Selasa, 16 Juni 2020

Analisa dan Kritik, Franz Kafka di Praha

(foto pixabay.com, Patung Monumen Franz Kafka Praha)
Sigit Susanto
Brod menggambarkan gaya penulisan Kafka yang di benarkan oleh Kafka sendiri;"Orang harus menulis masuk kedalam kegelapan, seperti pada sebuah terowongan". Pengalaman bergaul dengan Kafka, Brod meyakinkan; "Dengan Kafka membicarakan masalah abstrak, hampir tak mungkin, dia berpikir dalam gambar-gambar dan bicara dalam gambar-gambar pula". Brod mengungkapkan keberhasilannya mendokumentasikan figur dan karya Kafka; "Adalah sebuah kebahagiaan bisa dekat di sampingnya, bacalah beberapa kalimat dari Kafka, nanti akan menjumpai lidah, nafas, kemanisan, yang belum pernah dialami, Kafka bekerja selalu tanpa rencana dan bacalah seluruh tuntunan inspirasinya yang singkat".

Peter U.Beicken, seorang peneliti karya Kafka dari Universitas Princeton dalam bukunya; "Franz Kafka, sebuah pengantar kritis dalam penelitian", (Franz Kafka, Eine Kritische Einführung in die Forschung) menyebutkan;...Jarang orang bertanya tentang seni Kafka,...Kafka tidak membahas tentang masalah Agama, Metafisik atau Moral, melainkan kepenyairan...Kafka tidak mengajarkan kita Teologi maupun Filosofi, melainkan satu-satunya sebagai Penyair. Bahwa kepenyairan dia yang gemilang, sekarang telah menjadi mode, yang banyak di baca orang, bukan bakat dan bukan diminati, menerima kepenyairan, dia tidak bersalah.

Kelompok sastrawan kritis Jerman pasca perang dunia kedua yang menamakan diri, "Kelompok 47", yang dipelopori oleh Hans Werner Richter, pada tahun 1951 telah membahas dan mengkritisi karya sastra prosa dari figur sastrawan seperti; Hemingway dan Dos Passos. Pada diskusi sastra kritis itu, juga dimunculkan ide membahas karya Kafka. Seorang pengikut diskusi berkata; "Ketika menyebut nama Kafka, saya jadi teriak dengan kejang, sudah 21 kali saya usulkan untuk dibahas tak kunjung tiba. Kafka disini jangan hanya dimengerti sebagai kategori analisa, melainkan sebagai pengetahuan yang tertinggi untuk semua sastra, baik yang menolak maupun yang akan mengikutinya".

Martin Walser, tahun 1953 dalam sebuah diskusi kelompok 47 mengatakan; "Kafka adalah sebagai figur yang berbahaya". Pengkritik lainnya berkata; "Kalau saya akan membaca karya Kafka, lebih baik saya membaca diri Kafka".

Herman Hesse, penyair Jerman peraih nobel sastra tahun 1946 mengatakan; "Kafka bukan saja seorang penyair dari wajah intensitas yang langka, melainkan juga sebagai manusia yang alim, beragama, bila juga sebuah dari masalah, termasuk model Kierkegaard ...., fantasinya menuntut realitas yang membara, sebuah perumusan hal kehidupan agama yang mendesak".

Andre Gide, sastrawan Perancis berpendapat tentang Kafka; "Saya tak tahu akan bilang apa, apa yang saya kagumi; Penceritaan ulang yang alami sebuah dunia fantastik, melalui ketelitian yang rumit dari potret yang masuk akal, atau keberanian riil dari pembalikan terhadap kerahasiaan".

Menurut analisa dalam sejarah sastra Jerman oleh Grabert, Mulot dan Nürnberger disebutkan; "Tokoh-tokoh manusia dalam karya Kafka bekerja seperti hantu, yang harus bergerak menuruti sebuah kemauan yang belum diketahui dan dimengerti; mereka hidup di bawah tekanan, mundur dari sangsi hukum, tanpa tahu, siapa yang telah menutupi hukuman mereka; seperti dalam pengembaraan impian menakutkan, mereka berada dalam alam abstrak yang kesana-kemari, tanpa tahu menemukan jalan keluarnya; dan langsung lurus, bahwa mereka akan datang dengan bebas, mereka selalu terjerat dalam kesalahan yang dalam. Bukan mengarah ke sebuah moralitas, melainkan pada sebuah kesalahan eksistensial manusia. Kafka bertobat untuk sebuah kehilangan, dimana dia tidak tahu, dan mencari sesuatu, yang dia tidak ketahui. Seperti dalam mimpi buruk terdapat tempat dan waktu, untuk mengangkat konsekwen psikologis dan sebab-akibat, dan dalam unsur-unsur impian dunia sihir menuju sebuah aturan hukum yang mapan. Model Realisme-magic telah di tunjukkan dalam fragmen romannya berjudul; "Puri" (Der Schloss)". Dalam paradoks yang di tunjukkan, Kafka membelokkan wejangan Tuhan menjadi; "Siapa mencari, tidak menemukan, siapa tidak mencari, akan ditemukan. Pada jalan keluar dunia, tanpa belas kasihan memandang manusia". Kafka mengatakan; "Dengan noda duniawi yang tampak dilihat mata, seperti di dalam situasi dari seorang penumpang kereta api, yang dapat musibah di terowongan panjang, dan benar-benar sebuah posisi, dimana orang tak melihat lagi lampu awal, sedang lampu akhir tapi hanya kecil, bahwa pandangannya harus selalu dicari terus-menerus dan terus-menerus hilang, dimana antara awal dan akhir tidak yakin lagi.

Theodor Adorno tahun 1953 dalam acara TV mengkritik tajam; "Karya Kafka berisi berita-berita yang tertutup dari penyakit skizofrenia sosial yang sedang sembuh".

Georg Lukàc tahun 1958 dalam kritik marxismenya terhadap karya Kafka berkata; "Bertentangan dengan kesalahpahaman dalam realisme".

Günther Grass, sastrawan Jerman peraih nobel sastra tahun 1999 terus terang mengatakan; "Dalam proses pembuatan prosa panjang saya yang berjudul "Almari" (Die Schranke) mengambil gaya Kafka sebagai sastrawan awal ekspresionis.

Susan Sontag, sastrawati dan kritikus sastra asal Amerika tahun 1964 menulis dalam esainya yang terkenal berjudul "Melawan Interpretasi" (Against Interpretation); "Bahwa karya Kafka telah menjadi sebuah penindasan massa". Ada dua hal; pertama penindasan masa itu bisa berhasil dan karyanya tak bisa dihindarkan, berkembang dan mengalir, dibiarkan terbukti di seluruh dunia. Tapi benar, berhubungan dengan Kafka membuat kejemuan tertentu yang sesungguhnya, orang akan protes dengan ketidak nafsuan, orang bicara dari kejemuan.

Heinz Politzer, seorang guru besar sastra Jerman di Berkeley/Kalifornia pernah ikut menyelenggarakan pameran karya Kafka bersama Brod di Wina berpendapat; "Seorang manusia seperti Kafka, tak akan pernah ada, ritme hidupnya monoton, karena keadaan yang membosankan itu di taklukkan secara berulang-ulang dari suasana eksistential dan di bawa ke dalam karyanya, itu wajar menceritakan sejarah (dan sejarah seperti apa!). Kafka muda lebih terbuka pada masalah-masalah sosial, kemudian menjadi revolusioner. Kafka hanya mengulang-ngulang variasi yang tak ada hentinya. Sejarah dari kehidupan Kafka adalah sebuah biografi bagian dalam dari karya seorang biarawan yang sakit, sejenis sebuah buku gambar, yang mana kitab sucinya untuk kaum miskin yang bebas, bukti berdarah seorang Yahudi, yang menyerahkan tanda bukti tersebut dalam karyanya untuk merendahkan dan menghina, orang yang mengikutinya".

Marcel Reich-Ranicki, kritikus sastra kelas wahid di Jerman, keturunan Yahudi kelahiran Polandia, tahun 1984 tepatnya 60 tahun setelah kematian Kafka, menulis buku berjudul; "Ulasan ulang tentang Sastrawan Jerman masa lampau", (Nachprüfung über deutsche Schrifteller von gestern). Ranicki membahas beberapa figur sastrawan Jerman beserta karyanya yang sebagian besar bangsa Yahudi, termasuk Kafka. "Sekarang 60 tahun kematian Kafka, kita makin lebih tahu, menunjukkan bahwa pendapat-pendapat dari tindakannya yang ragu-ragu atau pandangannya yang tak berciri menasehati dari karya-karyanya yang tak bisa dihapus, di rubah dan- dibedakan dengan karyanya yang lampau". Tampaknya acara seabad kelahiran Kafka (1883-1983), juga tidak untuk pengupas pendapat-pendapat tentang karyanya atau tentang kesediaan menyatakan pandangan-pandangan, melainkan justru menghubungkan dengan sebuah buku yang berakar dari model karya Kafka. Lebih jauh Ranicki berpendapat; "Karya Kafka adalah penggambaran sebuah perlawanan dengan rasa takut; takut akan penghinaan dan ketidak mandirian, takut akan siksaan dan kekejaman, takut akan Ayahnya dan keluarganya, takut akan kelemahan dan impoten, takut karena tidak memiliki tanah air dan perkumpulan, takut akan nasib bangsa Yahudi, takut akan kematian dan juga kehidupan." Ranicki menyitir pengakuan Kafka; "Kalau saya menulis, saya merasa terobek, tidak tenang dan takut". Oleh karena itu amat sulit untuk menemukan seorang sastrawan dalam sejarah sastra dunia, yang cenderung bisa melebihi egosentrik dan mengarah ke penonjolan pada umum (Exhibisionismus). Namun setelah beberapa tahun kematian Kafka, Brod menandaskan ; "Setiap jenis Egosentrisme, di tolak oleh Kafka". Ranicki mengkritik; "Dalam dunia epos Kafka lebih menonjol figur wanita atau sedikit negatif, sering berhati dingin dan marah". Antara buku hariannya dan surat-suratnya terasa tak ada bedanya, semua yang tak memperbincangkan hal sastra, membuat Kafka merasa bosan, prinsipnya jelas tanpa dilema antara sastra atau hidup. Ketakutan yang permanen pada wanita membuat krisis kepribadiannya-setiap krisis identitas yang muncul, kita berterima kasih, karena menghasilkan roman dan karya-karyanya dalam bentuk cerita dan telah berkali-kali dia analisa dan komentari, sebuah karya "Surat untuk Ayah" yang amat terkenal. Mungkin bagi kehidupan Kafka, hanya ada seorang perempuan yang bisa dia cintai, tanpa rasa takut yaitu adik perempuannya Ottla.
***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae