Sabtu, 20 Maret 2010

LATAR DALAM PUISI

Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Pembicaraan mengenai fungsi latar dalam puisi, sejauh ini jarang sekali kita jumpai. Padahal pembicaraan mengenai masalah itu penting artinya untuk memahami makna puisi sebagai kesatuan estetik. Seperti juga latar dalam drama atau novel, latar dalam puisi berhubungan dengan penyebutan nama tempat, angka tahun, dan penggambaran suasana dan situasi sosial tertentu. Dalam hal ini, penghadiran latar oleh penyairnya tentu bukan tanpa maksud. Ada sesuatu yang sengaja hendak disampaikan, baik untuk kepentingan keindahan puitik, maupun untuk memperkuat tema yang disampaikannya. Oleh karena itu, jika ada puisi yang di dalamnya terdapat nama tempat, angka tahun dan peristiwa atau suasana tertentu, kita dapat menganalisisnya berdasarkan itu. Sebagai bahan apresiasi, berikut ini akan dikutip lengkap puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Catatan Tahun 1965”:

Di lapangan dibakari buku
Mesin tikmu dibelengu
Piringan hitam dipanggang
Buku-buku dilarang
Kita semua diperanjingankan
Gaya rabies klongsongan
Hamka diludahi Pram
Masuk penjara Sukabumi
Jassin dicaci diserapahi
Terbenam daftar hitam
Usman dimaki Lentera
Takdir disumpahi Lekra
Sudjono dicangkul BTI
Nasakom bersatu apa
Umat dibunuhi di desa
Kanigoro bagaimana lupa
Kus Bersaudara dipenjara
Mochtar masih diterungku
Osram bungkuk meringkuk
Jalan aspal kubangan
Minyak tanah dikemanakan
Rebutan beras antrian
Siapa mati kelaparan
Inflasi saban pagi
Pidato tiap hari
Maki-maki sebagai gizi
Bahasa carut diperluaskan
Beatles Gondrong dipersetankan
Pita suara dimatirasakan
Susunan syarat dianstesi
Genjer-genjer jadi nyanyian
Tari perang dipamerkan
Warna merah dikibarkan
Warna hitam di kalbukan
Pawai garang digenderangkan
Kolone kelima disusupkan
Sarung siapa dilekatkan
Matine gusti-Allah dipentaskan

(Pawai HUT PKI, 23 Mei 1965)

Judul puisi tersebut jelas mengacu pada angka tahun1965. Jadi, apa yang hendak disampaikan penyair adalah peristiwa yang terjadi pada tahun itu. Dalam hal ini penyair berhasil memotret, dan tidak sekadar mencatat, peristiwa sosial politik dan budaya pada masa itu dengan amat cermat, transparan, namun sama sekali tidak terjerumus pada bentuk propaganda. Penghadiran peristiwa dan nama tokoh yang tetap dengan mempertahankan keindahan puitik, justru memperkuat suasana yang hendap diangkat penyair.

Bentuk kata kerja pasif, seperti dibakari, dibelengu, dipanggang, dilarang misalnya, secara semantis menyiratkan bahwa dalam peristiwa itu, ada yang membakar dan dibakar; membelengu-dibelengu; memanggang-dipanggang; melarang dan melarang? Jelas! Pihak itu yang bertindak lebih aktif-agresif. Penyair, betapapun hanya memotret apa adanya, gaya sinisnya memperkuat suasana huru-hara, ganas-panas, dan kacau-balau. Betapa rusuhnya keadaan pada tahun 1965 di negeri ini. Betapa sadis-ganasnya Lentera, Lekra, BTI, dan corong PKI lainnya menggilas siapa pun yang tak sepaham.

***

Demikianlah, dalam puisi Taufiq Ismail, latar waktu (1965) berfungsi mendukung tema dan menciptakan suasana peristiwa masa itu. Oleh karena itu, tepat sekali penyair menampilkan dengan gaya yang amat sinis. Penuh semangat perlawanan, pemberontakan pada keadaan sosial-politik-budaya yang terjadi waktu itu. Hal yang sama dengan tema berbeda, juga sering dilakukan Sapardi Djoko Damono. Penghadiran latar yang berfungsi memperkuat suasana tampak pula dalam salah satu puisinya, “Air Selokan”:

“Air yang di selokan itu megalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu.

Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.

Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.

Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—alangkah indahnya!” Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilau hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.

Perhatikan latar waktu yang digunakan penyait: hari minggu pagu/waktu itu (bait 1); dulu/waktu kau lahir (bait 2); tadi sore (bait 3); senja ini (bait 4). Latar waktu dalam puisi ini penting artinya dan berfungsi mengungkapkan perjalanan sejarah sebuah selokan. Dulu, air selokan itu bersih dan dapat digunakan untuk memandikan bayi. Setelah ada rumah sakit, ibu yang sedang mengandung malah hampir muntah lantaran bau sengit air selokan itu; kata “sengit” sangat tepat untuk menunjukkan bau yang amat sangat. Tadi sore, ada mayat dimandikan; tentu airnya mengalir ke selokan itu. Senja ini ada dua anak buang hajat. Ringkasnya, air selokan yang dulu bersih kini sudah sedemikian kotor dan bau luar biasa.

Latar waktu yang memperlihatkan proses perjalanan sejarah selokan itu, diperkuat pula dengan latar tempat (rumah sakit dan kamar mayat) dan latar material (darah dan amis baunya, mayat kamar mati, ada nyawa lagi terapung-apung, yang berkilau-kilauan hanyut, dan air yang anyir baunya). Rumah sakit dan kamar mayat menciptakan suasana yang serba tidak menyenangkan. Pada bait pertama, rumah sakit dikontraskan dengan minggu pagi dan kau berjalan-jalan bersama istrimu yang mengandung. Penghadiran suasana yang bertolak belakang itu, ditegaskan kembali dengan kalimat: ia hampir muntah bau sengit itu.

Pada bait kedua, gambaran yang disampaikan penyair bahwa dulu air selokan itu bersih dan dapat digunakan untuk memandikan bayi, didukung oleh penghadiran latar material; campur darah dan amis banunya. Jadi, yang bau bukanlah air selokan itu, melainkan darah bekas melahirkan. Airnya sendiri bersih dan tidak bau.

Bait ketiga, latar waktu tadi sore yang menyiratkan usia menjelang senja-kematian-kalimat-terasa lebih dramatis dengan adanya mayat yang dimandikan di kamar mati.

Keadaan air selokan yang makin kotor dan bau itu, lengkap sudah dengan dua anak yang buang hajat; ada nyawa lagi terapung-apung; alangkah indahnya; yang berkilau-kilauan hanyut; air yang anyir baunya yang digambarkan pada bait ketiga. Jadi, dalam hal ini, sudah terjadi pencemaran air yang sudah lewat batas ambang. Dalam hal itu, latar waktu, material, tempat, dan suasana secara fungsional menghadirkan masalah pencemaran lingkungan yang pada suatu saat bakal membawa dunia ini ke dalam kehancuran total.

***

Pemahaman latar waktu, tempat, dan material yang berfungsi untuk menciptakan suasana tertentu yang mendukung tema dan makna keseluruhan puisi, sebagaimana tampak dalam puisi Taufiq Ismail dan Sapardi Djoko Damono, menjadi penting saat menjumpai puisi-puisi simbolik. Perhatikan puisi “Malam Lebaran” karya Sitor Situmorang.

Bulan di atas kuburan

Puisi pendek ini sesungguhnya amat kaya dengan suasana yang penuh kemurungan, kesepian, kerinduan, kematian, melankolis, dan tragedi. Judul “Malam Lebaran” yang bagi umat Islam merupakan malam kemenangan seusai berperang melawan hawa nafsu (ramadhan), dikontraskan dengan kuburan (simbol kematian). Jadi, bagi Sitor, malam yang bagi umat Islam sebagai saat mencapai kemenangan, kegembiraan, dan pengagungan kepada Allah, dipandangnya sebagai malam kematian, kesepian, tragedi.

Dari sudut itu, penghadiran latar waktu (malam lebaran) dan latar tempat (kuburan), jelas tidak fungsional, malahan amat kontradiktif. Meski begitu, kita dapat memahami mengapa Sitor berpandangan demikian. Masalahnya dapat kita kembalikan pada sikap keimanan penyair. Akan sangat berbeda jika penyairnya menghayati betul naluri-naluri keislaman. Kesalahan fatal itu, makin jelas kita hubungkan malam lebaran dengan bulan. Mungkinkah bulan muncul pada malam lebaran (1 Hijriah), padahal kemunculannya terjadi pada setiap tanggal 14-15 Hijriah? Jelalah, bahwa pemahaman latar dalam puisi, sangat penting artinya sebagai usaha memahami keseluruhan makna dan tema puisi itu sendiri sebagai kesatuan estetik.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae