Horison Online
“Sebelum cahaya purnama menguningkan usia
Aku akan menjauhimu,” katamu malam itu
Baik, jauhlah dariku, menjauhlah
Sebab sebenarnya melalui celah kenangan aku selalu medekatimu
Sambil menasbihkan darah dari seluruh kepergian yang alpa dikatakan puisi
Mengingat dirimu sebagai gerimis yang gagal jatuh ke ceruk mataku
Hari-hari yang berlari di halaman kalender telah melahirkan sekaligus
Malarikan segalah hal di balik dadaku. Kepergianmu hanya dipahami
Pesan-pesan pendek yang membusuk dalam inbox ponsel, juga percakapan
Kosong antara kita pada jeda usia yang terlalu susah untuk dilupakan
Padahal kita hanya bercerita tentang nama yang itu-itu juga, ihwal perasaan
Yang pernah diucapkan oleh banyak orang
Menjauhlah, karena kita terlanjur tersesat dalam pembicaraan tanpa daging
Tidak sengaja terjebak dalam basa-basi dan ilusi perkawinan
Maka menjauhlah dan sempurnalah engkau sebagai kenangan
***
Rozi Kembara, menulis puisi dan prosa. Lahir di Tasikmalaya 27 Juni 1990, semasa kecil nyantri di bumi Reyog Ponorogo, kuliah di Yogyakarta, dan sekarang tinggal di Malang. Sajak-sajaknya dipublikasikan pada Majalah Horison, Kompas, Suara Merdeka, Radar Banten dan termaktub dalam antologi puisi Wajah Deportan. Pernah bergiat dalam Komunitas Kubah Budaya.
http://sastra-indonesia.com/2021/04/maka-menjauhlah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar