, maupun untuk memperkuat tema yang disampaikannya. Oleh karena itu, jika ada puisi yang di dalamnya terdapat nama tempat, angka tahun dan peristiwa atau suasana tertentu, kita dapat menganalisisnya berdasarkan itu. Sebagai bahan apresiasi, berikut ini akan dikutip lengkap puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Catatan Tahun 1965”:
Di lapangan dibakari buku
Mesin tikmu dibelengu
Piringan hitam dipanggang
Buku-buku dilarang
Kita semua diperanjingankan
Gaya rabies klongsongan
Hamka diludahi Pram
Masuk penjara Sukabumi
Jassin dicaci diserapahi
Terbenam daftar hitam
Usman dimaki Lentera
Takdir disumpahi Lekra
Sudjono dicangkul BTI
Nasakom bersatu apa
Umat dibunuhi di desa
Kanigoro bagaimana lupa
Kus Bersaudara dipenjara
Mochtar masih diterungku
Osram bungkuk meringkuk
Jalan aspal kubangan
Minyak tanah dikemanakan
Rebutan beras antrian
Siapa mati kelaparan
Inflasi saban pagi
Pidato tiap hari
Maki-maki sebagai gizi
Bahasa carut diperluaskan
Beatles Gondrong dipersetankan
Pita suara dimatirasakan
Susunan syarat dianstesi
Genjer-genjer jadi nyanyian
Tari perang dipamerkan
Warna merah dikibarkan
Warna hitam di kalbukan
Pawai garang digenderangkan
Kolone kelima disusupkan
Sarung siapa dilekatkan
Matine gusti-Allah dipentaskan
(Pawai HUT PKI, 23 Mei 1965)
Judul puisi tersebut jelas mengacu pada angka tahun1965. Jadi, apa yang hendak disampaikan penyair adalah peristiwa yang terjadi pada tahun itu. Dalam hal ini penyair berhasil memotret, dan tidak sekadar mencatat, peristiwa sosial politik dan budaya pada masa itu dengan amat cermat, transparan, namun sama sekali tidak terjerumus pada bentuk propaganda. Penghadiran peristiwa dan nama tokoh yang tetap dengan mempertahankan keindahan puitik, justru memperkuat suasana yang hendap diangkat penyair.
Bentuk kata kerja pasif, seperti dibakari, dibelengu, dipanggang, dilarang misalnya, secara semantis menyiratkan bahwa dalam peristiwa itu, ada yang membakar dan dibakar; membelengu-dibelengu; memanggang-dipanggang; melarang dan melarang? Jelas! Pihak itu yang bertindak lebih aktif-agresif. Penyair, betapapun hanya memotret apa adanya, gaya sinisnya memperkuat suasana huru-hara, ganas-panas, dan kacau-balau. Betapa rusuhnya keadaan pada tahun 1965 di negeri ini. Betapa sadis-ganasnya Lentera, Lekra, BTI, dan corong PKI lainnya menggilas siapa pun yang tak sepaham.
***
Demikianlah, dalam puisi Taufiq Ismail, latar waktu (1965) berfungsi mendukung tema dan menciptakan suasana peristiwa masa itu. Oleh karena itu, tepat sekali penyair menampilkan dengan gaya yang amat sinis. Penuh semangat perlawanan, pemberontakan pada keadaan sosial-politik-budaya yang terjadi waktu itu. Hal yang sama dengan tema berbeda, juga sering dilakukan Sapardi Djoko Damono. Penghadiran latar yang berfungsi memperkuat suasana tampak pula dalam salah satu puisinya, “Air Selokan”:
“Air yang di selokan itu megalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—alangkah indahnya!” Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilau hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.
Perhatikan latar waktu yang digunakan penyait: hari minggu pagu/waktu itu (bait 1); dulu/waktu kau lahir (bait 2); tadi sore (bait 3); senja ini (bait 4). Latar waktu dalam puisi ini penting artinya dan berfungsi mengungkapkan perjalanan sejarah sebuah selokan. Dulu, air selokan itu bersih dan dapat digunakan untuk memandikan bayi. Setelah ada rumah sakit, ibu yang sedang mengandung malah hampir muntah lantaran bau sengit air selokan itu; kata “sengit” sangat tepat untuk menunjukkan bau yang amat sangat. Tadi sore, ada mayat dimandikan; tentu airnya mengalir ke selokan itu. Senja ini ada dua anak buang hajat. Ringkasnya, air selokan yang dulu bersih kini sudah sedemikian kotor dan bau luar biasa.
Latar waktu yang memperlihatkan proses perjalanan sejarah selokan itu, diperkuat pula dengan latar tempat (rumah sakit dan kamar mayat) dan latar material (darah dan amis baunya, mayat kamar mati, ada nyawa lagi terapung-apung, yang berkilau-kilauan hanyut, dan air yang anyir baunya). Rumah sakit dan kamar mayat menciptakan suasana yang serba tidak menyenangkan. Pada bait pertama, rumah sakit dikontraskan dengan minggu pagi dan kau berjalan-jalan bersama istrimu yang mengandung. Penghadiran suasana yang bertolak belakang itu, ditegaskan kembali dengan kalimat: ia hampir muntah bau sengit itu.
Pada bait kedua, gambaran yang disampaikan penyair bahwa dulu air selokan itu bersih dan dapat digunakan untuk memandikan bayi, didukung oleh penghadiran latar material; campur darah dan amis banunya. Jadi, yang bau bukanlah air selokan itu, melainkan darah bekas melahirkan. Airnya sendiri bersih dan tidak bau.
Bait ketiga, latar waktu tadi sore yang menyiratkan usia menjelang senja-kematian-kalimat-terasa lebih dramatis dengan adanya mayat yang dimandikan di kamar mati.
Keadaan air selokan yang makin kotor dan bau itu, lengkap sudah dengan dua anak yang buang hajat; ada nyawa lagi terapung-apung; alangkah indahnya; yang berkilau-kilauan hanyut; air yang anyir baunya yang digambarkan pada bait ketiga. Jadi, dalam hal ini, sudah terjadi pencemaran air yang sudah lewat batas ambang. Dalam hal itu, latar waktu, material, tempat, dan suasana secara fungsional menghadirkan masalah pencemaran lingkungan yang pada suatu saat bakal membawa dunia ini ke dalam kehancuran total.
***
Pemahaman latar waktu, tempat, dan material yang berfungsi untuk menciptakan suasana tertentu yang mendukung tema dan makna keseluruhan puisi, sebagaimana tampak dalam puisi Taufiq Ismail dan Sapardi Djoko Damono, menjadi penting saat menjumpai puisi-puisi simbolik. Perhatikan puisi “Malam Lebaran” karya Sitor Situmorang.
Bulan di atas kuburan
Puisi pendek ini sesungguhnya amat kaya dengan suasana yang penuh kemurungan, kesepian, kerinduan, kematian, melankolis, dan tragedi. Judul “Malam Lebaran” yang bagi umat Islam merupakan malam kemenangan seusai berperang melawan hawa nafsu (ramadhan), dikontraskan dengan kuburan (simbol kematian). Jadi, bagi Sitor, malam yang bagi umat Islam sebagai saat mencapai kemenangan, kegembiraan, dan pengagungan kepada Allah, dipandangnya sebagai malam kematian, kesepian, tragedi.
Dari sudut itu, penghadiran latar waktu (malam lebaran) dan latar tempat (kuburan), jelas tidak fungsional, malahan amat kontradiktif. Meski begitu, kita dapat memahami mengapa Sitor berpandangan demikian. Masalahnya dapat kita kembalikan pada sikap keimanan penyair. Akan sangat berbeda jika penyairnya menghayati betul naluri-naluri keislaman. Kesalahan fatal itu, makin jelas kita hubungkan malam lebaran dengan bulan. Mungkinkah bulan muncul pada malam lebaran (1 Hijriah), padahal kemunculannya terjadi pada setiap tanggal 14-15 Hijriah? Jelalah, bahwa pemahaman latar dalam puisi, sangat penting artinya sebagai usaha memahami keseluruhan makna dan tema puisi itu sendiri sebagai kesatuan estetik.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 20 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar