Selasa, 02 September 2008

Seni Sandur: Sebuah Bentuk Eksistensi Seni Pertunjukan Tradisional

(khususnya di Daerah Lamongan)
Joko Sandur

Kembang kelampok pak empange masang patok
Tak sawang kembange kelampok
Pak Empange masang patok
Becike kudune piye
Sing sayuk sing rukun
Tumandang makarya
Gawe bangun negara
Ala sorak….,alah hore
Ala sorak….,alah hore


Begitulah sebuah bait kidungan atau tembang yang sering di kumandangkan para niyogo kesenian tradisional sandur, notabene kesenian tradisional asli Lamongan.

Di samping itu, ada beberapa kesenian tradisional yang masih hidup terpelihara eksistensinya. Di antaranya : dongkrek, kepang dor, kepang sandur, turungga sola, jaran jenggo. Dan masih banyak yang belum terkafer penulis. Namun rasa kehawatiran, keprihatinan penulis muncul, sebab seni tradisi, khususnya daerah pedesaan, semakin terpinggirkan. Hampir-hampir tidak memiliki dukungan sosial, politik, ekonomi, bahkan kebudayaan.

Sehingga menjadi permasalahan yang tak pernah berakhir. Seni tradisi yang integral dengan system nilai tradisional masyarakat penyangganya, dipertanyakan eksistensinya. Pesatnya kemajuan teknologi dituding sebagai biangnya. Di luar itu, datangnya gelombang indrustri budaya dan pariwisata yang jauh dari nilai-nilai tradisi, memaksa seni pertunjukan tradisional tampil dalam kemasan menghamba pada kepentingan kapital.

Kesenian yang semula merupakan jenis kesenian aktraktif dan sering ditampilkan dalam acara tradisi di desa, sebagai wujud rasa syukur penduduk kepada Pencipta Alam Semesta, tiba-tiba bergeser menjadi pertunjukan kemasan, yang di tampilkan dalam festifal-festifal yang dilombahkan. Ini menjadikan kesenian tradisi berada di simpang jalan: mempertahankan nilai-nilai tradisional atau larut dalam dinamika kemajuan teknologi yang kapitalis? Di sisi lain, berbagai bentuk kemasan seni tradisi sebagai akibat strategi budaya industri, dituduh memudarkan nilai, ruh tradisionalnya.

Isu terpinggirnya seni tradisi pedesaan senantiasa menggiring lembar diskursus kebudayaan lokal. Bahkan, tampilnya beberapa festifal kesenian di sejumlah lokasi di pedesaan, yang di selenggarakan secara berkala lewat kegiatan adat atau industri budaya untuk konsumsi global, yang diproduksi atas kepentingan individual atau kelompok tertentu. Kendati, ada yang menganggap sebagai bagian konsistensi dari kefakuman masyarakat untuk melanjutkan kesinambungan tradisi maupun guna menumbuhkan kesadaran lokal.

Berbagai kasus seni pertunjukan di Jawa Timur (khususnya di Lamongan) dan di kota-kota lain, yang menonjol pada era belakangan ini. Terutama, tentang karakter khas yang menjaga kesinambungan suatu seni pertujukan tradisi semestinya memperhatikan kekhasan yang melingkupi wilayah di mana kesenian itu hidup, tumbuh berkembang. Entah itu mengenai konsepsinya, keterkaitannya dengan aspek lain, pun menurut sifatnya.

Seni tradisi diterima masyarakat sebagai suatu hasil budaya yang di wariskan dalam beberapa generasi. Seni pertunjukan tradisi tumbuh dengan system kepercayaan yang berkembang pada masyarakat pendukung kesenian tradisi yang berhubungan erat dengan ritus dan sistem kepercayaan. Sebagaimana sifatnya, ia memiliki karakter yang lentur nan cair, karena lingkungan masyarakat yang selalu dinamis.

Kesenian yang berdaya adalah kesenian yang telah mampu meraih ruang publik sekaligus membentuk segmen penonton, yang selaku penyanggah kehidupan keseniannya. Dalam realita seni pertunjukan tradisi, hadirnya ruang publik dibentuk oleh suatu keperluan menggelar pertunjukan dari tujuan pagelaran. Untuk mencapainya, dibutuhkan patronase dan elemen yang mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Patronase ialah karakter khas. Kini patronase bukan lagi dilakukan penguasa setempat atau pemimpin agama. Melainkan dimiliki komunitas publik seni itu sendiri. Serupa yang disebutkan I Made Bandem, partisipasi (dedikasi) komunitas itulah watak seni tradisi yang menonjol. Karenanya, dedikasi mewujudkan sifat patronase yang tercipta bukan karena kekuasaan semata. Inspirasi dan aspirasi dari komunitas untuk kepentingan komunitasnya. Dukungan, perlindungan ini dilakukan langsung oleh masyarakat penyanggah atas nama pribadi, kolektif, serta bentuk kelembagaan. Merekalah penyelenggara hajat, pemimpin grup, produser rekaman, pemerintah daerah, instansi terkait.

Kata lain, patronase seni pertunjukan dimiliki oleh para penanggap seni pertunjukan dan pendukung atau komunitas publik seni. Berbagai misal seni pertunjukan di Indonesia (khususnya di Jawa Timur) sekarang tumbuh berkembang karena adanya korelasi yang kuat antara seniman, penyelenggara hajat, dan penonton aktif. Perpaduan ketiga ungsur ini memberikan warna pertunjukannya. Tetapi yang paling penting, bagaimana generasi kita dapat menghidupkan kesenian tradisional tersebut, sebab ini tanggung jawab bersama. Kita merasa terpanggil selaku masyarakat pendukung demi keberadaan eksistensinya, khususnya seni tradisional yang lahir di daerah Lamongan.

Raymond Williams (1977: 121) memilah kesenian kedalam 3 kategori: kesenian dominan, kesenian residual, dan kesenian emergen.

Kesenian dominan sebagai komoditas yang masuk pada belahan hubungan ekonomi kapitalistis, misalnya: film, senetron, lagu-lagu pop, dan jazz yang didukung oleh industri mega rupiah.

Kesenian residual umumnya berupa kesenian yang diwarnai oleh kesenian tradisional. Ini lebih direstui, dan digunakan oleh khalayak kelas menengah (semisal wayang kulit purwa jaya), tetapi bukah wayang wong, (dalam budaya jawa), sebab wayang kulit purwa jawa, telah menjadi bagian identitas kelas menengah perkotaan, ada pula yang posisinya tidak pasti atau jelas-jelas terpuruk pada strata ekonomi paling bawah, misalnya kethoprak, ludruk, dan wayang wong, dalam budaya jawa, termasuk juga kesenian sandur yang berada dikota soto ini, tepatnya di desa berkecamatan Modo-Lamongan.

Kesenian emergen merupakan alternatif atau oposisi terhadap kesenian dominan. Musik dangdut sebagai produk budaya Indonesia kontemporer, bisa dipandang sebagai kesenian emergen. Pula hadir sebagai kesenian rakyat.

Perbedaan substansial pada ketiganya, tidak hanya ditentukan oleh fariabel proses definisi sosialnya, tradisi, kelembagaan dan bentuknya. Melainkan juga dinamika hubungan, proses perkembangan, fariabel kesejahteran, serta unsur-unsurnya. Kesenian dominan hadir sebagai yang menghegemoni kesenian lainnya. Genre kesenian ini sebagai komoditas yang masuk ke wilayah ekonomi kapitalis. Kesenian residual bersifat tradisional (‘archaic’), alternatif dan oposisi terhadap kesenian dominan.

Sedangkan kesenian emergen ialah kesenian massa (popular). Pada dinamika perkembangannya, kesenian emergen dapat berubah menjadi yang dominan.

Kata akhir. Sebagai generasi muda bolehlah dengan kesenian dan kebudayaan arus global, yang nge-pop lagi nge-tren, tetapi jangan keterlaluan, hingga pada akhirnya menyeret kita lupa asal-usul di mana dilahirkan. Karena kita selaku pewaris, penerus dan masyarakat pendukung seni tradisional, terpanggil untuk menjaga memelihara, melestarikan eksistensinya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae