Jumat, 30 Mei 2014

Senjakala Kritik Sastra Indonesia

Gunoto Saparie
Republika, 18 Juni 2006

Karya sastra merupakan dunia kemungkinan, artinya ketika pembaca berhadapan dengan karya sastra, maka ia berhadapan dengan kemungkinan penafsiran. Setiap pembaca berhak dan seringkali berbeda hasil penafsiran terhadap makna karya sastra. Pembaca dengan horison harapan yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan penafsiran terhadap sebuah karya sastra tertentu.

Hal itu berkaitan dengan masalah sifat, fungsi dan hakikat karya sastra. Sifat-sifat khas sastra ditunjukkan oleh aspek referensialnya (acuan), fiksionalitas, ciptaan dan sifat imajinatif. Sedangkan fungsi sastra tergantung dari sudut pandang serta ditentukan pula oleh latar ideologinya. Hakikat keberadaan karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi.

Ketiga unsur itulah yang menyebabkan masalah yang luas dan kompleks dalam dunia sastra. Hal ini juga telah memungkinkan beragamnya teori dan pendekatan terhadap karya sastra, beragamnya aliran dalam sastra dan memungkinkan beragamnya konsep estetik karya sastra.

Kritik sastra memiliki korelasi yang erat dengan perkembangan kesusasteraan. Menurut Andre Hardjana, kritik sastra merupakan sumbangan yang dapat diberikan oleh para peneliti sastra bagi perkembangan dan pembinaan sastra. Hal senada juga diungkapkan oleh Subagio Sastrowardojo, bahwa untuk bisa menentukan bagaimana sesungguhnya perkembangan kesusasteraan Indonesia, dibutuhkan suatu kritik.

Pendekatan dalam kritik sastra cukup beragam. Pendekatan-pendekatan tersebut bertolak dari empat orientasi teori kritik. Pertama, orientasi kepada semesta yang melahirkan teori mimesis. Kedua, teori kritik yang berorientasi kepada pembaca yang disebut teori pragmatik. Penekanannya bisa pada pembaca sebagai pemberi makna dan pembaca sebagai penerima efek karya sastra. Resepsi sastra merupakan pendekatan yang berorientasi kepada pembaca. Ketiga, teori kritik yang berorientasi pada elemen pengarang dan disebut sebagai teori ekspresif. Keempat, adalah teori yang berorientasi kepada karya yang dikenal dengan teori objektif.

Harus diakui, kritik sastra belakangan ini memang makin terasa langka dalam dunia sastra Indonesia. Kemunculan kritikus yang berwibawa pasca-HB Jassin dan Soebagio Sastrowardojo, atau Wiratmo Soekito, memang menjadi dilema tersendiri dalam dunia kritik sastra Indonesia. Yang muncul dan menjadi booming adalah justeru para selebriti sastra (penyair, cerpenis, dan novelis) daripada kritikus.

Kalangan akademis tampaknya juga seolah tak lagi dianggap peduli pada sastra (dengan kritikannya). Dunia kampus yang diharapkan melahirkan ahli sastra, salah satunya menjadi kritikus, sedang mandul. Satu dua kritik yang lahir hanyalah bentuk sederhana dalam bentuk semacam resensi. Ada juga tradisi kritik semacam pesanan penerbit bagi pengantar untuk buku-buku kumpulan cerpen. Itu pun dibuat oleh para sastrawan (umumnya berpikiran generalis), bukannya kritikus khusus (yang berpikiran dan punya tradisi seorang spesialis).

Tidak berlebihan kalau dikatakan, bahwa sastra Indonesia sedang tanpa huruf "K". Kritik yang benar-benar kritik. Baik menyanjung atau mencela, hingga memberi pledoi atau memaparkan suatau nilai-nilai tertentu dalam sebuah karya. Yang terjadi memang hanya komentar singkat, yang biasanya dimuat di halaman belakang buku-buku novel, kumpulan puisi dan cerpen. Yang terjadi juga adalah beberapa ulasan dari para sastrawan sendiri, terutama yang berdebat tentang estetika sastra (cerpen) koran. Perdebatan itu menjadi semacam incest saja karena kritikus sastranya sendiri, yang secara spesialis menguak karya dan fenomena kesusasteraan, seperti tak terdengar.

Beberapa pendekatan kritik seperti struktural generalis, feminisme, resepsi, atau pendekatan-pendekatan akademis lain, makin tidak berbunyi. Kritik sastra berlangsung seadanya. Sesuatu yang ditampilkan tanpa emosi penuh, tidak sebagaimana kalau para sastrawan membuat karya-karya kreatifnya yang tampak mengerahkan semua kekuatan.

Dunia sastra Indonesia saat juga sangat sedikit menarik minat disiplin lain (sosisolog hingga psikolog, misalnya) untuk menulis karya kritik berdasarkan sudut pandang profesinya. Ini mungkin dimaklumi karena akademisi sastranya sendiri pun seperti tidak tertarik, dan hanya menjadi mesin pemutar sejarah kritik sastra saja. Begitu pun kalangan akademisi sastra yang menjadi sastrawan, seperti enggan merangkap sebagai kritikus.

Persoalan kritik memang bukan persoalan para sastrawan (terutama nonakademis), namun persoalan institusi sastra (dan bahasa tentunya). Karya sastra dan sastrawan akan terus lahir meski tanpa kelahiran kritikus sastra. Kritik dan kritikus boleh terpinggirkan, namun sastrawan dan karyanya akan terus memasuki gelanggang sastra. Dengan demikian yang tampak parah memang iklim kritik (terutama) dari kalangan akademisi. Padahal sastra Indonesia hari-hari ini boleh dibilang mengalami booming. Puisi, cerpen koran, dan novel yang dipengaruhi sayembara novel versi DKJ dan penerbitan mandiri, makin berkualitas dan menuntut tulisan kritik yang mampu membedah berbagai kecenderungan karya-karya tersebut.

Karya-karya sastra yang muncul belakangan ini, juga tak hanya dimeriahkan karya-karya sastrawan lokal/naisonal, namun juga internasional lewat beberapa penerbitan terjemahan di Yogya dan Jakarta. Dengan mudahnya publik sastra kita dapat memenuhi hasrat membaca karya asing yang kian berjubel. Antologi Sastra Rusia, Afganistan, India, Amerika, Afrika, hingga karya-karya individu semacam Gabriella Garcia Marquez, Iqbal, Rabindranath Tagore, Franz Kafka, Duong Thu Huong, Gorky, dan berbagai kompilasi lain seperti versi nobel dan kecenderungan tematik (cinta, feminisme, dan lain-lain).

Karya-karya tersebut makin menumpuk dan bertahan tanpa kritik sastra. Begitu juga dengan maraknya kembali cetakan karya Pramoedya Ananta Toer, baik yang lama maupun yang baru, hanya termanggu tanpa kritik. Adakah kalangan akademisi sastra hanya berniat dan berminat menjadi penonton saja? Lalu untuk apa gedung dan menara gading yang dibuat itu? Para pendekar sastra yang telah lama digojlok dalam dunia akademi sastra, sudah saatnya mengasah kembali daya kritik sastranya.

Kritik sastra sebagai bentuk pemahaman terhadap sebuah karya sastra memang membutuhkan pendekatan yang sedikit berbeda dari penulisan karya sastra itu sendiri. Pendekatannya tidak semata-mata kreatif tapi juga ada pendekatan keilmuan atau teoritis. Sebagaimana ditengarai oleh para peminat dan pengamat sastra kita saat ini permasalahan utama dalam kritik sastra adalah kompetensi dari pelaku kritik itu sendiri yang implikasinya berlanjut kepada bagaimana pendekatan atas kritik tersebut, bobot kualitas atau mutu sebuah kritik dan akhirnya opini yang muncul sebagai konsekuensi atas sebuah kritik.

Sejauh ini terdapat kesenjangan antara pelaku kritik dan penerima kritik seolah ada tarik ulur dari segi kompetensi yang didasari oleh besarnya ego masing-masing yang sangat subyektif. Akibatnya, budaya kritik tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan di mana semua bentuk kritik membangun dapat diterima dengan jiwa besar.

Para pelaku kritik seringkali hanya memberikan penilaian yang dangkal tanpa didasari oleh sebuah kepekaan estetis yang cukup: kritik muncul sebagai sebuah sikap arogansi semata-mata. Pada akhirnya unsur kompetensi ini pulalah yang menjadi unsur utama mandulnya tulisan kritik sastra yang berbobot.

Bagaimanapun juga kritik sastra sangat dibutuhkan kehadirannya. Karena hanya lewat kritiklah bobot sebuah karya teruji, dan dengan kritik pulalah seorang penyair yang serius dapat berkembang mencapai puncak estetisnya dalam berkarya. Keberhasilan Chairl Anwar mencapai bobot puitisnya tidak terlepas dari peran HB Jassin dan kritik-kritiknya yang sangat menyaran.

Sudah saatnya bagi media sastra modern yang unlimited ini memberikan alternatif dengan menyediakan rubrik khusus untuk kritik sastra. Kritik apapun bentuknya, baik ilmiah formal, maupun kritik kreatif spontan yang tidak formal akan menajamkan perasaan estetis penulis secara langsung. Sekaligus keberadaan rubrik ini diharapkan dapat menjadi jawaban terhadap kecurigaan pihak luar atas kompetensi para editor, di mana para editor dapat mempertanggungjawabkan jelas tidaknya kriteria serta bobot penilaian estetis mereka secara sungguh-sungguh.

*) Penyair dan esei

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae