Jumat, 24 September 2010

Marja dan Manjali: Terbebani Sejarah

Hary B Kori’un
http://www.riaupos.com/

LUKA politik masa lalu yang berhubungan dengan pemberontakan komunis yang gagal (G 30 S PKI), masih menjadi tema favorit bagi sebagian pengarang Indonesia di masa kini. Bukan hanya oleh mereka yang pernah mengalaminya, tetapi juga oleh generasi terbaru yang tak pernah mengalaminya secara langsung, dan hanya mendapatkan cerita dari buku sejarah maupun dari orang tua mereka.

Dengan sudut pandang yang agak berbeda, Ayu Utami menulis Manjali dan Cakrabirawa (MdC, Kepustakaan Populer Gramedia [KPG], Juni, 2010) sebagai lanjutan dari Bilangan Fu (BF, KPG, Juni 2008). Dalam novel setebal 252 halaman tersebut, Ayu menyebutnya sebagai novel “spiritualisme kritis”, yang juga ditulis di sampul belakang Bilangan Fu. Dibanding dua novel yang ditulisnya sebelum kedua novel ini, yakni Saman (KPG, April 1998) dan Larung (KPG, November 2001), MdC dan BF terasa lebih cair, baik dari sisi cerita maupun penceritaannya. Bahkan, jika tidak dijejali dengan banyak data sejarah dan njilmetnya dunia arkeologi, kedua novel tersebut seperti novel populer kebanyakan dengan cerita cinta segitiga ala anak remaja.

Dalam Saman (pemenang Sayembara Roman DKJ 1998) dan Larung, Ayu secara baik menggambarkan dunia para aktivis yang secara politis tertekan saat Orde Baru dengan menarik cerita dari tokoh Laila, Cok, dan Yasmin, tentang seorang (calon) pastur bernama Wisanggeni, yang dikemudian hari mengubah identitasnya menjadi Saman (dalam Saman). Sedang dalam Larung, inti cerita dan tokohnya tetap mereka, plus seorang aktivis “baru” bernama Larung.

Dalam dua novel awal itu, Ayu mengeksploitasi perlawanan gender dengan aroma seksualitas yang memang agak vulgar. Sejak Saman inilah, dunia prosa ini Indonesia mengenal istilah “sastra selangkangan” yang kemudian diteruskan dengan istilah “sastrawangi”, karena kemunculan Ayu ini kemudian diikuti para sastrawan perempuan yang sering dianggap lebih menonjolkan “keperempuanannya” ketimbang estetika. Sempat terjadi polemik berkepanjangan antara yang suka dan tidak suka, antara yang mendukung dan menyerang. Namun di luar itu, harus diakui, Saman juga menjadi pemantik kebangkitan dunia sastra Indonesia yang selama ini seperti menyepi di kuburan, menjadi hingar-bingar. Saman sukses secara estetika (dengan asumsi mendapatkan banyak pengakuan dan penghargaan) dan secara ekonomis (dicetak ulang lebih 30 kali dan menghasilkan uang yang sangat besar). Sebelum Saman, tidak ada novel asli Indonesia yang laris seperti itu dan memberikan keuntungan ekonomis yang luar biasa. Hanya Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman el Shirazy) dan tetralogi Laskar Pelangi (Andrea Hirata) yang berhasil menyamainya, atau melampauinya.
***

MdC berkisah tentang petualangan arkeologis dengan kisah cinta segitiga antara Marja Manjali dengan Parang Jati dan Sandi Yuda (kisah ini sejak awal sudah ditulis dalam BF, novel setebal 538 halaman). Marja adalah gadis Jakarta berusia 19 tahun, yang sedang studi di sebuah universitas di Bandung, tempat di mana Jati dan Yuda studi di sana. Yuda adalah kekasih resmi Marja, sedang Jati adalah cinta hatinya, kekasih “tak resmi” yang dalam banyak hal memiliki perbedaan dengan Yuda. Ketiganya, sebenarnya adalah sahabat dekat.

Jati dan Yuda sama-sama seorang pemanjat tebing, dan Marja berada di antara mereka. Secara fisik, Marja adalah milik Yuda (dalam beberapa penggambaran, Ayu menuliskan bagaimana petualangan seks keduanya yang sangat bebas dan liar, termasuk di toilet sebuah kereta api), tetapi Marja merasa dia menambatkan hatinya pada Jati, lelaki yang cenderung pendiam, berpikir sebelum bicara, memiliki kemampuan logika dan spiritual sama baiknya, anak angkat seorang guru spiritual bernama Suhubudi.

Jati dan Marja yang sedang liburan, mengikuti seorang arkeolog asal Prancis, Jaques, dalam sebuah penggalian candi di selatan Jawa (tidak disebutkan nama tempatnya). Dari sini, cerita mengalir dan berkaitkelindan dengan banyak hal, mulai dari mistik, masa lalu seseorang, dan banyak hal lainnya. Kita dibawa dalam sebuah rongga sejarah lewat pemahaman artefak. Ayu banyak memaparkan tentang legenda Calon Arang, sebuah legenda yang berkembang dalam masyarakat Bali zaman Kerajaan Kahuripan, hingga misteri pembunuhan 7 jendral dalam kudeta gagal 1965 yang dilakukan oleh pasukan khusus pengawal presiden, Cakrabirawa.
Penggalian candi (lebih tepatnya) makam yang diyakini malam Calon Arang (Calwanarang), secara kebetulan menghubungkan banyak misteri yang muncul kemudian. Bukan hanya “pengkhianatan” Marja yang selalu berdua dengan Jati (dalam novel ini, Yuda pergi ke Bandung dan menjadi mitra latihan militer yang membuatnya berkenalan dengan Musa Wanara, seorang perwira yang sangat suka dengan hal-hal berbau klenik), tetapi juga hubungan-hubungan spritual antara candi dengan banyak hal, termasuk seorang wanita tua yang tinggal di hutan jati bernama Murni, mantan anggota Gerwani, yang saat pembersihan PKI dijebloskan ke sel selama sepuluh tahun dalam keadaan hamil, dan menjadi pelampiasan seksual para tentara (mirip salah satu karakter dalam The House of The Spirits-nya Isabel Allende. Sementara suaminya, Sarwengi, adalah anggota pasukan Cakrabirawa yang ditembak mati secara misterius di perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur, namun kuburannya masih misterius.

Dalam makam Calon Arang tersebut ditemukan sebuah lempengan emas yang kemudian diyakini sebagai mantra Calon Arang, yakni Bhairawa Cakra, sebuah mantra yang selama ini dicari oleh Musa (ada sobekan lambang Cakrabirawa di dompet Musa, padahal dia seorang tentara, yang dididik untuk membenci segala yang berhubungan dengan komunisme). Musa juga akhirnya –bersama Yuda— yang merampok petugas Dinas Purbakala yang akan membawa temuan di makam Calon Arang itu ke kota. Tujuan utamanya adalah lempengan emas bertuliskan mantra itu. Namun, kurang puas, Musa kemudian datang ke makam, dan terperosok dalam lubang yang membuatnya menjadi “sakit aneh”, seperti kesurupan.

Semuanya seperti kebetulan –salah satu kelemahan novel ini adalah tertalu banyaknya faktor kebetulan meski sudah dibingkai dengan teka-teki dan misteri— ketika kemudian diketahui bahwa Musa adalah anak Murni dan Sarwengi yang diambil oleh seseorang (Samadiman) beberapa saat setelah dilahirkan di penjara. Hanya Samadiman yang tahu di mana kuburan Sarwengi, namun lelaki teman Suhubudi itu telah meninggal dan hanya meninggalkan surat yang penuh misteri. Samadiman juga sebenarnya yang paling tahu bahwa bayi itu kelak menjadi seorang Musa.
***

BANYAK lubang yang ditinggalkan oleh Ayu dalam novel ini, selain penyelesaian akhir yang terkesan klise. Ayu menjadikan Marja yang selama ini menjadi anak manja dalam kehidupan bebas ala Jakarta, sebagai tokoh sentral yang memecahkan misteri dengan analisanya. Alasannya, Marja menjadi banyak tahu karena dekat dengan Jati, lelaki yang banyak tahu tentang banyak hal.

Jika Anda sudah membaca BF sebelumnya, Anda memang akan dengan mudah memahami karakter Marja, Jati, dan Yuda. Tetapi bagi yang belum, MdC ini juga sebagai sebuah novel mandiri yang bisa terbebas dari BF, meski di sampul depan ditulis sebagai “Seri Bilangan Fu”. Namun, yang khas dari Ayu Utami, tetapi pada penggambaran seksualnya yang tak berubah dari novel-novel sebelumnya, meski dibanding Saman dan Larung, dalam novel ini terlihat lebih halus, meski tetap banal.***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae