Penyair
Maya Azeezah meluncurkan buku kumpulan puisinya “Catatan Kehilangan”. Di Pusat
Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan
Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (23/7) siang WIB.
Peluncuran yang
menyejukkan. Karena dihadiri banyak peminat sastra. Diskusi buku ini dibahas
Sunu Wasono, Jose Rizal Manua, Remmy Novaris DM, dan Nunung Noor El Niel.
Dimoderatori Riri Satria.
Buku puisi ini yang terdiri
dari 88 puisi, menurut penerbit hampir 90% persen membicarakan kehilangan.
Kehilangan, yang bagi aku, setelah usai membaca buku ini, tidak selalu
menyiratkan kepedihan. Namun, disikapi dengan kesadaran dan kesabaran yang
berdaya hidup.
Bahwa segala sesuatu yang
terjadi tidak semata terjadi begitu saja, namun ada hal yang memang membuat
sudah seharusnya kehilangan itu terjadi. Padahal, menurut Maya, ada beberapa
puisi yang merupakan ‘pesanan’. Tentu saja, pesanan yang tidak instan,
melainkan sudah melalui perenungan panjang. Hal yang sudah sepatutnya untuk
terciptanya sebuah puisi.
Ide boleh datang dari mana
saja. Seperti kata Maya, “Aku sering menerima curhatan teman. Kok sedih ya.
Pelahan aku tuliskan dalam baris-baris puisi. Puisi juga jadi pijakan aku untuk
melanjutkan jejak itu ke karya lainnya.”
Benar, Maya yang lahir di
Jakarta, 30 April 1972, adalah seorang dramawati. Ia pimpinan grup Lintas
Teater Jakarta Utara. Ia juga aktivis. Wajar jika karya-karyanya tidak hanya
puisi, juga drama monolog, naskah panggung, film festival, dan naskah
sosialisasi anti narkoba.
Catatan Kehilangan adalah
antologi puisi kedua Maya setelah “Mengenal dan Mengenal” pada tahun 2015.
Kedua buku ini diterbitkan Teras Budaya Jakarta pimpinan Remmy dan Nunung.
Tentu saja, seperti harapan
banyak orang, kita ingin terus melihat Maya semakin berkiprah di puisi. Bidang
yang tidak lagi selalu terkait dengan kesunyian, namun terus merebak ke jagat
pemanggungan.
Dalam ‘kehilangan’-nya,
Maya telah menghadirkan keteduhan. Keteduhan yang memang layak mengalir dari
sebuah atau banyak puisi. Untuk aku, puisi ‘Aku Telah Membaca’ Maya yang
merupakan puisi ke-54 di halaman 56 Catatan Kehilangan sungguh menyentuh.
Musikal dan nyes. Inilah:
AKU TELAH MEMBACA
aku telah membaca
pada keretakan bahkan pecah
terbelah-belahnya
kita merasa kehilangan
pada keretakan bahkan pecah
terbelah-belahnya
kita merasa kehilangan
bahwa di
pintu peradaban
ada pintu isu hati
tentang kejemuan
pada kemunafikan
ada pintu isu hati
tentang kejemuan
pada kemunafikan
yang telah
tumbuh menjadi akar,
batang besar,
ranting dan daun tua serta hijaunya
yang baru saja tumbuh
masuk tenggelam kedalam kubangan
satu pohon yang mencekam
batang besar,
ranting dan daun tua serta hijaunya
yang baru saja tumbuh
masuk tenggelam kedalam kubangan
satu pohon yang mencekam
17032016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar