Djunaedi Tjunti Agus
http://www.suarakarya-online.com/
Munaf tiba-tiba saja merasa ada yang aneh. Kepalanya, di bagian belakang, bergerak-gerak. Kemudian seperti ada yang tumbuh. Untuk memastikan apa yang terjadi dia mengangkat tangan dan merabakan telapak tangannya ke kepala bagian belakangnya.
Dia kaget bukan kepalang. Munaf merasakan di kepala bagian belakangnya tak ada lagi rambut, berubah total membentuk wajah baru. Ada mata, ada hidung, ada kumis, ada mulut.
“Duh, kok saya bermuka dua?”
Dia berlari menuju toilet. Di depan cermin di ruang kamar kecil itu dia berkaca. Wajahnya masih seperti dulu, tenang, dengan kening mulai berlipat-lipat tanda ketuaan, dan terkesan lelah. Itulah wajah aslinya.
Lalu bagaimana dengan wajah kedua, atau wajah barunya? Munaf coba memutar kepala. Anehnya, kepalanya bisa diputar 180 derajat, dan kini kepala bagian belakang berada di bagian depan. Wajah barunya itu lebih muda, penuh senyum, optimistis, tak ada kerut di kening, bugar.
Munaf senang juga melihat wajah keduanya itu.
“Tapi apa kata orang kalau mereka tahu saya bermuka dua. Bagaimana ini,” katanya berbisik.
Dia mulai panik. Kepalanya kembali diputar, muka lamanya kembali berada di depan. Dia coba menegakkan kerah baju untuk menutup muka bagian belakang, tapi tak tetutup semua. Untung rambut di puncak kepala agak panjang, sehigga bisa jadi penutup.
“Ah, ternyata bisa diumpetin. Mudah-mudahan tak ada yang tahu,” kata hatinya.
Anehnya, dari dua wajah itu hanya wajah bagian depan saja yang berfungsi. Sementara muka di belakang otomatis tertidur.
Semula dia ingin pergi ke dokter.
“Tapi dokter apa. Apa mungkin ada dokter spesialis menangani manusia bermuka dua, wajah tumbuh? Lalu apa mungkin wajah baru ini bisa dihilangkan?,” hatinya bertanya-tanya.
Tengah berpikir keras-ketika memasuki ruang kerja, beberapa saat menjelang berpapasan dengan atasannya, kepala kantor-tiba-tiba saja kepalanya berputar sendiri. Kini wajah barunya yang berada di depan.
“Dari mana saja you? Saya berkali-kali menghubungi telepon di meja kerja you, tapi tak diangkat,” kata bosnya ketus.
“Oh, maaf Pak. Saya tadi di perpustakaan. Saya menyusun pembelaan untuk Bapak. Saya amat optimistis Bapak akan lolos dari jeratan yang disiapkan saingan Bapak,” katanya.
Munaf kaget. Wajah baru itu ternyata pintar bicara, ahli berkilah, membela diri. Dia makin heran, kenapa jadi begini?
“Kenapa wajah kedua ini tiba-tiba saja bisa mengambil alih.”
Meski begitu dia lega, selamat dari semprotan bos, Kepala Kantor Kas Kota, yang akhir-akhir ini uring-uringan karena tersangkut kasus skandal pembobolan keuangan negara.
“Kalau begitu buktikan Anda betul-betul loyal. Siapkan pembelaan secara maksimal. Tugas utama Anda lainnya adalah menghadapi nyamuk-nyamuk pers, para wartawan yang usil-usil itu,” kata Dion, sang bos.
“Baik Pak. Siap, semua akan beres. Jangan khawatir, semua akan saya amankan. Tenang saja Bos.”
Munaf kembali kaget mendengar jawaban yang keluar dari wajah keduanya. Bila dulu dia hanya bicara satu dua, menjawab sekenanya, kini nyerocos, tak ada sungkannya.
* * *
“Apa yang ingin Anda ketahui tentang Pak Dion? Saya siap membantu keingintahuan Anda semua,” katanya ketika berada di halaman kantor, saat dicegat para wartawan.
“Apa benar Pak Dion tidak melaksanakan perintah Pak wakil walikota, tidak mau memanggil pemadam kebaran ketika kantor kas kota ini kebakaran?,” tanya seorang wartawan.
“Ah itu kan wakil walikotanya saja yang nggak ada kerjaan. Kok lapor ke pihak pemadam kebakaran harus diatur-atur segala,” jawan Munaf.
“Apa betul saat kebakaran Pak Dion justru membobol kantor kas, menguras habis uang di kas kota. Dia mengambil kesempatan dalam kesempitan, kemudian berbagi dengan kepala bagian keuangan, para atasan, dan koleganya?”
“Itu hanya karangan. Kok duit kas kota hilang yang disalahkan Pak Dion. Seharusnya yang disalahkan bagian keuangan, orang-orang yang menjaga tempat penyimpanan uang itu. Lagi pula kantornya kan kebakaran, ya semua terbakar, termasuk uang yang ada di kantor kas.”
“Kalau begitu Pak Dion bersih?”
“Ya, Pak Dion difitnah. Dia kan berasal dari keluarga terhormat. Terkaya di desanya. Anak pensiunan pegawai negeri. Dia jujur, tak mungkin menjarah uang negara,” kata Munaf semangat.
“Nggak ada lagi yang mau bertanya?,” tanyanya.
Tak sampai satu jam, keterangan Munaf sudah keluar di berbagai media online dan televisi.
Karuan saja berita-berita yang mencuat membuat Dion terperanjat. Kali ini kaget karena senang. Dia langsung menghubungi telepon genggam Munaf. “Anda betul-betul ahli dalam menangani masalah. Saya ternyata salah perkiraan tentang Anda.”
Dion yakin besok pagi berbagai koran juga akan menurunkan berita dengan judul mencolok, “Dion Ternyata di Fitnah”, seperti kebanyakan judul di media online sore ini.
“Ah Bapak terlalu memuji. Apa yang telah saya lakukan, semua sesuai pengarahan Bapak.”
“Loh, loh. Anda jangan terlalu merendah. Apa yang Anda lakukan luar biasa. Semua berita berbalik menguntungkan saya. Terimakasih, terimakasih.”
“Apa yang telah saya lakukan? Saya langsung pulang begitu jam kerja selesai, begitu Bapak meninggalkan kantor.”
“Apa Anda tidak baca berita-berita online, atau mendengar berita di televisi sore ini? Semua memuji saya karena keterangan Anda. Wah, Anda jadi bintang hari ini. Terimakasih, sampai jumpa. Pokoknya bereslah, Anda terus pertahankan kinerja baik ini. Besok datang ke ruangan saya. Saya siapkan uang tunai, karena jika lewat transfer bahaya buat saya dan Anda.”
Munaf bingung apa yang telah dia lakukan. Begitu menonton televisi dia kaget sendiri, tampak dalam warta berita dirinya dikerubuti wartawan. Dia memberi keterangan soal Dion. Warta berita tentang keterangannya itu disiarkan beberapa stasiun televisi, berulang-ulang.
“Oh. Ini rupanya pekerjaan wajah baru saya.” Dia baru sadar, karena beberapa saat menjelang tiba di kediamannya tanpa disadarinya kepalanya berputar, dan dia kembali menjadi pribadi asli dengan wajah lama. Munaf tak ingat semua perbuatan wajah barunya, karena ternyata semua ucapan dan tindakan wajah baru tidak terekam dalam otaknya. Semuanya terlupakan ketika kembali ke wajah lama.
* * *
Munaf dengan wajah baru berubah 180 derajad. Dia tidak hanya lancar bicara, membela bosnya Dion, tetapi juga mampu mengambil hati beberapa pengkritik, pengamat, dan beberapa tokoh masyarakat di kota itu. Entah bagaimana caranya, apa kiatnya, yang pasti semua orang yang dihubunginya berbalik membela Dion. Padahal sebelumnya mereka getol minta aparat keamanan menangkap dan memenjarakan Dion.
Anggota Tim Pencari Kebenaran Bobolnya Kas Kota pun dibuatnya saling serang. Munaf, sosok yang tadinya terkesan pemalu, hanya pelengkap di perusahaan tempatnya bekerja, kini jadi ujung tombak. Tidak saja jadi kepercayaan utama Dion-sebagai staf khusus sekaligus staf ahli-tetapi juga menjadi harapan banyak orang. Sahabat orang-orang yang kebagian jatah hasil jarahan Dion.
Sebenarnya hati kecil Munaf, setiap dia kembali ke wajah lama, menyatakan Dion bersalah, karena dia sendiri ada di lokasi ketika kantor kas kota terbakar. Sebelum ruang penyimpanan uang terbakar, dia melihat Dion memerintahkan beberapa karyawan dan satpam memindahkan uang kas ke mobilnya, kemudian dia juga tahu uang itu dibagi-bagikan Dion kepada pejabat lain dan koleganya.
Tapi Munaf tak pernah kuasa mengungkapnya.
Setiap ditanya wartawan, juga baru-baru ini oleh tim pencari kebenaran, dia selalu dikuasai muka keduanya. Setiap memberi keterangan dan memberi kesaksian, tanpa disadari lawan bicaranya, kepala Munaf berputar sangat cepat, dan wajah keduanya mengambil alih perannya.
“Biang keroknya itu justru api. Kenapa api membakar kantor kas kota. Kalau tak ada kebakaran pasti uang kas tidak raib, nggak terbakar. Jadi jangan Pak Dion yang disalahkan,” katanya ketika ditanya tim pencari kebenaran.
“Pak Dion dan kepala keuangan seharusnya jadi pahlawan, karena musibah kebakaran hanya menghanguskan tempat penyimpanan uang saja. Bagian lain utuh.”
“Soal penolakan Pak Dion atas perintah wakil walikota agar segera memanggil pemadam kebakaran itu bagaimana?,” tanya salah satu anggota pencari kebenaran.
“Ah itu kan hanya soal prosedur saja. Buktinya Pak Dion menunjukkan bagian mana yang harus dipadamkan ketika petugas kebakaran datang.”
Meski ucapan dan alasan yang dikemukakannya kerap dianggap tidak etis, tidak beralasan, tak berdasarkan fakta dan aturan, bahkan sering ngawur, Munaf tak peduli.
Ketika Dion menanyakan apakah caranya itu tidak berbahaya, bisa berbalik menjadi senjata makan tuan, dengan entengnya Munaf membantahnya.
“Toh beberapa anggota tim pencari kebenaran sudah dikendalikan atasan Bapak. Anggota tim itu tak kalah ngawurnya setiap tim minta kesaksikan pada saksi-saksi dan ahli,” kata Munaf.
“Bila tim, penegak hukum, dan masyarakat makin bingung, kredibilitas Bapak semakin aman. Tidak sia-sia Bapak punya anak buah, sekaligus tim ahli seperti saya. Saya ini juru pengalih perhatian terbaik di kota ini. Jadi santai saja Pak. Ada Munaf,” katanya kepada Dion.
Setiap dikuasai wajah keduanya, Munaf berubah agresif, baik dalam sikap maupun perbuatan. Dengan wajah baru dia sering pergi ke cafe, tempat-tempat pijat plus, serta tempat-tempat plesiran di kota itu. Dia tak khawatir rahasianya terbongkar, karena orang-orang yang melayani di tempat-tempat itu juga bermuka dua. Bila kembali ke wajah lama, dia lupa semua perbuatan itu.
Setiap tampil dengan wajah keduanya, Munaf bisa melihat tidak hanya dia yang bermuka dua di kota itu, tapi banyak lainnya. Munaf juga kerap melihat di layar televisi, dalam pertemuan penting di Jakarta-rapat para penentu kebijakan di pemerintahan, rapat-rapat petinggi di kementrian, dan rapat di gedung dewan-ternyata diantara pesertanya ada juga yang bermuka dua. Bahkan ada yang memiliki kuping lebih dari sepasang, dan berkepala dua, sehingga yang bersangkutan kerap mempertaruhkan kuping atau kepalanya untuk membela seseorang. Ada pula yang memiliki lidah panjang, menjilat apa saja. Bahkan ada yang bertingkah tengil, setiap omongannya kacau, selalu menyakiti lawan bicaranya.
Bagi Munaf makin banyak orang-orang bermuka dua, orang-orang kacau-bicara suka-suka, dianggap arogan, asal ngomong, dan bikin orang kesal, ngawur-itu akan menguntungkan orang-orang seperti Dion. Dia tahu, itu dibutuhkankan Dion-Dion lainnya, para pejabat yang korup.
Namun setiap pulang, setelah dia kembali ke wajah lama, Munaf jadi bingung. Dia sering cemas, karena hubungan rumah tangganya menjadi kacau, terutama dengan istrinya.
Masalahnya setiap istrinya minta jatah. Dia selalu menolak. Bukan karena lagi tidak mood, tapi khwatir kedoknya terbongkar. Persoalannya, setiap melaksanakan tanggung jawab yang satu itu, istrinya kerap memegang kepala bagian belakangnya. Bila itu yang terjadi, rumah tangganya akan geger, istrinya akan shock. Padahal Munaf sendiri sering tak mampu menahan desakan dari dalam.***
*) Mampang, awal Januari 2010 tjunti@yahoo.com
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Kamis, 25 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar