Rabu, 06 Juli 2011

YANG DIRENGKUH DAN BERLABUH

Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/

1.
Sebuah roman adat istiadat Jawa yang ditulis alam bahasa Indonesia yang apik oleh Arti Purbani (nama samara BRAy. Siti Partini Djajadiniingrat) berjudul “Widyawati”(1949) mengisahkan seorang gadis jelita dari kalangan rakyat, Widyawati alias Widati, yang memiliki ketabahan luar biasa dan gemar berprihatin buat mencapai cita-cita luhurnya. Dalam istilah “prihatin”, direngkuh dua anasir yang saling melengkapi, yakni : banyak menahan diri, tirakat dan mengendapkan duka, sehingga kehidupan hari nanti diliputi sinar surya. Anasir satunya adalah, bagaimana satu individu memandang manusia bukan menghambakan diri kepadanya, melainkan berusaha untuk menciptakan “rasa bakti nan terindah” dalam sukmanya. Karenanya, kisah cibta—sebagaimana Widati akhirnya sukses dalam kisah cintanya dengan bangsawan Kusumoprojo—adalah untaian bahagia yang disulam pada beludru perenungan masa kini mau mengkaji buku tersebut, kiranya akan banyak nilai yang bisa dipetik, seperti umpamanya kesabaran dalam berharap dan memetik rakhmatNya.

2.
Kelebihan dalam merengkuh, lebih kiranya dibandingkan dengan keberangkatan untuk berlabuh. Merengkuh, artinya menguasai sesuatu dengan sikap seperti melindungi, mengayomi dan membawanya pada gapaian nan sebaik mungkin. Sedangkan dalam istilah berlabuh, maka manusia dengan sendirinya menggalang pelayaran itu darisatu dermaga dengan tujuan pasti. Sedangkan pelabuhan yang dipahatkan di benak bisa disebutkan sebagai hal yang menggapai pulau-pulau terpencil. Kiat dalam perjalanan begini, dapat dipandang sebagai manifestasi sang pencahari yang memerlukan Bandar baru dalam penghidupan. Sekiranya orang memperhatikan, dalam pewartaan Kasih Antara Manusia, senantiasa terasa betapa terdapat sumber keberuntungan nan masih samar. Kita perlu menyelami hakikatnya. Sebuah bangsa, tatkala menuju kematangan, juga bertarung melawan angin rebut, nafsu-nafsi pribadi, bahkan juga egoism dan kenaifan. Tambahan lagi, pertatungan itu relatif panjang. Apalagi, jika yag diperjuangkan adalah pemantapan jatidiri berkebudayaan.

3.
Prof. Dr. Mr. Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan pada forum Kongres Filsafat Internasional (3-9 Januari 1990 di Jakarta), bahwa Indonesia seharusnya dapat mempelopori berdirinya satu institute yang melanjutkna pemikiran tentang kedua masalah ini, dalam rangka menarik minat banyak orang terhadap filsafat. Dikatakan lebih lanjut, teknologi hanyalah alat yang diciptakan manusia untuk kepentingan manusia sendiri, dan perlombaan teknologi akan menghilangkan tanggungjawab masa depan dan tujuan hidup manusia. Kini sudah saatnya manusia kembali pada dirinya sendiri. Filsafat akan mengembalikan manusia pada kedudukannya sebagaimana manusia yang bukan sebagai alat. Tetapi sebagai khalifah atau makhluk yang tertinggi derajatnya dan bertanggungjawab terhadap semua yang ada di dunia ini. Krisis yang paling benar sekarang ini, katanya—adalah dunia modern yang dengan kemajuan teknologinya dapat mencciptakan bom atom yang dapat membahayakan umat manusia. “Kita jangan hanyut dengan tidak punya kemauan, tidak punya pemikiran dan tidak punya tanggungjawab. Tetapi kita harus menentukan tanggungjawab masa depan untuk mencapai satu masyarakat dan kebudayaan manusia yang lebih baik”, turunya.

4.
Melagakan kepentingan—antara kelompok pemikir satu dengan yang lainnya, boleh dianggap wajah dari jaman penuh pergolakan ini. Suatu parade panjang yang melibatkan anak-anak manusia pada perayaan dimaksud, sudah barangtentu membawa serta keculasan yang tidak diharapkan. Tuan dapat juga menceritakan bahwa penentuan rasa berdikari dari suatu kaum, layaknya muncul dari beberapa dialog yang tersusun. Dengan kata lain, dialog ini adalah didorong oleh rasa ingin menjembatani sejumlah latar-kultural sekaligus. Oleh dorongan yang kuatlah maka manusia terbilang untuk masuk serta mengembangkan dimensi-dimensi kolegial. Pada prinsipnya, dengan membingkiskan aduan yang sehat kita bentuk kalangan yang memiliki persepsi humoniora—dan dengan rasa gempita ikut memberikan sumbangsihnnya kepada persada Pertiwi. Secara runtut, manakala dikisahkan tentang tolak-tarik yang memacu orang-orang yang baru memasuki gerbang kejuangan—dan karena itu, terlorong individual yang menjamin kesentausaan bangsa adalah dari dada ini.

5.
Sering kita menyebut tentang restu yang tersenbunyi, karena merasakan bahwa doa serta ucapan yang terlimpah adalah merupakan penunjuk terhadap luapan kasih di hati. Manusia menjalin kepentingan sebagai daulat yang dipertuan, manakala pada segi ini, dirinya benar-benar menjadi tiang, sekaligus atap (dari perumahan maknawi selama ini). Kongkritnya kehidupan, kurang lebih dijelmakan seperti burung rajawalidengan sayapnya, dan kemudian sayap ini meliputi pengertian serabut syaraf yang paling lembut yang diserapnya. Karenanya, jika rajawali terbang megah di angkasa biru, ia mengepakkan seluruh berkas bulu dan urat-urat dahsyat yang menstimulir ruang-ruang di dalam kait-helai peraba yang terpacak di situ. Pada pengertian filsafat suatu nation, maka jika dikatakan tentang alam pikirn serta tanggapan dunia ini, pertama-tama kita bicara tentang struktur budayawi, baru kemudian tentang kemotan-kemotan tradisi dialog yang menyumberinya. Daya-muat yang diendapkan oleh kekuatan filosofisnya benar-benar menyatu dengan kesempurnaan tubuh yang terus berkembang. Alam, selingkingan, gerak-geliat dan rasa yang mendewasa jadi sebingkis pakem di puncaknya.

6.
Barangkali saya boleh mengambil ungkapan, tentang dua figure kepahlwanan, masing-masing Raden Ajeng Kartini dan Tjut Nya’ Dhien yang dewasa ini sering diperbincangkan sebagai produk peradaban Nusantara yang mengkristal dalam sosok bangsawan putri yang melebiji kekuatan situasional. R.A Kartini, dengan segenap karya cipta sastranya, seseungguuhnya pejuang intelektual yang telah berbicara tentang suatu zaman yang seratus tahun lebih awal daripada kehadiran masa bersangkutan. Gerak dan elemen yang menyangkup filsafat hidupnya, terus terang, sarat dengan lambang kawicaksanaan dan kawaskithan, sehingga wujud dari wawasan ini adalah jatidirinya pula. Tjut Nya’ Dhien, kendati tiada berjuang di lapangan intelektual (karena dia tak punya impresi susastra seperti Kartini), toh melakukan krida juang di lapangan pembaharuan masa. Caranya adalah banyak mengikuti arus pembangunan kultur rakyat di mukim-mukim, gampong-gampong, madrasah-madrasah, sehingga perempuan (yang pernah jadi isteri Teuku Umar) ini mengenal lika-liku penghidupan suku Aceh dari dasarnya. Penghampiran (Approach) yang diambilnya—setelah kekuasaan ada di tangan—adalah berasal dari sejumlah bahan rujukan literer kuno, yang mengilhami pembaharuan negeri tersebut. Maka tatkala dia ambil ide mengasah rencong dan kelewang untuk melawan kekuatan kolonial yang bersimaharaja, dia tak terpeleset pada klise-klise sebelumnya. Seseorang yang mampu mengantisipasi lingkungan, tegar selalu!

7.
Maka,manakala saya berharap, bahwa Nusantara Masa kini, bahkan juga dalam istilah “Indonesia Futura” (Indonesia masa datang) adalah refleksi dari laku hidup para pejuangnya, dari gelombang ke gelombang, tiadalah salah kiranya. Pada liputan demikian, seorang pemikir, pejuang dan pemetik kecapi falsafah, berdiri di atas pulau yang terpencil di tengah samudera raya, sementara para pendengarnya nyaris tak terjamah. Tapi, setiap angin dan badai yang bertiup serta dibawa oleh gerak-arus samudra tersebut, kiranya mendukung dari jerit dan lontaran dari bibir sang pujangga. Dalam sisiran bianglal historis, seringkali harus dikatakan, bahwa tiada watas antara kemantapan rakyat “untuk menyergap nuansa-nuansa alamiah” dari kentongan sabda pujangga yang terluncurkan perlahan-lahan, dengan naluri “berpetuah” dari tokoh pemikir yang berdiri sebatangkara di tengah ruwet-kemelut sana. Titik berat ketekunan itu adalah pada sejauh mana dia menertawakan kebenaran yang shahih (bukan otoriter), dan betapa masyarakat menampungnya suara tadi. Tapi memang acapkali, lintasan suara-suara begini tiada sinkron..

8.
Tebalnya gris-garis anggitan dalam percakapan muslim, menurut hemat saya seperti berikut : pertama, bagaimana tiap sudut dalam kalbu kita ini bisa ter-elus oleh bayu yang bertiup, dalam waktu tertentu, hingga segi-segi yang terpagut di situ adalah menjadi ukuran tubuh yang bulat. Kedua, ada daya analisa pada tiap pribadi (yang mendengar dan mewjudkan nilaibudaya) itu, sehingga manusia merupakan situs sejarah dari zamansekarang yang bergerak leluasa dan dinamis ini (jadi: tiada yang kadaluwarsa). Ketiga, atau pungkasan, ada sdalam kefaktaan yang ideal ini, satu aspirasi yang terus menerus tumbuh, meninggi, melingkar, menjembar dan membelantar—sehingga tiada halangan apapun yang takkan bisa diberantasnya. Dan, jika kita tulis riwayat bangsa, aspek ini lekat pada andaran tersebut.

* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae