Sabtu, 21 Agustus 2010

Menguak Tabir Politik Sastra

Agus Himawan
http://kompas-cetak/

TS Eliot dalam Tradition and Individual Talent (The Sacret Wood, London: Methuen& Co, 1960) berseru, “Kritik yang jujur dan apresiatif diarahkan bukan kepada penyair, tetapi pada sajaknya. Jika kita memerhatikan omongan kacau para kritikus di koran serta desir ulangan populer yang menyusulnya, kita akan mendengar banyak nama penyair. Sedangkan jika kita mencari kenikmatan karya, kita akan jarang mendapatkannya.”

Jika kita lebih cermat memerhatikan perkembangan sastra lima tahun terakhir ini, bisa jadi seruan Eliot tersebut sampai kinilah yang terasa dalam sastra kita. Perkembangan kritik sastra jadi tak sebanding dengan banyaknya buku sastra yang diterbitkan.

Selain itu, tulisan esai kritik yang ada di media massa, pun makalah diskusi, sebagian besar kebanyakan hanya “mencatut” pelbagai ide besar ke dalam teks sastra sehingga bukannya jouissance kenikmatan tekstual yang muncul dari sebuah karya yang dibahas, melainkan sorotan “puja-puji” dalam bingkai “intelektual” yang dapat dikomoditaskan pihak tertentu (baca: penerbit) sebagai “penglaris”.

Akibatnya, kita sulit mencari kritik independen terlepas dari intervensi penerbit sebagai bagian dari jaringan sebuah media massa yang besar. Pun ketokohan pengarang selain banyak nama pengarang dan karya yang baik cenderung terluputkan karena perhatian umumnya kritikus dan media massa terpukau pada sosok biografi pengarang, bukan pada analisis karya yang dapat menunjukkan kenikmatan tekstual.

F Rahardi dalam Kompas, 23 April 2000, mengharapkan setelah meninggalnya “Paus Sastra” HB Jassin kondisi sastra dapat lebih sehat dengan tiada lagi figur tunggal yang dimitoskan sehingga membuat sastrawan tumbuh sendiri secara alami untuk mendapatkan pengakuan.

Sialnya harapannya tak begitu banyak dimanfaatkan pemawas sastra kita sehingga kritik sastra terkini selain tak bernyali, juga mudah dimanfaatkan sebagai “senandung pujian” (baca: “blurb” yang dicantumkan di sampul belakang buku atau esai untuk “kata pengantar”) dalam industri penerbitan buku. Tudingan lebih gawat krisis kritik sastra terjadi karena “politik sastra”, satu hal yang umumnya enggan diakui pemawas sastra kita.

Buku ini ditulis oleh Katrin Bandel, penulis kelahiran Wuppertal, Jerman, yang meraih gelar doktor dalam sastra Indonesia pada 2004 di Universitas Hamburg. Kehadiran buku ini tentunya menarik walau dapat pula menimbulkan sedikit rasa kecewa lantaran otokritik sastra yang bersih malah dihasilkan peneliti bukan dari Indonesia.

Pertanyaan mengusik, sebegitu gawatkah krisis kritik sastra kita yang independen sehingga setelah membaca buku ini telah memberi bukti beberapa pemawas sastra kita terjerembab arus sensasi media massa bak selebriti intelektual dengan melontarkan pujian berlebihan kepada beberapa penulis perempuan, tanpa disadari telah menghancurkan potensi yang menjanjikan?

Hal demikian dapat terbaca dalam Nayla: Potret Perempuan Pengarang sebagai Selebriti (hal 143) yang dengan kemunculan tiba-tiba karya Djenar Maesa Ayu sebagai “sastrawati” ternyata tak sebanding dengan pujiannya. Jika kita menghubungkannya dengan kemunculan pengarang perempuan lain, maka di mata Katrin selain pujian pada Djenar berlebihan, karya lain yang menggarap tema seks secara lebih bebas ternyata baru sampai pada pemaparan ide yang belum tuntas. Dalam tulisannya Katrin menyiapkan argumentasi meyakinkan dengan merujuk teori, membongkar kelemahan sehingga pujian yang terbetik di media massa atau dalam buku Djenar sendiri menjadi rontok.

Geliat sastra mutakhir dengan munculnya sastra internet yang pada awal kehadirannya dicibir sebagai tren sesaat seperti pernah disebutkan Hamsad Rangkuti di majalah Gatra, 18 November 2000, juga disinggung Katrin dalam “Karya Sastra sebagai Taman Bermain”. Di sini ia menyinggung antara diri pengarang dan alter-ego Dewi “Dee” Lestari dalam Supernova (2001) sehingga batas antara fiksi dan kenyataan menjadi bias. Uniknya hal tersebut bukan muncul dari bukunya sendiri, melainkan dari situs internet penerbit Supernova, yaitu truedee.com.

Esai menarik lainnya adalah Religiusitas dalam Novel Tiga Pengarang Perempuan Indonesia (hal 67) yang sedikit memberi bukti nyata masih ada potensi penulis perempuan mampu menulis tema lain bukan hanya sekadar seks yang terlalu digembar-gemborkan di media massa sebagai “pembaru”. Kondisi ini cukup berbahaya karena menimbulkan kesan seolah penulis perempuan, terutama setelah ramainya publikasi Djenar, hanya mampu menulis soal seks saja, padahal hal tersebut dibentuk industri kapital penerbitan buku sebagai tren.

Sastra klasik Indonesia juga tak luput dari amatan Katrin. Dalam Nyai Dasima dan Nyai Ontosoroh (hal 31) ia cukup tajam mengurai sejarah terjadinya “politik sastra” di masa jayanya penerbit Balai Pustaka sebagai institusi kolonial ternyata punya andil menggerus “Cerita Nyai” bahasa Melayu rendah akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 sebagai bacaan murahan tak layak dikategorikan dalam sastra.

Meskipun buku ini cukup berhasil sebagai otokritik sastra dari sudut pandang pengamat sastra berkebangsaan bukan Indonesia seperti yang dilakukan oleh A Teeuw, John H McGlynn, dan Harry Aveling, buku ini juga menyimpan kelemahan. Sebutlah tulisan Sastra Koran di Indonesia (hal 45) Katrin tak banyak memberi penjelasan bagaimana kondisi media sastra di Jerman sebagai perbandingan. Dalam tulisan tersebut Katrin hanya memberi contoh posisi artikel sastra Jerman yang dinamakan “Feulliton” lebih netral dibandingkan dengan rubrik sastra koran Indonesia karena kehadirannya hanya berupa reportase acara sastra dan resensi buku, bukan sebagai “ajang” melahirkan sastrawan (juga penulis kritiknya) yang masih dalam kondisi “diletan” dengan memamerkan istilah asing hanya untuk memperindah tulisannya.

Kelemahan berikut adalah ulasan novel Disgrace karya pemenang Booker Prize 1999 dan Nobel Sastra 2003, JM Coetzee (hal 119) yang aslinya adalah resensi buku yang pernah dimuat di Kompas, 23 Oktober 2005.

Dalam tulisan tersebut nyaris Katrin hanya menceritakan Disgrace tanpa menghubungkannya secara kontekstual dengan perkembangan sastra Indonesia. Akibatnya pembaca jadi bertanya-tanya apa korelasinya dengan sastra kita, sedangkan maksud penulisan buku ini adalah menghadirkan kritik sastra kita secara netral tanpa intervensi pihak mana pun. Sebutlah A Teeuw dalam Khazanah Sastra Indonesia (Balai Pustaka, 1982) yang juga menyebut karya asing, begitu pula Harry Aveling dalam Rahasia Membutuhkan Kata (IndonesiaTera, 2003) yang jelas terlihat korelasinya dengan karya sastra Indonesia.

Kelemahan lain, buku ini belum karya utuh seperti buku A Teeuw dan Harry Aveling lantaran hanya mengumpulkan tulisan Katrin yang pernah dimuat di berbagai media massa sehingga data dan argumennya terasa kurang lengkap (Sastra Koran di Indonesia juga ulasan karya JM Coetzee). Rata-rata buku kritik yang berasal dari kumpulan tulisan menyimpan kelemahan sejenis, misalnya Sastra dan Massa-nya Jakob Soemardjo (ITB, 1995) atau Solilokui-nya Budi Drama (Gramedia, 1983) yang sebenarnya dapat lebih komprehensif jika ditulis ulang, bukan sekadar mengumpulkan kembali tulisannya.

*) Pengamat Sastra Tinggal di Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae