S. Jai
http://ahmad-sujai.blogspot.com/
AKU lebih suka memanggilmu Arimbi, meski namamu sebenarnya Arum. Bukan maksudku, rasa hatiku sulit untuk menterjemahkan aroma namamu seindah itu. Mungkin aku sulit untuk mengungkapkan—setidaknya untuk saat ini—seluruh gebalau perasaanku, otakku, jiwaku ketika menyaksikanmu duduk di pelaminan bersebelahan dengan kekasihmu.
Mungkin aku pencemburu. Sebab itu andaikata Arimbi adalah dendam rinduku akibat cemburuku, aku sama sekali tak kuasa mengelak dari tuduhan itu. Tuduhan yang sangat menghunjam, ketika melihat pesta pernikahanmu di cuaca siang yang cerah. Meski sebetulnya bulan ini adalah bulan-bulan paling rajin bagi langit untuk mencurahkan hujan ke tanah ini, juga tanah perbukitan di kampungmu.
Lagi-lagi, aku dibuat takjub, atau lebih tepatnya syak wasangka buruk. Engkau sepertinya telah mengerahkan berpuluh-puluh pawang hujan yang nyungsang di kampung, karena seantero penghuninya mengharapkan hujan datang agar benih tanaman, ternak, dan petani bisa mengumbar senyum melihat daun emasnya berkembang.
Arimbi, jangan engkau marah. Jangan lalu kau beritakan perasaanku, pikiranku, naluriku yang edan ini kepada kekasihmu—yang kini telah resmi menjadi suamimu. Jangan. Aku hanya sedang utarakan padamu perihal kembara jiwaku melihat kecantikanmu. Itu saja. Ah, andai kau tahu bagaimana tajam mataku ketika melihatmu tengah melipat bibir, justru saat duduk di pelaminan dan didoakan banyak khalayak.
Mungkin aku tidak sedang mendoakanmu, saat itu, pada waktu seluruh tamu seperti lebah memanjatkan amin. Doaku telah menyatu dalam tubuhku, kekagumanku, mimpiku, khayalku sejak sebelum engkau dipersunting lelaki yang kini engkau cintai itu. Jadi aku datang di hari pesta pernikahanmu, hanya untuk menjadi saksi kebahagianmu, juga saksi bagi kepedihan diriku sendiri. Ini sudah menjadi hakku—menjadi seorang yang pesakitan, di saat orang lain dalam kebahagiaan. Kau mungkin baru tahu, Arimbi.
Baiklah, sebaiknya kukatakan padamu perihal pesakitan yang mungkin kaupun sebetulnya sedang mengantongi di balik cemerlang gaun pengantinmu. Jangan coba-coba membohongi aku, dan sebaiknya kaupun harus jujur pada dirimu sendiri. Sebetulnya seorang wanita adalah makluk di bumi yang paling memuja pesakitannya. Hanya karena kecantikan dan senyum yang selalu ditebar, atau sikap malu-malunyalah yang membuatnya kuat sepanjang hidupnya merahasiakan itu semua.
Arimbi, di depan kekasihmu jangan bukalah tudung rahasiamu perihal sakit itu agar tahu bahwa itu semua tak berguna bagi suamimu. Sebelum pada saatnya, dengan cara yang setepatnya pula. Tahukah kamu Arimbi, bahwa di ranjang pengantinlah tempat yang paling tepat untuk menyingkap segala bentuk rahasia jiwa di depan kekasihnya.
Engkau boleh takut dan was-was kepadaku, Arimbi. Tetapi tidak pada suamimu—karena sudah barangtentu kekasihmu itu, calon ayah dari anak-anak yang bakal lahir dari rahimmu itu, akan melepaskan juga segala rahasia jiwa ke dalam sebentuk cinta di tempat yang sama. Kata kuncinya adalah saling melepaskan atau sama-sama membantu melepaskan. Sejak dari rindu dendam, hasrat, birahi, dan bahkan laknat. Saat itulah awal pengetahuanmu perihal pesakitan, mungkin juga awal pengetahuan kekasihmu soal disakiti atau menyakiti. Ah, bukan maksudku aku memandang sebelah mata dengan hati atau matahati terhadap kekasihmu, mempelaimu, suamimu.
Karena itu kusimpulkan saja engkau dan kekasihmu sama-sama terjangkit penyakit suka menyiksa diri. Engkau memuja rasa sakit lantaran rasa sakit bagi wanita adalah gerbang dari menuju kebahagiaan tatkala bercinta, saat gairah api cinta menyala dan membakar hangus seluruh tubuh dan jiwamu hingga hilang bentuk dan remuk. Demikian juga yang terjadi pada gelora meledak-ledak kuasa lelakimu yang sampai pada titik tertentu ia musti menghunjamkan kekejaman pada seluruh tubuhmu sejak permukaan kulit hingga rongga ngangga bahkan seolah sudi meremukkan tulang belulangmu hingga luluh lantak. Pada saat tertentu kalian sepasang kekasih yang saling meniadakan, saling menerbangkan jiwa seolah-olah menuju alam cita. Semua itu hanya berbatasan tipis di bibir pinggir ranjang pengantinmu, Arimbi.
Masuklah, merasuklah. Dua menjadi satu, satu menjadi dua. Selamat Arimbi, selancarlah sampai ujung terjauh, bahkan lebih jauh dari samudera yang selama ini dikunjungi para pencinta manapun. Aku bermaksud menunjukkan gerbang padamu, Arimbi. Barangkali engkau hendak memasuki sebelah mana yang kau pilih, terserah padamu. Pintu gerbang itu amatlah terbuka bagi sepasang pendatang-pendatang yang mabuk oleh segelas piala air dari Yang Maha Hidup.
Karena inilah aku memberanikan diri memanggil namamu Arimbi, meski nama sesungguhnya anugerah orangtuamu adalah Arum. Orangtuamu telah melunasi keinginannya dengan menjadikanmu bunga desa di kampung itu. Betapa engkau telah memiliki lika-liku, lekuk jalanan menanjak berbukit seperti di tubuhmu. Di puncak tertinggi engkau semacam mata memandang ke arah gunung Anjasmoro.
Arimbi, engkaulah gerbang itu. Gerbang kebahagiaan hidupmu penyatuan antara dua dunia laki-laki dan perempuan. Bekal nasehat dari tetua kampung, seorang kiai ternama keturunan Prabu Brawijaya VI atau Pangeran Benowo yang telah paham apa arti cinta bagi khalayak insan kamil menjadi gerbang lain dari perjalanan hidupmu. Doa dan harapan leluhur-leluhurmu di sisi yang lain seperti tuah yang melapisi besi berabad-abad lamanya dan menghidupi spirit penganutnya.
Apalagi, Arimbi, bukan rahasia lagi perkampungan dan bukit-bukit yang meliuk dengan pepohonan hijau membentang, adalah sebuah jalan lempang menuju dua peradaban. Terang saja, ini adalah ruh hidupmu yang lain, agar engkau tidak pernah mati obor nenek moyang leluhurmu, Arimbi. Berabad-abad yang lalu, di depan rumahmu ini membentang jalan dua kerajaan besar Majapahit dan Kediri dengan tentara-tentaranya yang disiplin, berani, tangguh dan sesekali juga kejam.
Kau perlu tahu, meski ini sedikit melantur, di bukit yang lain terbentang di utara, seorang patih yang kelak mengharumkan nama negeri lahir—Gajah Mada dari dusun Mada. Dialah seorang yang sangat patuh pada rajanya, Hayamwuruk, yang tentu tak lagi kau heran di kampungmu ini, aroma keharumannya paling sempurna—mungkinkah Hayamwuruk pernah mampir ke rumahmu, Arimbi? Lalu merokok, sambil melihat masa depan bahwa kelak di kampung ini bakal ada dara yang mendapat pancaran sinar kecantikan Dewi Parwati? Atau baginda bakal yakin bahwa kelak di suatu hari akan tiba saatnya seorang gadis punya nama Arimbi, istri sang patriot Bima itu?
Aku sudah tidak sabar Arimbi. Karena itu kupaksa kau menyandang nama itu! Kesalahanmu satu-satunya hanyalah, memaksa aku menyaksikan pesta pernikahanmu dengan Bima, di penghujung senja tahun 2008 ini. Kamulah yang memaksa aku, menghidupkan lagi arwah Ratu Tribuawana Tunggadewi, sang baginda ratu leluhur Prabu Hayamwuruk dari kremasi abunya yang disimpan di dalam bangunan candi. Betapa sunyinya sang ratu dalam kesendirian. Sepi memagut dengan ruh rambut yang hempas angina kencang atau rintik-rintik gerimis yang mulai datang.
Arimbi, lihatlah! Kau pasti diam saja dan tak beranjak dari kursi keemasanmu, ketika aku dalam bayang gerimis berlari kencang menuju altar candi dan meneriakkan keras-keras namamu. Segulir tetes airmatamu pun tidak akan meruntuhkan kesedihanmu begitu aku tahu aku sedang kesurupan hebat. Aku kesurupan oleh ruh apa saja, segala danyang-danyang penunggu candi. Aku tidak peduli sama sekali karena yang ada di kepalaku hanyalah namamu: Arimbi. Mungkin aku bersedih. Mungkin juga aku sedang gila. Apalagi puluhan penduduk kampung malah meneriaki aku. Mereka mengejar aku yang menerobos masuk halaman candi. Berputar-putar dari pintu ke pintu lalu ke bilik situs candi. Sebagian warga lainnya kudengar, mulai paham dengan kesurupanku. Beberapa yang berhasil menangkapku memaksaku untuk berbaring sebelum akhirnya menyandarkan tubuhku dinding lapis batu bata candi yang ditata miring itu.
Satu-dua orang mengintrogasi aku dengan pelbagai pertanyaan. Aku masih waras karena mustahil aku menceritakan keinginanku bercinta dengan istriku, semenjak melihat kecantikan Arimbi. Aku hanya tak bisa menjawab pertanyaanku sendiri, mengapa justru aku berlari menuju altar Candi Arimbi?
Ah, mungkin benar aku kerasukan ruh sang Ratu. Barangkali juga ruh istriku. []
kado buat atok
surabaya, 16 des 2008
Catatan:
Candi Arimbi, terletak di Dusun Ngrimbi, Desa Pulosari Kecamatan Bareng, Jombang. Candi ini masih kokoh berdiri di bawah kaki Gunung Anjasmoro. Namun kondisi candi dengan panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter dan tinggi 12 meter kian memprihatinkan dan banyak yang sudah tidak utuh lagi. Dulu, di ruang utama (kini ruangan ini sudah tak ada lagi) ditemukan Arca Parwati, istri Dewa Siwa sebagai simbol wanita dengan kesempurnaan seorang wanita, ibu dan istri. Parwati juga dianggap sebagai dewi lambang kesuburan. Arca Parwati yang ditemukan di Candi Rimbi melukiskan Ratu Tribuana Wiajaya Tunggadewi, ratu Majapahit yang memperintah pada 1328 - 1350 M.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 07 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar