AS Sumbawi
http://media-sastra-indonesia.blogspot.com/
Dua puluh tahun yang lalu, aku dilahirkan oleh seorang yang kukenal sebagai ibu. Ibuku seorang perempuan. Akan tetapi, hingga saat ini, belum pernah terjadi percakapan tentang seorang perempuan di antara kami. Padahal, aku sudah bukan kanak-kanak lagi, melainkan seorang laki-laki. Barangkali karena tinggal jauh dari rumah, aku jadi jarang bertemu dan berbicara dengannya. Hanya sekali dalam sebulan, dan itupun lewat telepon.
Ketika di rumah, aku sering membantu ibu memasak. Mencuci piring, mengiris bawang, menggoreng tempe dan sebagainya, sambil mengadakan percakapan yang cukup panjang. Sekali lagi, tidak tentang seorang perempuan. Meskipun begitu, aku serasa mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayangnya. Namun, kadang aku mengeluh. Kenapa ibu tak pernah bertanya tentang seorang perempuan? Ya, aku sudah lama menunggu pertanyaan itu, dan aku laki-laki.
Pernah beberapa kali aku mendapat telepon dari seorang teman perempuan dan kebetulan ibu yang mengangkatnya. Kemudian. “Awik, ada telepon untukmu,” katanya. Hanya itu. Aku ingin sekali ibu berkata, siapa gadis itu? Atau bahkan, kekasihmukah gadis itu? sembari tersenyum menggodaku. Namun, tidak.
Suatu hari aku mencoba menerapkan suatu strategi agar keluar pertanyaan dari bibir ibu. Aku meminta ibu bercerita tentang kisah waktu muda dulu. Kisah pertemuannya dengan ayah. Dan dikabulkan. Kemudian ia mulai bernostalgia melalui ceritanya. Kuamati wajah ibu. Suka-duka silih-menyilih menghias di sana. Kadang ia termenung sejenak. Sementara aku mendengarkannya dengan penuh perhatian dan tersenyum-senyum. Namun, tetap saja. Tak keluar juga pertanyaan tentang seorang perempuan padaku. Hingga kini, aku mengenal sosok perempuan dari sumber lain; yaitu teman-temanku dan buku bacaan.
Aku punya banyak teman perempuan. Suatu kali kukoordinir mereka. Kupinta bantuan mereka untuk melancarkan sebuah strategi baru. Pada hari H dan pukul P, aku meminta kurang lebih sepuluh perempuan, temanku, untuk meneleponku di rumah selama tiga hari berturut-turut. Tentu saja, setiap hari ada sepuluh panggilan telepon untukku. Semuanya dari perempuan. Dan ibulah yang paling banyak menerima telepon itu, karena waktu yang sengaja kupilih adalah pada saat di mana sinetron menjadi program unggulan stasiun televisi. Ia terganggu, tak bisa konsentrasi, bolak-balik memanggilku.
Sebenarnya aku tak tega berbuat hal tersebut pada ibuku. Mungkin aku akan dicap sebagai anak durhaka. Tapi, aku butuh percakapan itu. Dan kuulangi sekali lagi, aku laki-laki dewasa.
Serangan telepon itu agaknya berpengaruh pada ibu. Ia sering berlama-lama memperhatikanku. Entah, apa yang ada di benaknya. Kadang-kadang pada saat menerima telepon itu, aku sedikit nakal. Bersikap mesra untuk mencuri perhatiannya. Tapi, bisa diduga. Ia tak bertanya tentang perempuan-perempuan itu. Aku menganggap bahwa itu memang sudah menjadi gayanya.
*
Suatu ketika aku berkenalan kemudian menjalin kasih dengan seorang perempuan. Ia bernama Maria Shofia. Pada awalnya, hubunganku dengannya begitu indah. Namun, masalah pun datang juga. Maria ingin aku memperkenalkan dirinya pada orang tuaku di rumah. Sebenarnya, ini tak terlalu pelik buatku. Tapi, aku belum pernah bercakap tentang seorang perempuan dengan ibu. Dan aku tak mungkin tiba-tiba pulang dengan membawa seorang perempuan. Bagaimana nanti dengan para tetangga di desa? pikirku. Aku mencoba menenangkan Maria dengan: “Aku pasti mengajakmu pulang, sayang. Tapi, tidak sekarang.”
*
Setiap hari Maria tak bisa tidak menelepon diriku. Berkali-kali. Kadang ia lupa waktu. Dini hari. Sungguh gila. Kangen, katanya. Aku suka-suka saja dengan hal itu. Namun, aku jadi nggak enak dengan teman-teman satu kontrakan. Mereka terus-menerus terganggu dengan dering telepon. Akhirnya kukatakan padanya, boleh menelepon seratus kali, asalkan tidak pada saat orang-orang tidur. Tentu saja ia mengerti.
*
Suatu hari, aku mendapat telepon dari ibu. Aku diminta pulang lantaran ada masalah yang sangat penting. Dan sebelum pulang kusempatkan menemui Maria.
Ia ingin ikut pulang denganku. Aku meminta pengertiannya. Akhirnya ia merelakan kegagalannya dengan sedikit terpaksa. Tapi, ia meminta sesuatu untuk mengobati kekecewaannya. Sebuah ciuman. Aku terperangah.
*
Sore hari aku tiba di rumah. Langsung kucari ibu dan menanyakan masalah penting itu padanya. Katanya: “Tidak ada apa-apa. Ibu hanya kangen saja.” Kemudian ia menyuruhku mandi-makan-istirahat. Ia juga menyuruhku shalat. Namun, kukatakan: “Sudah. Kujamak-qashar dalam perjalanan.”
*
Sepanjang mandi-makan-istirahat, pikiranku terganggu. Tidak seperti biasanya, ibu meneleponku, menyuruhku pulang. Aku tak percaya bahwa ini karena alasan kangen saja. Apalagi kulihat di mata ibu tampak ada sesuatu yang tersembunyi yang menguatkan anggapanku tentang adanya suatu masalah menyangkut diriku.
Selepas maghrib, kembali aku menanyakan masalah itu pada ibu. Ibu hanya tersenyum. Aku semakin penasaran. Akan tetapi, aku tak mau mendesaknya meskipun membuat kepalaku tersiksa. Ah, barangkali saat ini mungkin bukan waktu yang pas bagi ibu. Biarlah, pikirku.
Ibu kemudian mengalihkan perhatian dengan menanyakan kabarku di sana. Bagaimana kuliahnya? Kapan KKN? Skripsi? Wisuda? Dan aku sudah putus asa mengharapkan ibu bertanya tentang seorang perempuan.
*
Sudah dua hari aku di rumah. Ibu belum juga memberitahukan masalah yang katanya penting itu. Sementara kepalaku sudah mulai lega tanpa memikirkan masalah itu.
Sedang Maria tetap meneleponku. Tiap hari, dan mengambil waktu selepas maghrib, karena ia tahu bahwa saat itu aku makan malam bersama keluarga. Ibu yang kerap menerima teleponnya.
Aku terperangah ketika ibu berkata : “Awik, ada telepon dari Maria.”
Ah, Rupanya Maria mencari perhatian, pikirku. Pada mulanya aku sedikit rikuh dengan cara Maria ini. Namun, kemudian aku malah suka. Bukankah cara Maria ini akan meneror ibu? Lalu ibu akan tersiksa dan terpaksa bertanya tentang siapa Maria itu. Tapi, itu bukan gayanya. Ibu sama sekali tak bertanya.
Setiap kali aku berbicara dengan Maria di telepon, konsentrasi makan ibu menjadi hilang. Kuperhatikan ibu hanya membolak-balik makanan dan kerap memperhatikanku.
“Jangan sekarang, Maria. Masalahnya belum selesai. Nanti saja kalau semua sudah beres, kamu main ke rumah. Oke, sayang. Udah, ya. Assalamu ‘alaikum”, itulah kata-kata terakhir yang kuucapkan sebelum meletakkan gagang telepon. Ah, untunglah, Maria selama ini cukup mengerti.
Ketika aku melanjutkan makan, ibu masih saja memperhatikanku. Aku pura-pura tak tahu. Ah, ibu. Kapan kita akan berbicara tentang seorang perempuan. Cinta, pikirku.
*
Sudah tiga hari ini, Maria terus mencecarku dengan berbagai pertanyaan dan tuntutan. Kapan masalahnya selesai? Kapan aku boleh ke rumahmu? Kapan diperkenalkan dengan orang tuamu? Kapan menikah? Aku bingung.
*
Sore itu kulihat ibu sedang duduk sendiri di serambi depan. Aku mendekat dan duduk di sampingnya. Ibu tersenyum. Kemudian aku membuka percakapan dengan bertanya tentang ayah ketika masih muda dulu. Tapi, ibu berkata bahwa itu sudah pernah diceritakan. Kami terdiam sesaat.
“Apakah ibu tak mau bertanya tentang Maria?” kataku nekat. Kuperhatikan ibu terperangah. Namun, aku tahu ibu berpura-pura.
“Dia pacarku, Bu. Besok ia akan berkunjung ke mari bersama seorang temannya. Berkenalan dengan ibu dan ayah.” Ibu masih diam. Tatapan matanya jauh ke depan. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Perlahan ia membuka suara.
“Sebenarnya….., sebenarnya ibu menyuruhmu pulang adalah untuk membicarakan masalah pertunanganmu dengan anaknya Pak Fadzil yang telah disepakati beberapa hari yang lalu.”
Aku tersentak. Ternyata, selama ini ibu memikirkan masa depan dan kebahagiaanku. (*)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 20 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar