Selasa, 09 Maret 2010

Kabar Rupa dari Sakato

Afnan Malay
http://www.jawapos.co.id/

LEBIH dari seratus perupa Minang yang tergabung dalam Komunitas Seni Sakato Jogjakarta, selama 17-23 Februari 2010 bertempat di JNM (Jogja National Museum) dengan tajuk BAKABA memamerkan karya lukis, patung, dan instalasi. Jim Supangkat, Suwarno Wisetrotomo, serta Yasraf Amir Piliang yang menulis dalam katalog setebal 355 halaman berupaya mengajak kita menyelami para perupa Sakato.

Bahasan utama tentulah perihal bakaba. Secara rinci dengan perspektif akademis yang mumpuni, Yasraf berhasil memaparkan tema pameran yang berasal dari budaya (sastra) lisan yang hidup di Ranah Minang: kaba. Sekalipun, hasrat Yasraf untuk menarik korelasi berujung pada kesimpulan yang sangat terbuka untuk dikritisi.

Transformasi Kedua?

Yasraf yang bekerja sebagai staf pengajar FSRD ITB Bandung adalah pembedah post-modernisme paling produktif, intens, dan impresif. Ia menahbiskan bakaba yang dikerjakan perupa Sakato sebagai bentuk transformasi kedua terhadap bentuk kaba yang asli berupa kisah-kisah anonim.

Transformasi pertama dilakukan oleh para pengarang seperti Paduko Alam (Rancak Di Labuah), Sutan Pangaduan (Malin Manandin), dan Rasyid Manggis (Malin Deman). Mereka memindahkan bentuk kaba dalam tuturan (oral) menjadi tulisan (teks). Transformasi ini memperlebar penikmat kaba sekalipun menyebabkan aspek interaksi tatap muka penutur kaba (tukang kaba atau sijobang) dengan audiens menjadi terputus.

Dari bacaan atas realitas transforamtif yang terjadi pada kaba, Yasraf menegaskan transformasi kedua yang dilakukan para perupa Sakato. Para perupa yang mayoritas didikan ISI Jogja itu telah membuat format kaba yang baru: dalam bentuk visual.

Melacak relasi bakaba (berkabar) dari muasalnya kaba (kabar), yang disambungkan dengan penyalinannya ke dalam teks yang tertulis terhadap lakon yang semula merupakan sastra lisan itu, memudahkan kita mengapresiasi juntrungan pameran. Tetapi kemudian, karena itu, Yasraf menarik korelasi bahwa perupa Sakato melakukan transformasi kedua atas format kaba (dari teks ke visual) tentulah layak dikritisi.

Terhadap transformasi pertama saja Yasraf sebenarnya melempar kritik yang menarik. Menurutnya, tekstualisasi kaba berimplikasi pada hilangnya sifat-sifat komunalitas, intersubjektivitas, dan interaksi langsung. Serujuk itu, apa yang dilakukan perupa Sakato dalam pandangan Yasraf, yaitu visualisasi kaba, tentulah kian mereduksi ruang kolektivitas kaba. Tentulah, dibandingkan teks tulisan (buku): lukisan, patung, dan instalasi keberadaannya paling personal. Sekalipun citraannya dapat kita amati melalui foto, katalog, atau video.

Padahal, yang paling krusial dari simpul yang ditarik Yasraf adalah perupa Sakato sama sekali tidak sedang melakukan visualisasi kaba. Kita tidak bisa melacak karya atau kelompok karya mana yang merupakan salinan atau bahkan interpretasi atas kisah-kisah kaba: misalnya, Rancak di Labuah, Malin Manandin, atau Malin Deman?

Pameran Bakaba tidak berupa ajang mempertemukan isi-format-konsep tertentu yang dapat kita persepsikan sebagai duplikasi-derivasi-variasi dari kisah-kisah kaba. Paling jauh, bakaba dapat dianalogikan pada tradisi kaba bukan mentransformasikannya.

Isu Identitas

Yasraf jelas berjasa memberikan kita arah untuk melacak identitas (kultural) perupa Sakato dengan cara mengupas tuntas tema bakaba. Menariknya, identitas keminangan bagi sub-etnis lain terkadang tetap terlihat samar bahkan tidak teridentifikasi. Staf pengajajar seni rupa ISI Jogja, Suwarno Wisetrotomo bahkan sulit melacak nama-nama perupa Minang.

Kalau komparasinya etnis Batak yang selalu menyandang nama marga (patrilinial) orang Minang tidak wajib menyandang nama suku (matrilineal). Nama suku, contohnya: Guci, Jambak, Piliang, Chaniago, Koto, Tanjung, atau Malayu. Sekalipun nama-nama seperti perupa Sakato yang juga bergiat dalam Kelompok Jendela: Yunizar, Jumaldi Alfi, Handiwirman Saputra, Yusra Martunus, bahkan Rudi Mantofani bagi orang Minang tercium bau ”kampung halamannya”. Kecuali nama M. Irfan relatif ”tidak terlacak” keminangannya.

Begitupun nama-nama yang tergolong khas Minang seperti: Herry Maizul, Tommy Wondra, Gusmen Heriadi, Febri Antoni (alm), Deska Juswardi, Yon Indra, Saftari, atau Desrat Fianda. Tentu yang paling tampak adalah Jefry Guciano dan Imbalo Sakti. Nama-nama Minang, yang kental budaya lisannya dan pionir utama dalam kesusastraan kita sering kali terpukau diksi: tidak melulu merujuk makna. Dan lazim pula nama belakang akronim dari kombinasi nama ayah-ibu.

Bahkan, pasca pemberontakan politik PRRI yang gagal orang Minang merasa terpuruk dan berupaya ”menyembunyikan” identitasnya. Banyak yang memberikan nama anaknya nama yang notabene lazim dalam masyarakat Jawa. Termasuk nama favorit adalah Sudirman (hingga nama ini mereka anggap ”khas Minang”).

Identitas Minang yang ”tidak terlacak” menurut bacaan Suwarno termasuk pada perupa Sakato sebenarnya menyimpan implikasi positif. Setidaknya, isu identitas tidak menjadi masalah bagi mereka seperti yang dialami para perupa Sanggar Dewata (mayoritas juga didikan ISI Jogja) yang berdiri lebih dulu daripada Sakato. Misalnya, tradisi lukis (tradisional) Bali begitu kuat imbasnya melekati –atau kita lekatkan– para perupa Bali. Akibatnya, capaian-capaian visual mereka seakan tidak independen.

Sebab, seringkali terlebih dulu kita tergoda untuk melacak kebaliannya. Seakan-akan bahasa visual perupa Bali ‘’sesuatu yang sudah selesai”. Identitas kebaliannya tentu saja kekuatan dan daya pikat perupa Bali, tetapi tidak jarang itu ”memerangkap” mereka: seolah-olah tidak ada ruang untuk mencari dan menemukan sesuatu ”yang bukan Bali”.

Tetapi, itulah, identitas memang menjadi pertahanan –sekaligus daya tarik– Bali. Sebab globalisasi menyergap langsung ke halaman rumah mereka melalui proyek turisme. Sementara orang Minang harus menjemput sendiri ”dunia orang lain” (globalisasi): lewat aktivitas sosial-kultural merantau. Ditambah faktor gairah intelektualisme yang merasuki orang Minang, nota bene tumbuh subur di Sumatera Barat, sejak masa-masa awal sebelum negara kita berdiri. Hal itu mempengaruhi mereka untuk terbiasa dan terbuka dengan nilai-nilai kosmopolitan.

Karenanya, ihwal identitas menjadi keniscayaan bagi Bali, semetara Minang dibuat terbiasa melenturkan identitas: bukankah di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung? Fakta-fakta itu pastilah sedikit banyak menyumbang elan para perupa Minang untuk tidak gamang memasuki gelanggang seni rupa kontemporer. Secara teknis tidak ada yang harus mereka pertahankan. Juga tidak tersisa persoalan yang bersifat paradigmatik. Semata-mata ”musuh” yang harus mereka taklukan adalah bagaimana mengasah ketajaman bahasa visual yang mereka punyai: dari waktu ke waktu.

Ketajaman itu (upaya terus mengasah bahasa visual), misalnya –sekadar menyebut contoh– masih terjaga pada ”boneka-boneka” urban Abdi Setiawan yang terpajang dalam rak melalui The City. Karyanya bertajuk Koper pada Biennale Jogja X yang lalu termasuk yang paling menggugah. Lalu, Rudi Mantofani (Saatnya Menyentuh Dasar), Yon Indra (Dimenasi Ruang 25), Saftari (Menu Hari Ini), Lia Mareza (220 Volt), Riswandi (Tanda Tangan #1), Stefan Buana (Ranah Hukumku yang Kini Gamang), Hojatul Islam (Big Family), atau Yunizar (Rumah Merah). (*)

*) Pernah studi di SMSR dan ISI Jogja.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae