Senin, 21 Juni 2021

Humanisme Mahmoud Darwish

Cecep Syamsul Hari *
Pikiran Rakyat, 13 Sep 2008
 
DALAM pidato penerimaan Prince Claus Awards (2004), Mahmoud Darwish, penyair nasional Palestina, berkata: “Seseorang hanya dapat dilahirkan di satu tempat. Namun demikian, ia bisa saja mati berkali-kali di tempat lain: di pengasingan dan penjara, dan bahkan di negeri kelahiran yang telah diubah menjadi mimpi buruk oleh penjajahan dan penindasan. Puisi mengajarkan kepada kita untuk memelihara ilusi penuh pesona itu: bagaimana melahirkan diri kita sendiri berkali-kali dan menggunakan kata-kata untuk membangun dunia yang lebih baik, sebuah dunia bersifat fiksi yang memungkinkan kita menandatangani suatu perjanjian perdamaian yang langgeng dan menyeluruh dengan kehidupan.”
 
Pemikiran atau mungkin harapan tentang “perdamaian yang langgeng dan menyeluruh dengan kehidupan” itu telah menjadi nafas pencarian sajak-sajak Mahmoud Darwish sejak awal. Di masa kanak-kanaknya, Darwish menulis sebuah puisi yang ditujukan kepada seorang anak Israel. Puisi itu adalah tugas sekolah untuk merayakan “hari jadi” negeri zionisme Israel. Bertahun-tahun kemudian Darwish sendiri, menurut penuturan Peter Clarck dalam The Guardian edisi 11 Agustus 2008, mengatakan bahwa ia lupa sajak itu tetapi masih dengan jelas mengingat ide dasarnya, “Kau bebas bermain di bawah cahaya matahari, tapi aku tidak; kau punya banyak boneka, tapi aku tidak; kau punya rumah, tapi aku tidak; kau punya banyak hari perayaan, tapi aku tidak. Mengapa kita tidak boleh bermain bersama?”
 
Masih jelas dalam kenangan Mahmoud Darwish, gara-gara menulis puisi itu ia dipaksa menghadap gubernur militer yang mengancamnya seperti ini, “Jika kau menulis puisi-puisi seperti itu lagi, akan aku pecat ayahmu.”
 
Mahmoud Darwish tetap menulis “puisi-puisi seperti itu” hingga akhir hayatnya. Ia memproklamasikan dirinya sebagai seorang humanis. Ia menulis puisi-puisi yang didasarkan pada penghormatan total dan penghayatan mendalam terhadap kemanusiaan. Ia, seperti dikutip Maya Jaggi dalam The Guardian edisi 8 Juni 2002, berkata, “Aku akan terus memanusiawikan bahkan musuhku sendiri..Guru pertamaku yang mengajari bahasa Hebrew adalah orang Yahudi. Cinta pertamaku adalah seorang gadis Yahudi. Jaksa yang pertama kali mengirimku ke penjara adalah seorang perempuan Yahudi. Jadi sejak awal, aku tidak melihat orang-orang Yahudi sebagai iblis atau malaikat melainkan sebagai manusia.”
***
 
MENGENANG Mahmoud Darwish yang meninggal dalam usia 67 tahun, 9 Agustus 2008, tiga hari setelah operasi bedah jantung di Memorial Hermann Hospital, Houston, Texas, tak lain tak bukan mengenang nasib bangsa Palestina. Bagi Darwish, Palestina, sebagaimana bagi saudara-saudara sebangsanya, bukan lagi sebuah negeri atau komunitas yang dibayangkan melainkan sebuah ruh yang mengalir di dalam tubuh dan menjadi elan vital bagi tubuh itu untuk bertahan di bawah kezaliman zionisme Israel.
 
Ada sebuah puisi Mahmoud Darwish yang tidak pernah bisa hilang dari ingatan saya sejak saya menerjemahkannya beberapa tahun silam. Puisi itu berjudul I Have Witnessed the Massacre, pertama kali dipublikasikan di Beirut 1977 dalam bahasa Arab dan edisi Inggrisnya muncul pertama kali dalam Modern Poetry of the Arab World (1986: 129) yang dieditori Abdullah al-Udhari. Puisi itu dengan terang melukiskan metamorfosis jiwa Mahmoud Darwish dari seorang saksi menjadi seorang korban yang kemudian memutuskan untuk menjadi seorang yang melawan. Namun demikian, pada bagian akhir sajak itu dengan simbolisme yang halus, ia memperlihatkan optimismenya yang subtil bahwa pada suatu ketika harapannya tentang “perdamaian yang langgeng dan menyeluruh dengan kehidupan” itu akan tumbuh dan mekar di bumi Palestina:
 
Aku menjadi saksi pembantaian
Aku seorang korban dari peta buatan
Aku anak lelaki dari kata-kata tanpa hiasan
Aku melihat koral beterbangan
Aku melihat embun berubah jadi bom berjatuhan
Ketika mereka menutup pintu-pintu hatiku
Memasang barikade dan menetapkan jam malam
Hatiku berubah jadi lembah
Sulbiku menjelma batu
Dan bunga-bunga anyelir tumbuh
Dan kembang-kembang anyelir mekar
***
 
MAHMOUD Darwish lahir di kampung Birwa, di timur Acre di barat Galilee, 13 Maret 1941. Pada saat ia berumur 6 tahun, kampung itu dibumihanguskan tentara Israel. Darwish dan keluarganya melarikan diri ke Lebanon. Tahun berikutnya, ketika keluarganya kembali ke tanah yang telah diduduki, mereka mendapati kampung lamanya telah dilenyapkan. Mereka kemudian pindah dan tinggal di Deir al-Assad. Tidak ada buku di rumah Darwish dan perkenalan pertamanya dengan puisi adalah melalui para penyanyi-pengembara yang melarikan diri dari kejaran tentara Israel. Abangnyalah yang mendorongnya untuk menulis puisi.
 
Periode awal kumpulan puisinya Leaves of the Olive Tree (1964), A Lover from Palestine (1966), dan End of the Night (1967) dipublikasikan di Israel. Pada masa itu, Darwish menjadi anggota Partai Israel, Rakah, dan editor edisi bahasa Arab koran partai, Al-Ittihad.
 
Pada 1971, Mahmoud Darwish meninggalkan Israel dan melanjutkan studi di Universitas Moskow. Setelah tinggal sebentar di Kairo, ia pergi ke Beirut dan menangani sejumlah pekerjaan di Pusat Riset Palestina. Ia tetap tinggal di kota itu selama fase pertama perang sipil sebelum hijrah bersama Yasser Arafat dan PLO pada 1982. Ia pindah ke Tunisia, lalu ke Paris, dan menjadi pemimpin redaksi majalah sastra berpengaruh, Al-Karmel. Meskipun pada 1987 ia menjadi anggota komite eksekutif PLO dan ikut menulis draf Deklarasi Kemerdekaan Palestina, ia tetap menjauhkan dirinya dari konflik kepentingan kelompok di dalam tubuh PLO sendiri. Ia pada banyak kesempatan mengungkapkan sikapnya bahwa ia seorang penyair “dengan perspektif khusus atas realitas.”
 
Selama berada di Paris, Mahmoud Darwish menulis Memory of Forgetfulness (1987) yang edisi Inggrisnya terbit pertama kali delapan tahun kemudian. Memoar itu mengisahkan situasi kota Beirut di bawah hujan bom Israel pada 1982.
 
Selama karier kepenyairannya, Mahmoud Darwish telah menerima berbagai penghargaan, antara lain: The Lotus Prize (1969); Lenin Peace Prize (1983); The Knight of the Order of Arts and Letters (1993); dan Prince Claus Awards (2004).
***

*) Cecep Syamsul Hari, Penyair dan Redaktur majalah sastra “Horison”. http://sastra-indonesia.com/2011/10/humanisme-mahmoud-darwish/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae