Jumat, 13 Agustus 2021

Novel Orang-Orang Bertopeng (16)

Dimuat bersambung di harian Sinar Harapan, edisi 27 Maret-10 Mei 2002
 
Teguh Winarsho AS
 
Malam semakin larut. Beberapa orang pamit pulang. Tapi segera disusul oleh kedatangan beberapa orang lain lagi. Alhasil, warung Cut Hindar tak pernah sepi. Sebagai janda yang boleh dibilang masih lumayan muda, Cut Hindar memang pandai memikat pembeli. Kerling matanya yang aduhai sering membuat anak-anak muda betah tinggal di situ. Bahkan diam-diam banyak laki-laki terutama dari luar kampung yang tergila-gila dan bermaksud meminang Cut Hindar.
 
Tapi Cut Hindar tidak mau. Cuh Hindar takut jika bersuami lagi warungnya jadi sepi. Sebab lain, Cut Hindar masih trauma dengan suami pertamanya yang diam-diam punya simpanan di kota. Cut Hindar tak mau cintanya dikhianati untuk kedua kalinya. Bagi Cut Hindar, seorang anak perempuannya yang kini berusia lima tahun sudah cukup untuk menghibur hatinya.
 
“Hai, Salman, berani juga kau keluar malam. Tidak takut diculik lagi, hah?” seseorang tiba-tiba berteriak menyambut kedatangan Salman. Salman hanya tersenyum kecil menanggapi gurauan itu. Salman menjatuhkan pantatnya di kursi bambu dengan sikap malas-malasan. Matanya merah seperti sudah berhari-hari tidak tidur. Pakaiannya kumal, kusut.
 
“Dari mana, Man?” tanya laki-laki di sebelah Salman.
 
“Dari rumah.”
 
“Tidak takut sendirian saja?”
 
Salman menggeleng. Malam ini Salman memang memberanikan diri keluar rumah, mencari hiburan, sebab di rumah tidak bisa tidur. Berulangkali Salman mencoba mempratekkan teori mempercepat jatuh tidur, tapi hasilnya nihil. Memang, sudah beberapa hari ini, tepatnya sejak terakhir berkunjung ke rumah Fatma, pikirannya selalu gelisah. Lebih gelisah dibanding hari-hari sebelumnya.
 
“Kopi!” suara Salman parau.
 
Cut Hindar mengangguk. Dan hanya sebentar segelas kopi kental panas sudah terhidang di atas meja Salman. Sejenak Salman mengendus asap kopi yang mengepul. Hidungnya kembang kempis.
 
“Biasanya jam tujuh sore kau sudah tidur, Man” ucap Cut Hindar usai menghidangkan kopi.
 
“Sudah beberapa malam ini aku susah tidur….” Salman menjawab acuh tak acuh.
 
“Penyakit orang yang sedang jatuh cinta memang susah tidur,” Cut Hindar menyahut. Genit.
 
Orang-orang yang mendengar perkataan Cut Hindar menahan senyum. Salman hanya tertawa pelan seraya menyandarkan punggungnya di bangku. Jauh di dasar hati, Salman membenarkan ucapan Cut Hindar; dirinya memang sedang jatuh cinta! Ah, mungkin tidak sekadar jatuh cinta lagi, tapi sudah meningkat pada taraf tergila-gila!
 
Bagaimana tidak, semua prosedur sudah ia laksanakan dengan baik. Butiran halus berwarna hijau itu sudah ia masukkan ke dalam gelas minuman Fatma. Juga mantra pengasihan itu sudah ia baca berulang-ulang sambil menatap tak berkedip wajah Fatma. Tapi mana hasilnya? Jika Fatma mengetahui perbuatannya, konon misinya memang bisa gagal. Tapi ia yakin Fatma tidak mengetahui perbuatannya. Serbuk itu ia tuang saat Fatma masuk ke dalam kamar.
 
Tadi pagi Salman sudah mendatangi orang pintar itu dan menanyakan kenapa hingga beberapa hari ini ramuan itu masih belum bereaksi. Tapi jawaban yang didapat sangat mengecewakan kalau tidak boleh dibilang menyakitkan; ia diminta agar bersabar. Bersabar? Ya, bersabar. Katanya, kemujaraban ramuan itu antara lain terletak pada kesabaran pemakainya. Semakin si pemakai sabar, semakin mujarab ramuan itu. Begitu pula sebaliknya. Tapi persoalannya, sampai kapan harus bersabar? Sampai kapan? Bukankah kesabaran sebagaimana juga kemarahan, kebencian, kesetiaan, kerinduan, selalu ada batasnya?
 
Meski begitu Salman tetap berusaha menyabar-nyabarkan diri. Ia tak mau kehilangan Fatma. Hanya Fatma-lah satu-satunya harapan hidupnya. Belahan jiwanya.
 
“Heh, melamun!” seseorang menyentak bahu Salman.
Salman terkejut.
 
“Masih ada rokok?” tanya orang itu meraih bungkus rokok di meja Salman.
 
Salman mengangguk dan dengan gerak tangan menyuruh orang itu untuk mengambil rokok miliknya.
 
“Terimakasih, Man. Aku pulang dulu…” orang itu menyelipkan rokok di mulutnya lalu beranjak pergi.
 
Malam kian bertambah larut. Sesekali angin berhembus menerobos rimbun daun menimbulkan bunyi mirip hujan. Habis itu sepi. Hanya kemerosak radio dua band milik Cut Hindar yang digantung di dinding warung lupa tidak dimatikan. Salman sendiri tiba-tiba tak kuasa menahan kantuk, tertidur di atas bangku pajang. Orang-orang satu persatu pulang.
 
Hingga menjelang pagi hanya Salman yang tersisa di warung. Salman tidur pulas mendengkur. Sesekali dari mulut Salman keluar igauan dan racauan yang bunyinya macam-macam, aneh-aneh, ngeri-ngeri dan lucu-lucu yang hanya Cut Hindar sendiri yang tahu.
 
SEPULUH
 
GERIMIS yang turun semalam membuat pepohonan tampak lebih hijau dan segar. Sisa-sisa aroma tanah basah menguap saat matahari menyembul dari balik bukit. Pagi yang cerah. Pagi di mana siklus harian penduduk kampung Pegasing dimulai. Inilah saat keringat menetes menjadi mutiara. Allah telah memberkahi Ulegle dengan kesuburan tanah sawah dan ladang. Tapi rezeki tidak serta merta datang begitu saja. Perlu kerja keras untuk mendapatkannya.
 
Di antara kesibukan orang-orang yang berangkat ke ladang, terlihat Umi menyapu halaman rumah. Wajah Umi secerah matahari pagi. Wajar, cita-cita Umi untuk menikahkan Fatma sebentar lagi bakal terlaksana. Meski sejauh ini Umi tidak mengerti apa yang membuat anak gadisnya berubah drastis, mau menikah. Kenapa Fatma yang dulu keras kepala belum mau menikah, kini tiba-tiba hatinya terbuka. Memang Fatma belum mengatakan langsung pada Umi, tapi sebagai Ibu yang dulu pernah mengalami masa-masa jatuh cinta, ia bisa membaca perubahan itu. Fatma jatuh cinta pada Salman!
 
Sementara di dalam kamarnya, pagi ini, Fatma disergap rindu pada seraut wajah laki-laki yang belakangan ini selalu menganggu hari-harinya. Fatma tidak tahu apa yang sebenarnya tengah menimpa dirinya. Kenapa tiba-tiba ia selalu ingat laki-laki itu. Kenapa bayang-bayang laki-laki itu terus menghantui. Sesuatu entah apa, begitu lembut, begitu halus, kerap menelusup ke dalam tubuhnya, entah sejak kapan, membuat desiran-desiran aneh, seperti rasa dingin yang sering menyergap ketika malam tiba, lalu segalanya terasa begitu indah saat membayangkan laki-laki itu. Membuat Fatma kadang malu sendiri. Malu karena laki-laki itu dulu pernah ia sakiti.
 
Tapi benarkah aku jatuh cinta pada Salman? Benarkah bayangan laki-laki itu adalah Salman? Berkali-kali Fatma mendengungkan pertanyaan itu ke dalam hati kecilnya, tapi ia selalu tak menemu jawab, kecuali sebuah kerinduan yang tiba-tiba datang menghentak hingga rasanya seluruh hari-harinya ikut terbakar. Rindu seperti apakah hingga membuat Fatma mabuk kepayang? Cinta seperti apakah hingga Fatma terlena? Ah!
 
(bersambung)
 
***

http://sastra-indonesia.com/2021/08/novel-orang-orang-bertopeng-16/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae