Nurel Javissyarqi
http://www.sastra-indonesia.com/
Isyarat (kumpulan esai), Sutardji Calzoum Bachri, Indonesia Tera, 2007.
Membaca Isyarat Tardji, serasa mendengar paduan suara jaman, yang didengungkan kumpulan serangga nan berkumandang. Selaguan hayati dinyanyikan lantang, mengelus-elus ketegangan bersimpan ketegaran.
Ketika istirah, teks-teks itu tergeledak tanpa secawuk ijuk, tiada menyadap daging hidup. Yang dimaksud ledakan tegang atas yakinnya piawai merawat ketegangan. Jika yang lain patah arang, dirinya menjulang dari debu-debu dihempas angin kencang.
Ia telah melampaui seorang diri, genap sudah usianya melegenda; seumur hidup dikawal kalimah-kalimahnya, praktis paripurna. Bahasa menterengnya, Tardji itu segugus peradaban perpuisian di Indonesia.
Menguak sudut tertentu mutiara, bebatuan mulia sastra di bumi nusantara, banyak kian menggeseknya. Menampilkan cerlang cahaya berbeda, hingga menerobos belahan lain dunia, tatkala tak hanya dari mulut seorang saja.
Karya-karya Tardji, gumpalan padat daging bernafas; cerpen, puisi, esai. Ia pelopor, bukan epigon yang mendengungkan paduan rekaan. Sedang diriku kembara, yang mengenal pelbagai warna bayu menyapa. Jikalau mengelak dikiranya muak.
Kala bangkit dari kubur kata, yang lain seyogyanya gentayangan? Naiklah presiden-presiden penyair daerah, ruhmu belum sirna. Aku perlu banyak menimba, biar tak mengintip timun tetangga. Ini kutampilkan sebab watak sebagian mereka, ada tak mau memberikan kecuali disombongi terlebih dulu. Istilahku menyadap, menggasak.
Sosoknya menyerupai nabi mengemban misi, detektif bahasa, menelanjangi sejarah. Aneh? Bukan, sebab tiada yang mengebiri ketegangannya. Atau telah kebal racun yang disuntikkan kritikus, karena diawal kepenyairannya sudah cetus. Otot-otot nalar, daging perasaan. Sedang pribadiku bukan pencuri Tuhan, tidak menculik kepercayaan, hanya berjalan-jalan.
Pada anak-anakan gunung Krakatao ada suara, di ketinggian Bromo adanya gema. Makin banyak kata, nama-nama diucapkan, menyundul langit menjelma hujan, Tuhan amat kasih pada insan perantauan. Dari sebrang akhirat tetapnya perjalanan hidup menunggu maut. Olehnya berbaik sangkalah meski pedas, di atas khasana bathin harap disebar luas, bukan disembunyikan meng-empu, salah-salah membatu empedu.
Gelak Tawa Puisi, Maha Duka Esai
Sayap-sayap pengetahuan kasih atas rasa syukur yang tak terperi, tidak terperdaya perubahan jasad usia. Mampet sudah awal-akhir terpenjara keranda kata-kata. Barisan pengusung ajal tiba-tiba. Siapkah ia, saat malaikat pencabut suka datang ke muka?
Bukti melegenda, tahan menggenggam ujian di setiap tampuk peperangan, dan kegagalan nyinyir hanya kamusnya para pecundang. Betapa riwayatnya terpecah-pecah, memampetkan lewat balutan esai berkilat-kilat. Bila ajal tiba, ingatlah awan kembara mendenyutkan sejarah.
Siapa menimpakan bebatuan di kepala ini, hingga darah mengucur deras, betapa mereka haus keagungan. Tapi telah kehabisan, dihisap jiwa muda berombak samudra. Maukah daging tanpa darah? Masih ada denyut di leher segala tanya. Akulah bocah tanpa ayunan selendang Bentara.
Watak kepenyairannya berupa tawa kerendahan, bukan kesombongan, jika keangkuhan tak sampai ke sana. Orang-orang tak suka mendengar tangis bocah, sebab istri-istrinya mandul. Apakah beralasan selingkuh? Inikah rampungnya tanya sepantulan hayat? Lantang terjawab tanpa curiga, kaki-kaki melangkah penuh sumringah.
Digiring angin berdenyut-denyut, disapa ruh menyetubuh, melayari alam tidak teraba. Mental baja bukan lamunan, menyedot reribuan perihal jadi tangan gaib persajakan, pada anak-anak beranjak sedari jasadiah. Gegaris tangan berbeda; ada penguasa bahasa, ada dianugrahi ruh kata-kata. Tiada tinggi rendah, semua bermuara bagi sudi bersetia. Hanya keangkuhan yang menyumpal rahmat-Nya.
Oh ruh kata-kata, siraplah yang tak percaya demi suntuk tak sekadar mencela. Bentangkan sejarah, bukan katak di balik surga sebelum kenyam realita. Mabukkah dalam pusaran, atau pusaran itu bukan siapa-siapa dibilang kosong awalnya. Banyak bertanya, membeludak tanda. Nyata mewedarkan tapi diragukan percikan ricik di kaki mereka, kala banjir menelan Ibu Kota.
Tak banyak penyair serius bisa ngakak, Tardji memiliki kepiawaian itu, menggoda perubahan masa perjelas senantiasa. Jiwanya membara dalam baca, ketegangan asyik-masyuk bukanlah menyakitkan urat. Atau jangan-jangan terputusnya salah satu syaraf, menjadi purnanya watak mengembangkan muskil, semisal perihal salah cetak.
Keakraban tawa dalam jiwa meledak, kekakuan bermetamorfosis menjelma pencerah. Setiap orang berbeda membalut kekeroposannya. Kondisi ini unsur keawetan dekat, lantas pembaca mendengarkan gaung bagawan mewujud paduan nada.
Keluwesan menyetubuhi hati, empedu, rambut masa lalu, kuku terpotong waktu. Sungguhkah merambahi dataran daging kenyal? Dada montok nan sontak, sampai kata-katanya bernafas. Yang berdenyut irama cakrawala, atas sepyuran tangis pelangi ngakak. Kefulgaran nalarnya menghantarkan uraian kalimah ke urat nadi, pula batok kepala sesama.
Tardji menjelmakan dirinya pemberontak, ini salah satu syarat kenabian. Merombak tatanan yang dianggapnya lapuk, pukimak, ditumpasnya dengan jejari tangan kuasa kata. Ia sangat arif kalau tak disebut licin. Tiadanya rumput terinjak, tiada batang pohon ditebangnya. Telah faham menebar, menjaga, mengembangkan. Pengucapan ikhlas menimbulkan nilai tertawa.
Sutardji, Tanda Pentung (!)
(ia mengistilahkan tanda seru begitu)
Karena dikaruniai jiwa melegenda, bersyukurlah yang pernah dipagut penanya. Setidaknya mengabadi, jikalau tak terseret arusnya. Tardji sesungai menghanyutkan pemahaman diri manusia. Ketika kumpulan esainya terbit, sudah melewati jarak kenabian. Tidak terbantah.
Aku tak tersentuh dekapnya, dan juga tak hilang gairah. Terus perturutkan kaki-kaki sebagai orang telat, datang terlambat menjadi tepat di waktunya. Syukur terbentur langkah tercepat, sadari letak kekurangaajaran, menggali kebodohan kerja meruh berdaging kental mensukma.
Melalui bukunya tersebut, aku setubuhi puisi-puisi jamanku. Di mana wewaktuku disibukkan menyimak kidungan abad lalu. Seperti keadaanku kini, duduk di antara mondar-mandirnya mahasiswi Pakuan yang segar ranum menantang. Merasai kenyalnya daging Isyarat, sambil mendendangkan atmosfir jaman.
Menunggu Codot (Kelelawar) Bernasib Baik?
Dulu ketika rajin mengirimkan tulisan ke perbagai media, aku bayangkan redaksinya berlarut-larut jarang tidur. Siang-malam memikirkan membludaknya naskah di hadapannya. Berharap-harap cemas hadirnya keajaiban, aih sajak-sajakku terpental.
Syukur tak kecewa menimbulkan kemalasan menggerus ketumpulan. Kadang aku terka para redaksi memiliki sayang tinggi tak menampilkannya, hawatir cepat puas. Aku terus berkarya, sebab terlanjur percaya gaungnya terdengar suatu masa.
Saat kawan seangkatan melihatku bermata sebelah itulah cambuk terkeras. Setengah meter kertas ditumpuk berisikan coretan; berupa ketik manual, guratan tangan pun sobekan kertas di perjalanan, semuanya ku angkut dari Jogja ke Lamongan. Ini ringan dibanding kesuntukan saat-saat berpameran semasa dibangku Tsanawiyah, menganggkut lelukisan ke mana-mana.
Yang bertumpuk sebagian telah terbukukan, yang diwaktunya kuanggap baik. Kali melihat karya seangkatan, terbakarlah jiwa. Namun apa dikata, codot belum menemukan purnama, atau traumatik terlampau tak sembuh-sembuh. Belum yakin diterima apalagi jasadku masih bernafas, kecuali sudah terpendam tanah.
Setidaknya goresan itu menandaskan usia bergelayut; mendekap sepi tanpa rupa, tampan tanpa kemeja, keindahan tanpa perlu telanjang dada. Maka saat membacakan puisi dalam rangkaian acara pengukuhan guru besar bapak Abdul Hadi W.M. tempo itu. Aku pilih yang bertitel Mimpi, sebab seolah menjadi penyair sungguhan bertemu Sutardji Calzoum Bachri.
Tulisan ini bukan mengemis belas kasih, diri cukup tegar dalam sunyi. Berjalan sambil tak lupa mengecup syukur. Kala kenal internet, sungguh girang dapat menyimpan perbagai karya di sana. Masihkah bobrok? Pun tak tahu, walau aku sangat peduli dari apa-apa yang pernah menemani jiwa. Setidaknya menanggulangi tumbuhnya jerawat, meski tak yakin terbaca.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar