Senin, 23 Agustus 2021

Panduan Meraih Nobel Sastra

A.S. Laksana *
ruangbaca.com
 
Hudan Hidayat mengirimkan pesan singkat yang panjang sekali pada suatu tengah malam ke telepon genggam saya. Dan telepon genggam saya, benda paling tidak canggih yang saya miliki, memenggal-menggal pesan itu menjadi 14 SMS yang datang berurutan dan masing-masing pesan ruwet bunyinya. Saya baru tahu kemudian, dari pembicaraan teman-teman, bahwa pesan singkat yang panjang sekali itu ternyata adalah Memo Indonesia. Sampai hari ini, ketika teman-teman sudah tidak lagi membicarakannya, saya tetap tidak tahu apa isi memo tersebut.
 
Malam itu, dengan paras mengantuk dan hati murung karena gagal menyatukan 14 SMS menjadi satu karangan utuh, saya membalas Hudan: “Dan, sebaiknya kau menulis satu saja cerita yang membuatmu layak mendapatkan hadiah Nobel, ketimbang mengirimiku rombongan spanduk yang menyedihkan ini.” Beberapa kali sebelumnya, ia sudah sering mengirimkan ke telepon saya slogan-slogan dan, saya pikir, dengan produktivitasnya berslogan ia akan lebih berhasil menjadi penulis spanduk ketimbang penulis cerpen. Tetapi malam itu Hudan berjanji akan menulis cerpen seperti yang saya maksudkan.
 
Mudah-mudahan ia bisa mewujudkan janjinya, tetapi kemungkinan besar ia gagal. Menulis karya yang layak Nobel, Anda mafhum, pastilah tidak mudah dan sampai sekarang tidak ada buku panduannya. Memang ada banyak buku teknik menulis di toko, beberapa ditulis oleh orang-orang yang tidak pernah saya jumpai tulisannya selain buku itu sendiri. Ada yang berjudul Menulis Nggak Perlu Bakat atau Menulis itu Seperti Bicara atau Teknik Menulis Buku Bestseller atau Menjadi Kaya dengan Menulis. Saya sendiri menulis Creative Writing: Teknik-teknik terburuk untuk menghasilkan cerpen dan novel. Jauh sebelumnya, Arswendo telah menulis Mengarang itu Gampang.
 
Kita bisa memperdebatkan judul-judul itu –apakah mengarang itu benar-benar gampang atau tidak perlu bakat atau seperti bicara atau seperti menangis –tetapi buku-buku semacam itu saya pikir tetap bermanfaat. Mungkin mereka akan memberi bekal seperlunya kepada Anda, atau membuat Anda sungguh bisa menulis dengan mudah, atau, apes-apesnya, membuat Anda semakin penasaran untuk mencari buku panduan lainnya yang lebih baik.
 
Tentang buku tuntunan menulis karya yang layak mendapatkan Nobel, terus terang, saya terus merindukannya. Mungkin ini kerinduan yang mengada-ada, tetapi, jika buku itu ada, ia akan memungkinkan siapa saja untuk memimpikan puncak pencapaian. Saya kira para pemenang Nobel Sastra punya kredibilitas untuk menulis buku semacam itu. Persoalannya, mereka pasti tidak memiliki kepercayaan diri yang dipunyai oleh para motivator yang gigih mengajari kita cara menjadi makmur dengan mudah, cara menjadi jutawan tanpa bekerja, atau cara menjadi kaya tanpa modal. Mereka juga tidak seperti para penggugah yang pantang lelah memberi tahu kita bagaimana cara menjadi manajer terbaik, menjadi pengusaha nomor satu, menjadi tukang sihir jempolan, atau menjadi pembuat karpet terbang paling tampan. Karena itu, ketika segala hal ditulis menjadi buku, saya tetap tidak menemukan buku panduan cara meraih Nobel Sastra.
 
Kalau buku semacam itu memang tidak akan pernah ada sampai tiba hari kiamat, mestinya patut dipikirkan cara lain untuk melahirkan penulis-penulis yang baik. Sekarang ini saya semakin gentar mendengar pengakuan (atau cibiran?) teman-teman bahwa mereka tidak pernah bisa tahan membaca karya-karya pribumi. Kalaupun mereka mencoba membaca, pembacaan itu pasti mandek di tengah jalan. Pernyataan ini menyiratkan keputusasaan orang terhadap mutu karya-karya penulis kita.
 
Mungkin kita memerlukan sebuah lab atau proyek atau apa pun namanya untuk mengkaji karya-karya terbaik dan bagaimana menghasilkannya. Di bidang ilmu-ilmu eksakta, Yohannes Surya berani mengumumkan “langkah pertama ke arah Nobel”. Ia memelopori proyek penetasan para juara olimpiade fisika, matematika, biologi, dan sebagainya. Ada jangkauan jauh pada proyek tersebut. Kita bicara soal mimpi di sini –juga soal target. Mimpi membuat kita membebaskan diri dari kungkungan kenyataan, atau apa yang diyakini sebagai kenyataan; target memberikan rangsangan pada otak kita untuk mewujudkan sesuatu yang dimimpikan.
 
Target, Anda tahu, bisa berupa tiang jauh yang disasar dari garis tengah lapangan oleh David Beckham ketika ia berlatih menendang bola setiap hari. Target adalah angan-angan Bruce Lee untuk mencapai batas tertinggi kekuatan tubuh manusia yang bisa diupayakan. Dan Bruce Lee diilhami oleh seorang juara lainnya, Muhammad Ali, petinju dengan bobot seratus kilo lebih, yang mampu menari-nari lincah di atas kanvas. Muhammad Ali mendapatkan ilhamnya dari alam: melayang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah. Dan Ali tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadikan dirinya seperti itu.
 
Kesusastraan kita saya kira sangat memerlukan orang-orang yang tahu apa yang harus mereka lakukan. Sama seperti bidang ilmu-ilmu eksakta, sastra pun tampaknya memerlukan orang yang berani menyerukan mimpi: “Langkah awal menuju Nobel”. Mungkin gagasan ini mengada-ada atau terasa ngelunjak. Tetapi rasanya lebih baik mengada-ada semacam ini ketimbang mengikuti keruwetan yang tak menggeser kita ke mana-mana.
 
Memang kadang-kadang keruwetan bisa terasa sebagai sesuatu yang mengasyikkan, atau tampak seperti sebuah dinamika, sekalipun yang terjadi sesungguhnya sekadar pergunjingan. Keruwetan yang saya maksud ini belakangan tampil dalam bentuk kesibukan orang untuk memelesetkan nama-nama atau membuat memo pribadi atau meraung-raung menodong kebebasan berekspresi. Ada juga yang menyalak keras-keras mempersoalkan puisi yang dianggap menodai malaikat. Malaikat mana yang dimaksud? Yang bersayap unggas atau yang tidak?
 
Saya akui bahwa kadang-kadang saya menyesali keterasingan saya dari “dinamika sastra Indonesia” itu. Keawaman terhadap gunjing-menggunjing menjadikan saya betul-betul tidak tahu, misalnya, kenapa Hudan dan kawan-kawan menyebut-nyebut soal kebebasan berekspresi dalam memo yang mereka bikin. Saya dengar karena Taufiq Ismail, satu orang saja dari dua ratus juta lebih penduduk Indonesia, senewen terhadap cerita-cerita yang bersyahwat-vulgar.
 
Saya menjadi teringat pada Linus Suryadi Ag. dan Pengakuan Pariyem-nya. Dalam karyanya itu Linus ada menuliskan kalimat “… wah, anunya gede banget. Saya marem meladeninya….” Karya itu mendapat sambutan yang baik dan tidak pernah terdengar Linus, semasa hidupnya, meraung-raung meminta hak atas kebebasan berekspresi. Saya kira memang ada cara menulis yang baik dan ada pula cara menulis yang buruk. Dan jalan untuk menghasilkan tulisan yang baik tentunya bisa dilacak dan ditempuh. Sementara ini, sebelum ada proyek ambisius yang diniatkan untuk melahirkan penulis hebat, kita tetaplah harus belajar dan menempuh latihan kita sendiri: dengan membaca karya-karya terbaik, dengan bertekun mengkaji hal-hal apa saja yang membuat karya-karya itu menjadi baik, dan dengan menulis. Saya kira begitu sajalah.
***

*) A.S. LAKSANA, cerpenis kelahiran Semarang, 25 Desember 1968. Ia merupakan lulusan Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Buku kumpulan cerpennya Bidadari yang Mengembara (KataKita, 2004) terpilih sebagai buku sastra terbaik 2004 pilihan Majalah Tempo. Sementara itu, novelnya Cinta Silver (Gagas Media, 2005) difilmkan dengan judul yang sama. Buku-buku kumpulan cerpennya yang lain adalah Murjangkung, Cinta yang Dungu dan Hantu-hantu (Gagas Media, 2013) dan Si Janggut Mengencingi Herucakra (Marjin Kiri, 2015). Sedangkan buku-buku non-fiksinya yang telah terbit, antara lain Creative Writing: Tips dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel (Mediakita, 2007), Podium DeTik (Sipress, 1995), Skandal Bank Bali (Detak, 1999), dan Creative Writing (Banana, 2020). A.S. Laksana pernah menjadi wartawan Detik, Detak, dan Tabloid Investigasi. Selanjutnya, ia mendirikan dan mengajar di sekolah penulisan kreatif Jakarta School. http://sastra-indonesia.com/2010/10/panduan-meraih-nobel-sastra/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae