Rabu, 07 Januari 2009

A r i m b i

S. Jai
http://ahmad-sujai.blogspot.com/

AKU lebih suka memanggilmu Arimbi, meski namamu sebenarnya Arum. Bukan maksudku, rasa hatiku sulit untuk menterjemahkan aroma namamu seindah itu. Mungkin aku sulit untuk mengungkapkan—setidaknya untuk saat ini—seluruh gebalau perasaanku, otakku, jiwaku ketika menyaksikanmu duduk di pelaminan bersebelahan dengan kekasihmu.

Mungkin aku pencemburu. Sebab itu andaikata Arimbi adalah dendam rinduku akibat cemburuku, aku sama sekali tak kuasa mengelak dari tuduhan itu. Tuduhan yang sangat menghunjam, ketika melihat pesta pernikahanmu di cuaca siang yang cerah. Meski sebetulnya bulan ini adalah bulan-bulan paling rajin bagi langit untuk mencurahkan hujan ke tanah ini, juga tanah perbukitan di kampungmu.

Lagi-lagi, aku dibuat takjub, atau lebih tepatnya syak wasangka buruk. Engkau sepertinya telah mengerahkan berpuluh-puluh pawang hujan yang nyungsang di kampung, karena seantero penghuninya mengharapkan hujan datang agar benih tanaman, ternak, dan petani bisa mengumbar senyum melihat daun emasnya berkembang.

Arimbi, jangan engkau marah. Jangan lalu kau beritakan perasaanku, pikiranku, naluriku yang edan ini kepada kekasihmu—yang kini telah resmi menjadi suamimu. Jangan. Aku hanya sedang utarakan padamu perihal kembara jiwaku melihat kecantikanmu. Itu saja. Ah, andai kau tahu bagaimana tajam mataku ketika melihatmu tengah melipat bibir, justru saat duduk di pelaminan dan didoakan banyak khalayak.

Mungkin aku tidak sedang mendoakanmu, saat itu, pada waktu seluruh tamu seperti lebah memanjatkan amin. Doaku telah menyatu dalam tubuhku, kekagumanku, mimpiku, khayalku sejak sebelum engkau dipersunting lelaki yang kini engkau cintai itu. Jadi aku datang di hari pesta pernikahanmu, hanya untuk menjadi saksi kebahagianmu, juga saksi bagi kepedihan diriku sendiri. Ini sudah menjadi hakku—menjadi seorang yang pesakitan, di saat orang lain dalam kebahagiaan. Kau mungkin baru tahu, Arimbi.

Baiklah, sebaiknya kukatakan padamu perihal pesakitan yang mungkin kaupun sebetulnya sedang mengantongi di balik cemerlang gaun pengantinmu. Jangan coba-coba membohongi aku, dan sebaiknya kaupun harus jujur pada dirimu sendiri. Sebetulnya seorang wanita adalah makluk di bumi yang paling memuja pesakitannya. Hanya karena kecantikan dan senyum yang selalu ditebar, atau sikap malu-malunyalah yang membuatnya kuat sepanjang hidupnya merahasiakan itu semua.

Arimbi, di depan kekasihmu jangan bukalah tudung rahasiamu perihal sakit itu agar tahu bahwa itu semua tak berguna bagi suamimu. Sebelum pada saatnya, dengan cara yang setepatnya pula. Tahukah kamu Arimbi, bahwa di ranjang pengantinlah tempat yang paling tepat untuk menyingkap segala bentuk rahasia jiwa di depan kekasihnya.

Engkau boleh takut dan was-was kepadaku, Arimbi. Tetapi tidak pada suamimu—karena sudah barangtentu kekasihmu itu, calon ayah dari anak-anak yang bakal lahir dari rahimmu itu, akan melepaskan juga segala rahasia jiwa ke dalam sebentuk cinta di tempat yang sama. Kata kuncinya adalah saling melepaskan atau sama-sama membantu melepaskan. Sejak dari rindu dendam, hasrat, birahi, dan bahkan laknat. Saat itulah awal pengetahuanmu perihal pesakitan, mungkin juga awal pengetahuan kekasihmu soal disakiti atau menyakiti. Ah, bukan maksudku aku memandang sebelah mata dengan hati atau matahati terhadap kekasihmu, mempelaimu, suamimu.

Karena itu kusimpulkan saja engkau dan kekasihmu sama-sama terjangkit penyakit suka menyiksa diri. Engkau memuja rasa sakit lantaran rasa sakit bagi wanita adalah gerbang dari menuju kebahagiaan tatkala bercinta, saat gairah api cinta menyala dan membakar hangus seluruh tubuh dan jiwamu hingga hilang bentuk dan remuk. Demikian juga yang terjadi pada gelora meledak-ledak kuasa lelakimu yang sampai pada titik tertentu ia musti menghunjamkan kekejaman pada seluruh tubuhmu sejak permukaan kulit hingga rongga ngangga bahkan seolah sudi meremukkan tulang belulangmu hingga luluh lantak. Pada saat tertentu kalian sepasang kekasih yang saling meniadakan, saling menerbangkan jiwa seolah-olah menuju alam cita. Semua itu hanya berbatasan tipis di bibir pinggir ranjang pengantinmu, Arimbi.

Masuklah, merasuklah. Dua menjadi satu, satu menjadi dua. Selamat Arimbi, selancarlah sampai ujung terjauh, bahkan lebih jauh dari samudera yang selama ini dikunjungi para pencinta manapun. Aku bermaksud menunjukkan gerbang padamu, Arimbi. Barangkali engkau hendak memasuki sebelah mana yang kau pilih, terserah padamu. Pintu gerbang itu amatlah terbuka bagi sepasang pendatang-pendatang yang mabuk oleh segelas piala air dari Yang Maha Hidup.

Karena inilah aku memberanikan diri memanggil namamu Arimbi, meski nama sesungguhnya anugerah orangtuamu adalah Arum. Orangtuamu telah melunasi keinginannya dengan menjadikanmu bunga desa di kampung itu. Betapa engkau telah memiliki lika-liku, lekuk jalanan menanjak berbukit seperti di tubuhmu. Di puncak tertinggi engkau semacam mata memandang ke arah gunung Anjasmoro.

Arimbi, engkaulah gerbang itu. Gerbang kebahagiaan hidupmu penyatuan antara dua dunia laki-laki dan perempuan. Bekal nasehat dari tetua kampung, seorang kiai ternama keturunan Prabu Brawijaya VI atau Pangeran Benowo yang telah paham apa arti cinta bagi khalayak insan kamil menjadi gerbang lain dari perjalanan hidupmu. Doa dan harapan leluhur-leluhurmu di sisi yang lain seperti tuah yang melapisi besi berabad-abad lamanya dan menghidupi spirit penganutnya.

Apalagi, Arimbi, bukan rahasia lagi perkampungan dan bukit-bukit yang meliuk dengan pepohonan hijau membentang, adalah sebuah jalan lempang menuju dua peradaban. Terang saja, ini adalah ruh hidupmu yang lain, agar engkau tidak pernah mati obor nenek moyang leluhurmu, Arimbi. Berabad-abad yang lalu, di depan rumahmu ini membentang jalan dua kerajaan besar Majapahit dan Kediri dengan tentara-tentaranya yang disiplin, berani, tangguh dan sesekali juga kejam.

Kau perlu tahu, meski ini sedikit melantur, di bukit yang lain terbentang di utara, seorang patih yang kelak mengharumkan nama negeri lahir—Gajah Mada dari dusun Mada. Dialah seorang yang sangat patuh pada rajanya, Hayamwuruk, yang tentu tak lagi kau heran di kampungmu ini, aroma keharumannya paling sempurna—mungkinkah Hayamwuruk pernah mampir ke rumahmu, Arimbi? Lalu merokok, sambil melihat masa depan bahwa kelak di kampung ini bakal ada dara yang mendapat pancaran sinar kecantikan Dewi Parwati? Atau baginda bakal yakin bahwa kelak di suatu hari akan tiba saatnya seorang gadis punya nama Arimbi, istri sang patriot Bima itu?

Aku sudah tidak sabar Arimbi. Karena itu kupaksa kau menyandang nama itu! Kesalahanmu satu-satunya hanyalah, memaksa aku menyaksikan pesta pernikahanmu dengan Bima, di penghujung senja tahun 2008 ini. Kamulah yang memaksa aku, menghidupkan lagi arwah Ratu Tribuawana Tunggadewi, sang baginda ratu leluhur Prabu Hayamwuruk dari kremasi abunya yang disimpan di dalam bangunan candi. Betapa sunyinya sang ratu dalam kesendirian. Sepi memagut dengan ruh rambut yang hempas angina kencang atau rintik-rintik gerimis yang mulai datang.

Arimbi, lihatlah! Kau pasti diam saja dan tak beranjak dari kursi keemasanmu, ketika aku dalam bayang gerimis berlari kencang menuju altar candi dan meneriakkan keras-keras namamu. Segulir tetes airmatamu pun tidak akan meruntuhkan kesedihanmu begitu aku tahu aku sedang kesurupan hebat. Aku kesurupan oleh ruh apa saja, segala danyang-danyang penunggu candi. Aku tidak peduli sama sekali karena yang ada di kepalaku hanyalah namamu: Arimbi. Mungkin aku bersedih. Mungkin juga aku sedang gila. Apalagi puluhan penduduk kampung malah meneriaki aku. Mereka mengejar aku yang menerobos masuk halaman candi. Berputar-putar dari pintu ke pintu lalu ke bilik situs candi. Sebagian warga lainnya kudengar, mulai paham dengan kesurupanku. Beberapa yang berhasil menangkapku memaksaku untuk berbaring sebelum akhirnya menyandarkan tubuhku dinding lapis batu bata candi yang ditata miring itu.

Satu-dua orang mengintrogasi aku dengan pelbagai pertanyaan. Aku masih waras karena mustahil aku menceritakan keinginanku bercinta dengan istriku, semenjak melihat kecantikan Arimbi. Aku hanya tak bisa menjawab pertanyaanku sendiri, mengapa justru aku berlari menuju altar Candi Arimbi?

Ah, mungkin benar aku kerasukan ruh sang Ratu. Barangkali juga ruh istriku. []

kado buat atok
surabaya, 16 des 2008

Catatan:
Candi Arimbi, terletak di Dusun Ngrimbi, Desa Pulosari Kecamatan Bareng, Jombang. Candi ini masih kokoh berdiri di bawah kaki Gunung Anjasmoro. Namun kondisi candi dengan panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter dan tinggi 12 meter kian memprihatinkan dan banyak yang sudah tidak utuh lagi. Dulu, di ruang utama (kini ruangan ini sudah tak ada lagi) ditemukan Arca Parwati, istri Dewa Siwa sebagai simbol wanita dengan kesempurnaan seorang wanita, ibu dan istri. Parwati juga dianggap sebagai dewi lambang kesuburan. Arca Parwati yang ditemukan di Candi Rimbi melukiskan Ratu Tribuana Wiajaya Tunggadewi, ratu Majapahit yang memperintah pada 1328 - 1350 M.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae