Kamis, 25 Februari 2010

Miniatur Puisi Dunia

Judul: Pesta Penyair: Antologi Puisi Jawa Timur
Editor: Ribut Wijoto, S Yoga, Mashuri
Penerbit: Dewan Kesenian Jawa Timur
Tebal: viii + 288 halaman
Cetakan: Cetakan I: 2009
Peresensi: Risang Anom Pujayanto
http://www.surabayapost.co.id/

Jawa Timur. Sebagai kawasan kaya aneka seni-budaya, sungguh celaka apabila tidak memiliki semacam monumen suaka pencatat segala gilang-gemilang. Sebagai pemilik kultur sosial terbuka sekaligus tidak adanya identitas pusat-pinggiran, telah berimplikasi pada kemudahan pencerapan informasi dari luar. Sehingga bersamaan dengan kemudahan informasi tersebut, dialektika wacana lokal dan ’dari luar’ merupakan hal yang tak terelakkan dalam dinamika pendewasaan warna seni-budaya yang berkarakter Jawa Timur.

Dalam setiap periode persinggungan wacana lokal dan ’dari luar’, setidaknya salah satu seni yang terlibat di dalamnya niscaya sempat menduduki posisi puncak kejayaan. Namun jangan dibayangkan tahta itu akan bertahan lama di Jawa Timur. Tidak. Semua cekat melesat. Silih berganti. Sehingga bila masanya terganti—seni yang pernah berada di masa keemasan tapi lupa disudikan dalam catatan—kondisinya bakal tertumpuk oleh tawaran seni-seni kreasi baru. Alhasil, keteledoran tidak mencatat fenomena tersebut mengakibatkan jejak yang berserak semakin sulit terlacak.

Pendeknya untuk menghindari hal itu sekaligus sebagai penanda identitas daerah, ikhtiar pendokumentasian perkembangan seni Jawa Timur memang berada di titik yang vital untuk diperhatikan. Pada 2009, Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) sebagai lembaga yang menaungi seni di Jawa Timur telah memberi sinyal terang; salah satunya dengan meghadirkan satu buku antologi puisi Jawa Timur: Pesta Penyair. Dalam buku Pesta Penyair ini dihadiri oleh 55 penyair berbeda generasi. Dan, masing-masing penyair berpartisipasi menulis tiga puisi terbaik.

Pada prinsipnya, seperti yang diungkap salah satu penyair sekaligus Ketua Komite Sastra DKJT Mashuri, langkah-langkah pendokumentasian tanpa menancapkan tonggak di dalamnya sekali pun, memang sudah cukup baik. Pasalnya, ketika berhenti pada tataran ini, dokumentasi telah mengejawantah dengan sendirinya berupa data-data. Artinya, manakala ada yang berkenan membawa data ke ruang yang lebih megah, di mana di ruangan tersebut ’yang berkenan’ bebas mengeksekusi sesuai kepentingan tertentu, maka catatan Pesta Penyair yang belum terjamah ini merupakan data-data asli, murni, dan terbaik untuk dijadikan salah satu pertimbangan referensi.

Akan tetapi ketika ditinjau dari aspek kuratorial, pandangan yang membiarkan dokumen-dokumen berhenti pada sekadar dokumen belaka merupakan hal yang tidak sehat, semena-mena dan sangat tidak bertanggung jawab. Sebab, setiap obyek puisi yang diciptakan selalu menggunakan unsur prespektif struktur indah, dasar peresepsiannya pun pasti bukan didasarkan pada alasan nama besar saja, sekadar kenal, maupun asal diketahui pernah menulis puisi. Melainkan ditengok dari pencapaian-pencapaian gagasan yang ditawarkan penyair. Karena itu, untuk mengetahui perkembangan perpuisian di Jawa Timur, pembaca dapat menyimak tiap-tiap puisi lebih detail dalam Pesta Penyair.

Apabila dipetakan dengan menggunakan kategori umur, secara garis besar terdapat tiga generasi yang turut serta dalam Pesta Penyair. Katakanlah: senior, menengah dan junior. Pengklasifikasian ini bukan otomatis mendudukkan kualitas persajakan senior lebih unggul ketimbang junior. Bukan. Namun akan sangat terlihat perbedaan ciri khas karya generasi tua, menengah dan yang junior. Kendati tidak secara keseluruhan, perbedaannya terletak pada penekanan salah satu unsur dalam suatu karya. Generasi Akhudiat, Aming Aminoedin, Sabrot D Malioboro, Roesdi Zaki, D Zawawi Imron, Saiful Hadjar, Tengsoe Tjahjono, dan lainnya merupakan generasi yang telah makan asam garam, berpengalaman dalam menjalani kehidupan. Pengalaman kehidupan ini berpengaruh pada puisi mereka. Sehingga, puisi-puisi yang tampak sangat bijaksana, menggunakan metafor sederhana dan cenderung menasehati. Ciri ini dikentarai karena para penyair senior telah mengandaikan adanya pembaca.

Sebaliknya penyair yang masih muda memiliki karakter yang berbanding terbalik dengan para penyair senior. Beberapa karyanya terkesan egois, personal, kaya akan gaya bahasa, abstrak dan seolah-olah ingin dimengerti. Pembaca yang wajib memahami, bukan penyair menyodorkan gagasan setara kemampuan intelektual pembaca awam. Terdapat beberapa kemungkinan penyair muda ini memilih gemar mengeksplorasi teknik-teknik. Di antaranya, eksperimentasi akan aliran puisi atau justru karena minimnya pengetahuan, penguasaan dan pengalaman akan obyek yang hendak dieksplor, sehingga hasil akhirnya terkadang dibuat-buat sangat abstrak. Tentu dengan menebar dalih, karya yang baik adalah karya yang susah dipahami. Atau pembaca yang tidak paham merupakan pembaca yang hanya memiliki kemampuan pas-pasan.

Sementara penyair generasi menengah memperlihatkan kematangannya. Mereka berhasil mengkombinasikan keunggulan, mereduksi kekurangan-kekurangan yang muncuk di lain generasi yang disebut terdahulu. Karya-karya matang itu tampil dengan citra yang tidak menggebu-gebu, tidak egois, persetubuhan dengan obyek dengan berlama-lama dikarenakan gairah memuncak hingga benar-benar menimbulkan kompleksitas konstruks teks, dan pesan moral yang tersampaikan pun tidak hadir secara eksplisit juga laten. Tetapi tentu tetap tepat tujuan.

Peletakkan penyair berdasarkan kriteria umur ini memang bukan kebenaran tunggal. Tetapi setidaknya ternyata mampu memberi bukti bahwa usia mampu mempengaruhi proses penciptaan suatu karya. Sebutlah seindah sajak Akhudiat. Jika dibandingkan dengan sajak-sajak karya penyair sejamannya, Akhudiat sejatinya memiliki teknik tak kalah dengan generasi yang masih matang, hanya saja di akhir puisi-puisinya terdapat sebersit nasehat yang kurang elegan, terlalu vulgar, seakan keluar dari keapikan bait-bait yang dibangun sebelumnya.

Sementara itu, penyair muda lebih mudah diketahui. Pasalnya, penyair muda selalu ingin tampak sempurna. Dan ini tervisualisasikan dalam pembaitan, pertimbangan pemilihan diksi, unsur bunyi, dan sebagainya. Kecenderungan memang tampil seragam sesuai kriterium puisi zaman sekarang, namun bukan berarti tidak ada tawaran kebaruan sama sekali. Dody Kristianto, misalnya, puisi Dody merupakan puisi dongeng. Perpaduan antara puisi dan logika dongeng. Selain aspek penceritaan, dalam puisi-puisi Dody juga terdapat pengambil-alihan keajaiban dongeng yang biasanya terpatok pada binatang, kini di tangan Dody beralih pada media-media lain. Karakter yang khas dimiliki penyair muda juga terjadi pada puisi-puisi Arif Junianto, Ahmad Faishal, Akhmad Fatoni, Wildansyah Bastomi, dan sebagainya. Kini pertanyaannya, seberapa besar penyair muda ini tetap bertahan pada temuannya ini?

Sedangkan penyair yang telah matang, yang memiliki kebaruan dan tidak terlepas dari tautan sejarah perpuisian nusantara, yakni milik F Azis Manna. Tapi sayang stamina Azis kurang menjadi fokus perhatian. Lihat ’Orang-Orang Kampung’ yang terbagi dalam empat babakan. 1-3 masih konsisten menyangkut kemanusiaan, tetapi pada bagian 4 berubah menuju ketuhanan. Memang tidak ada yang salah, hanya sedikit timpang. Di puisi Azis yang lain, ’Genting’ dan ’Cinta Kami’, semakin membuktikan bahwa stamina berpuisi Azis sedikit menghambat kesempurnaan.

Terlepas dari itu, seluruh puisi yang tersebar dalam Pesta Penyair sejatinya tidak hanya bisa diukur dengan penggolongan usia. Sebab banyak hal yang bisa dimaknai keunikannya. Katakanlah, ketika melihat dari kaca mata kultur di mana penyair kerap melakukan kontak sosial, persoalan gender penyair yang mempengaruhi puisi-puisinya, persoalan kota dan pedesaan, penggunaan teknik konvensional tradisional dan pembawa aliran seni tertentu, penyair mana yang berangkat dari teori-teori besar atau yang karena bersentuhan langsung dengan obyek, dan beberapa tata cara lainnya dalam menikmati puisi.

Karena itu, kendati Pesta Penyair tak ubahnya miniatur perpuisian dunia lantaran sifat seni Jawa Timur yang terbuka, tetapi puisi-puisi dalam Pesta Penyair tetap terasa nafas ciri Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae