Selasa, 05 Oktober 2010

Im Herzen waren wir Indonesien

Hasan Junus
http://www.riaupos.com/

Artinya dalam bahasa kita Dalam Hati Kami ialah Orang Indonesia demikianlah terbitnya sebuah memoir yang ditulis oleh seorang wanita berkebangsaan Swiss dalam bahasa Jerman bernama Gret Surbek dari kota Bern yang merapah koloni Belanda di Pulau Sumatra dan Jawa dari tahun 1920 sampai tahun 1945 yang terbit di Basel tahun 2007. Buku setebal 509 halaman dan dilengkapi dengan 68 foto, dan 4 ilustrasi dilahirkan oleh penerbit Limmat Verlag Zürich und Schweizerische Gesellschaft für Volkskunde di Basel. Gret Surbek antara lain mengalami kehidupannya karena dia menggeluti arkeologi dan memburu bidang itu dan bersama dengan dua anaknya berkelana di perkebunan kopi di Pagaralam.

Compte rendu atau ulasan tentang buku itu yang ditulis oleh Marlies Salazar tertera dalam Archipel 78 / 2009 halaman 257 sampai 259 yang saya terima dengan ihsan dari Association ARCHIPEL EHESS – bureau 732, 54 boulard Raspail, Paris (France) Sabtu 22 Mei 2010.
Buku ini disusun berdasarkan catatan harian yang ditulis Gret Surbek, serta surat-surat yang ditujukan kepada suami dan anaknya. Pada usia 19 tahun Gret menikah dengan Kurt Surbek, seorang spesialis penyakit tropis. Pada tahun 1920 mereka pindah ke Sumatra tempat Kurt Surbek bekerja sebagai dokter di perusahaan pertanian. Setelah masa jeda yang singkat di Bangkok mereka kembali lagi ke Sumatra pada permulaan tahun 1925. Mereka memilih kehidupan di pedalaman dan bukan di perkotaan. Gret dan suaminya berpikiran terbuka terhadap keindahan dan kebudayaan di lingkungan yang dipilih mereka. Gret dengan tekun mempelajari bahasa Belanda, dan juga bahasa Melayu, bahasa Sunda dan bahasa Toba-Batak, dan selama Perang Dunia Kedua juga mempelajari bahasa Jepang.

Gret Surbek ialah seorang wanita muda yang kritis. Dia tak menyukai sikap arrogan yang biasa ditunjukkan orang-orang Belanda kepada orang Indonesia, tapi dia tidak menyukai sikap pasrah orang-orang Indonesia terhadap orang-orang Belanda. Gret juga menandasi sikap para isteri pegawai pemerintah jajahan Belanda yang menempatkan diri sebagai ‘’hamba para suami’’ mereka. Gret berkecenderungan memperlihatkan persamaan derajat dengan suaminya sebagaimana orang-orang Eropa. Dia sering menemai suaminya mengendarai mobil atau berkuda dalam perjalanan dinas . Gret juga membantu berbagai pekerjaan arkeologis yang dilakukan oleh seorang pakar arkeologi Van der Hoop yang menggali berbagai temuan megalithik di Sumatra Selatan yang kelak digunakan sang pakar dalam dissertasinya (van der Hoop, 1931). Disinilah nama Gret Surbek terbabit dengan Pagaralam.

Tahun 1932 bersama suaminya mereka mengunjungi candi-candi di Jawa seperti Borobudur dan Prambanan setelah melakukan studi terhadap bidang tersebut. Dia memperhatikan dengan cermat ketenangan Buddhisme dalam kebudayaan di kawasan itu berdepan dengan semangat militant agama Islam.

Pada tahun 1933 mengikuti ujian ilmu perobatan di Batavia dan di lobby sebuah hotel dia menjumpai sebuah pamphlet dari Liga Fasis Hindia Belanda yang berisi pendapat yang mengatakan antara lain ‘’perkawinan antara wanita Eropa dengan orang Asia dipandang sebagai perbuatan immoral menurut sudut-pandang religi dan ras sehingga harus dilarang dan dijatuhi hukuman.’’

Suatu saat dia melihat foto Sukarno di surat-kabar yang berisi kemertar ‘’Sukarno, seorang nasionalis Indonesia yang anti pemerintah ditangkap’’, foto di surat-kabar itu digunting dan disimpannya karena dia menyukai orang itu meskipun pihak pemerintah Belanda tidak menyukainya.

Tahun 1934 pasangan Surbek membuka sebuah sanatorium di Bandung. Dan Gret dengan sunggguh-sungguh mempelajari bahasa Sunda, yang menurut pendapatnya tidak semudah bahasa Melayu. Akan tetapi Gret mendapat guru bahasa Sunsa yang juga mengajar tentang kebudayaan dan tradisi Sunda yang baginya sangat menarik. Di Bandung pula dia menjumpai orang-orang yang ramah dan menarik di antaranya seorang violis Bronislaw Hebermann dan pakar sains Edward Richard Jacobson yang sibuk mengolah inskipsi dalam tulisan Rentjong. Jacobson meninggal dalam kam tawanan Jepang pada tahun 1944.

Ketika pasangan Surbek mengunjungi Bali pada tahun 1936 mereka terpesona kepada kebudayaan Bali, terutama pada tari dan keindahan tariannya. Di Balilah pasangan Surbewk bertemu dengan pengagum seni orang Belanda yang bernama Houolt, pelukis Jerman Walter Spies, dan juga seorang pelukis dari Basel yaitu Theo Meier.

Dalam periode ini Gret menulis tentang perlakuan homoseksual seperti ditangkapnya orang-orang seperti Houbolt dan Walter Spies sedangkan tak ada penangkapan terjadi di Surabaya. Mengapa? Karena kata Gret, kalau itu dilakukan maka separoh anggota Angkatan Laut Belanda harus ditangkap. Aduhai! Bagi Gret koloni Belanda itu sangat bertoleran dalam soal homoseksual sehingga hukuman tentang hal tersebut seperti tak berdaya. Tahun 1939 Gret dan anak perempuannya berlibur ke Eropa sementara anak lelakinya bersiap untuk belajar di Australia. Perang meletus karena itu Gret kembali ke Jawa setelah meninggalkan koleksinya tentang tekstil Indonesia di Museum Sejarah di Bern yang tetus tersimpan sampai pada masa sekarang ini di Swiss.

Di tengah peperangan pasangan Surbek sibuk mengelola sanatorium di Bandung dan menyiapkan anak lelaki untuk belajar di Australia. Sementara itu Kurt Surbek menjadi anggota International Committee of the Red Cross dan selalu mengunjungi kamp-kamp tawanan orang Jerman di Hindia Belanda. Pasangan Surbek mendapat keuntungan karena sebagai warga Swiss mereka tergolong sebagai orang yang netral.

Selama inspeksi di Pulau Sumatra, terutama di Pulau Sumatra bagian Utara, Kurt Surbek juga bekerja sebagai dokter missi di Samosir. Bagi kedua Surbek orang-orang Batak yang mereka jumpai sering bersiap terbuka lebih daripada orang-orang Jawa dan Sunda. Inilah gunanya belajar dan mengetahui bahasa mereka sehingga dapat mengetahui bagian terdalam dari hati dan jiwa mereka. Gret bahkan memperhatikan kompetisi antara katolik dan protestan yang akan sulit ditelesuri tanpa pengetahuan yang mendalam tentang bahasa mereka.

Ketika Pearl Harbour di Honolulu diserang oleh Bala Tentera Kemaharajaan Jepang pada bulan Desember 1941 pasangan Surbek dipindahkan ke kota Padang. Di kota itulah mereka mendapat kabar tentang tenggelamnya kapal ‘’Van Imhoff’’ yang diserang oleh pasukan Jepang. Dari 473 tawanan perang bangsa Jerman di antaranya terdapat satu nama yaitu Walter Spies hanya 65 orang yang selamat. Pada bulan Maret 1942 pasukan Jepang menjejaki kota Padang dan mulai bergerak dengan semangat perangnya. Beberapa hari setelah itu Gret dan anak perempuannya yang baru berusia 15 tahun kena bencana yang sering terjadi dalam perang. Ada kabar bahwa kedua orang Eropa itu, orang netral dari Swiss telah mengalami perkosaan.***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae