Jumat, 20 Agustus 2021

“Sang Penari”, Potret Buram Pasca Tragedi

Sang Penari, Kisah Cinta Tragis
 
Rz. Subagyo
oase.kompas.com
 
Tragedi nasional yang menimpa republik ini pada tahun 1965 atau yang dikenal dengan G30S (Gerakan 30 September) hingga kini masih menyisakan sisi-sisi buram bagi bangsa Indonesia.
 
Sebuah gerakan pemberontakan yang “didalangi” Partai Komunis Indonesia (PKI) itu tidak saja merenggut nyawa tujuh perwira tinggi yang kemudian dikenal sebagai Pahlawa Revolusi, namun juga mengorbankan nyawa jutaan anak bangsa.
 
Pasca G30S tahun 1965, pemerintah dibawah rezim orde baru melakukan gerakan pembersihan terhadap semua unsur yang dinyatakan terlibat dalam tragedi berdarah tersebut, tak terkecuali para pekerja seni dari rakyat bawah.
 
Melalui “Sang Penari” sutradara muda Ifa Ifansyah sepertinya ingin menunjukkan sebuah potret buram pasca tragedi 1965 yang hingga kini dinilai sebagai salah satu sisi kelam kehidupan berkebangsaan di Indonesia.
 
Film Sang Penari yang terinspirasi dari trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari tersebut mengisahkan kehidupan Srintil ronggeng dari Dukuh Paruk pada era 1960an.
 
Bertahun-tahun Dukuh Paruk kehilangan “kehidupannya” setelah kejadian keracunan massal tempe bongkrek yang menewaskan warga Dukuh Paruk dan salah satunya korbannya adalah Surti, seorang ronggeng dukuh tersebut.
 
Srintil (Prisia Nasution), yang sejak kecil suka menari diyakini memiliki indang atau roh ronggeng, kemudian oleh kakeknya, Sakarya (Landung Simatupang) gadis itu dibawa ke dukun ronggeng, Kertareja (Slamet Raharjo) agar “dipoles” menjadi ronggeng yang sesungguhnya.
 
Kehidupan Dukuh Paruk pun kembali bergairah setelah memiliki ronggeng yang baru, terlebih lagi pesona Srintil mampu membuat dirinya menjadi ronggeng yang terkenal.
 
Namun ketenaran Srintil sebagai seorang ronggeng justru membuat tidak senang Rasus (Oka Antara) teman sepermainannya sejak kecil -yang ternyata mencintainya. Terlebih lagi seorang ronggeng tidak hanya dituntut mampu membawakan tarian namun juga melayani lelaki.
 
Rasus akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Dukuh Paruk dengan cintanya kepada Srintil dan kemudian masuk menjadi tentara.
 
Sepeninggalan Rasus, ronggeng Dukuh Paruk semakin berkibar hingga kesenian tersebut akhirnya direkrut oleh sebuah partai untuk menarik massa dalam setiap aksi propagandanya.
 
Angin ternyata berbalik, kegagalan Gerakan 30 September di Jakarta, akhirnya merembet hingga ke Dukuh Paruk yang harus menerima akibatnya karena “keterlibatannya” dalam tragedi tersebut.
 
Sebagai film yang memotret pasca tragedi 1965, Sang Penari bisa dibilang cukup berani, karena sang sutradara menampilkan adegan pembantaian massal yang dilakukan TNI terhadap masyarakat yang diindikasikan terlibat ataupun anggota partai komunis.
 
Seperti yang diakui oleh penulisnya, Ahmad Tohari, bahwa dia tidak seberani Ifa Ifansyah dalam melukiskan pembunuhan massal tersebut.
 
“Novel ini saya tulis tahun 1980an. Saya takut jika menulis terlalu vulgar bisa-bisa peluru menembus kepala saya,” kata pria kelahiran Kabupaten Banyumas 1948 itu.
 
Keberanian Ifa yang juga sutradara Garuda Di Dadaku, mengangkat novel Ronggeng Dukuh Paruk dari sudut pandang politik dalam negeri era 1960an bisa jadi menjadi selling point Sang Penari.
 
Ia mengakui, hingga saat ini masih minim film nasional yang mengambil tema pemberontakan PKI, kalaupun ada baru tiga yakni “Pemberontakan G30S/PKI” yang menjadi tontonan wajib pada masa orde baru, kemudian “Gie” serta “Sang Penari”.
 
Sebenarnya bukan baru kali ini Ronggeng Dukuh Paruk diangkat ke layar lebar. Pada era 1980an sutradara Yasman Yazid memfilmkannya dengan judul “Darah dan Mahkota Ronggeng”.
 
Namun saat itu, film yang dibintangi Eny Beatrice sebagai Srintil dan Ray Sahetapy sebagai Rasus, hanya mengambil sudut pandang kehidupan ronggengnya dan menonjolkan sisi erotis dan seks. “Karena itu saya tidak pernah menonton film tersebut hingga saat ini,” kata Ahmad Tohari yang mengaku kecewa.
 
Di tengah film nasional bertema hantu dan erotisme, Sang Penari bisa menjadi tontonan yang bermutu, terlebih lagi dari sisi sinematrografi gambar-gambar yang disuguhkan cukup bagus dan nyaman untuk dinikmati.
 
Yang juga patut diapresiasi dari Sang Penari yakni terlihat sekali unsur ke-Indonesiaan, bahasa Banyumas sangat mendominasi dialog-dialognya, tidak sekedar tempelan satu dua kata, sehingga warna lokal begitu kental.
 
Pemain utama Prisia Nasution yang pasti dari namanya dari Batak dan Oka Nyoman Antara yang orang Bali begitu masuk memerankan Srintil dan Rasus yang merupakan penduduk Banyumas dengan bahasa Jawa yang ngapak-ngapak.
 
Jika ada sedikit kelemahan, karena film ini merupakan interpretasi sang sutradara terhadap novel, bagi yang belum membaca versi bukunya akan sedikit bingung mengikuti adegan yang terlalu cepat melompat-lompat tanpa ada adegan penjelasan.
 
Sedangkan bagi mereka yang sudah membaca bisa jadi akan “protes” karena Ifa melakukan perubahan-perubahan dalam karyanya sehingga sedikit melenceng dari novelnya.
 
“Dalam bagian akhir film ini tertulis ’terinspirasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk’, jadi saya tidak sedang memfilmkan novel itu tapi mengambil inspirasi,” kata Ifa memberikan alasannya.

5 November 2011. http://sastra-indonesia.com/2011/12/sang-penari-potret-buram-pasca-tragedi/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae