Minggu, 02 Mei 2021

PENGARANG PEREMPUAN INDONESIA (1)

Djoko Saryono *
 
Embrio sastra Indonesia sudah tampak jelas pada paruh kedua Abad XIX. Bisa dikatakan bahwa pada akhir Abad XIX sudah publikasi karya sastra berupa cerpen, roman [novel], dan puisi yang bercitra dan bersemangat Indonesia atau minimal bisa diidentifikasi telah membayangkan keindonesiaan. Sebagai contoh, semenjak 1870-an sudah dipublikasikan cerpen Indonesia di beberapa media massa sebagaimana dapat diperiksa dalam buku Nona Koelit Koetjing: Antologi Cerita Pendek Periode Awal [1870-an–1910-an] yang dihimpun dan diterbitkan oleh Pusat Bahasa (2005).
 
Memasuki dasawarsa pertama dan kedua Abad XX, sastra Indonesia makin menampakkan sosok secara kuat-jelas-nyata [real], kemudian berkembang cukup dinamis pada masa-masa selanjutnya. Secara kuantitatif, terhitung semenjak dasawarsa pertama dan kedua Abad XX tersebut, beraneka ragam karya sastra Indonesia digubah oleh sastrawan Indonesia dan dipublikasikan oleh berbagai penerbit. Dalam hubungan ini berbagai novel dan cerpen Melayu Rendah atau Peranakan-Tionghoa, Balai Pustaka, dan non-Balai Pustaka digubah dan dipublikasikan. Semua itu menunjukkan bahwa berkat kehadiran, partisipasi proaktif dan keterlibatan intensif para pengarang Indonesia, sastra Indonesia mampu berkembang dinamis.
 
Bukti-bukti memperlihatkan, berdasarkan segi gender, baik pengarang laki-laki maupun pengarang perempuan telah berpartisipasi secara proaktif dan terlibat secara intensif dalam melajukan kedinamisan perkembangan sastra Indonesia termasuk perkembangan cerpen Indonesia. Bersama dengan pengarang laki, terbukti bahwa pengarang perempuan telah hadir [eksis] secara signifikan, berpartisipasi secara proaktif, dan terlibat secara intensif sejak masa awal perkembangan sastra Indonesia. Meskipun kuantitas dan produktivitas pengarang perempuan tidak setinggi pengarang laki-laki, kreativitas dan kualitas karya para pengarang perempuan harus dicatat dan diperhitungkan secara seksama dalam sejarah sastra Indonesia.
 
Dikatakan demikian karena kreativitas dan kualitas karya mereka tidak banyak berbeda dengan pengarang laki-laki atau tidak selalu di bawah baying-bayang kreativitas dan kualitas karya sastra gubahan pengarang laki-laki. Sebagai contoh, sudah diakui baik secara nasional maupun internasional, novel Pada Sebuah Kapal karya Nh. Dini, Supernova karya Dee Dewi Lestari, dan Saman karya Ayu Utami merupakan tiga novel yang sangat kreatif dan berkualitas di samping para pengarangnya juga tergolong produktif, bahkan Nh Dini. Dee, dan Ayu Utami sangat produktif.
 
Dalam dinamika sejarah perkembangan sastra Indonesia, secara kuantitatif diketahui bahwa para pengarang perempuan beserta karya sastra gubahan mereka terus-menerus bermunculan secara ajek, berkesinambungan, dan berkelanjutan; tidak pernah terjadi kekosongan atau kevakuman kepengarangan perempuan dan ke-sastra-an perempuan dalam rentangan sejarah perkembangan sastra Indonesia. Nama-nama seperti Selasih [Selaguri/Sariamin], Soewarsih Djojopoespito, Walujati, Nh. Dini, Titis Basino, Luwarsih Pringgodi¬suryo, Ikasiah Soemarto, Lastri Fardani Sukarton, Titi Said, dan Aryanti telah hadir, berkarya, dan berkiprah pada masa-masa pembentukan dan pemantapan kehadiran dan identitas kepengarangan perempuan Indonesia.
 
Nama-nama tersebut kemudian disusul dengan nama-nama Ratna Indraswari Ibrahim, Marianne Katoppo, Sirikit Syah, Yati Setiawan, Ani Sekarningsih, Nova Riyanti Yusuf, Meidy Lukito, Leila S. Chudori, Dorothea Rosa Herliany, Abidah el-Khaleiqy, Oka Rusmini, Ayu Utami, dan Dee Dewi Lestari [dari jajaran sastra serius]; serta Marga Tjoa, Maria A. Sardjono, Mira W., dan Naning Pranoto serta Fira Basuki [dari jajaran sastra populer] yang berkarya dan berkiprah secara signifikan pada masa-masa penguatan kehadiran dan identitas kepengarangan perempuan Indonesia. Di sini malah bisa dikatakan bahwa kepengarangan sastra popular “didominasi” oleh nama-nama pengarang perempuan sejak dasawarsa 1970-an.
 
Selanjutnya, nama-nama tersebut diikuti dengan nama-nama seperti Linda Christanty, Oka Roesmini, Cok Sawitri, Djenar Mahesa Ayu, Nukila Amal, Lan Fang, Nenden Lilis, Dinar Rahayu, Ratih Kumala, Dewi Ria Utari, Wa Ode Wulan Ratna, Yetti A.K., Artie Ahmad, Ini Made Purnamasari, dan Laksmi Pamuntjak yang berkarya dan berkiprah secara siginifikan pada masa-masa pengembangan dan pelestarian kehadiran dan identitas kepengarangan perempuan dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia. Bahkan sepuluh tahun terakhir perkembangan sastra Indonesia “disemaraki secara dominan” oleh pengarang perempuan Indonesia sehingga karya mereka dijuluki sastra wangi. Jadi, kehadiran secara signifikan, partisipasi secara proaktif, dan keterlibatan secara intensif pengarang perempuan Indonesia beserta karya sastra gubahan mereka selalu berkesinambungan dan berkelanjutan dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia.
 
Para pengarang perempuan Indonesia bukan hanya menggubah naskah lakon, novel, dan puisi, tetapi juga cerpen; kreativitas dan kualitas karya mereka merambah semua genre sastra Indonesia. Ratna Sarumpaet telah menggubah beberapa naskah lakon. Dalam pada itu, sebagai contoh, Dorothea Rosa Herliani, Oka Rusmini, Sirikit Syah, Cok Sawitri, dan Ratna Indraswari Ibrahim telah menggubah novel, cerpen, dan puisi yang berkualitas secara produktif. Dee Dewi Lestari, Ayu Utami, dan Nukila Amal juga telah menggubah beberapa novel dan [kumpulan] cerpen yang cukup kreatif dan berkualitas. Selanjutnya, Linda Christanty, Nenden Lilis, Helvy Tiana Rosa, Dewi Sartika, Ratih Kumala, dan Wa Ode Wulan Ratna telah menggubah cerpen yang cukup kreatif dan berkualitas.
 
Berdasarkan penghargaan yang diterima, penilaian para kritikus-apresiator sastra, dan atau pembacaan peneliti atas berbagai karya pengarang perempuan, dapatlah disimpulkan bahwa semua nama tersebut telah menghasilkan berbagai karya sastra berkualitas yang membuat sastra Indonesia terus-berkembang di samping telah mengisi, memperkaya, dan memperkuat sejarah perkembangan sastra Indonesia. Karena itu, kehadiran, partisipasi, dan keterlibatan mereka sebagai penyair, novelis, pelakon, dan cerpenis perempuan Indenesia tidak dapat diabaikan, dipungkiri, apalagi dihilangkan dalam sejarah sastra Indonesia; mereka beserta karya-karya sastra yang mereka gubah harus dicatat, diapresiasi, dan mendapat tempat dalam historiografi sastra Indonesia.
 
Berdasarkan sigian awal ditemukan bahwa kehadiran, partisipasi, dan keterlibatan intensif pengarang perempuan Indonesia beserta karya-karya gubahan mereka dalam perkembangan sastra Indonesia belum banyak diperhatikan dan dikaji oleh peneliti dan pemerhati sastra, peneliti dan penulis masalah perempuan atau gender, dan penulis historiografi sastra Indonesia serta kritikus-apresiator sastra Indonesia di samping media massa cetak dan elektronis.
 
Untuk hal itu ada berbagai bukti yang bisa dikemukakan di sini. Pertama, sampai sekarang masih relatif terbatas liputan, reportase, dan atau ulasan mendalam [dari] media massa cetak tentang kepengarangan perempuan Indonesia. Dalam sepuluh tahun terakhir, minimal hanya dua jurnal bereputasi-berwibawa nasional tentang keperempuanan yang menurunkan liputan investigatif secara mendalam mengenai kepengarangan perempuan Indonesia, yaitu [1] Jurnal Perempuan No. 30 Tahun 2003 menurunkan liputan bertajuk Perempuan dalam Seni Sastra dan [2] Jurnal Srinthil No. 8 Tahun 2005 menurunkan liputan bertajuk Perempuan dan Sastra Poskolonial. Menurut hasil sigian awal peneliti, majalah dan jurnal sastra berkaliber nasional seperti Majalah Horison, Jurnal Prosa, dan Jurnal Cerpen belum pernah menurunkan liputan investigatif-mendalam tentang kepengarangan perempuan secara khusus meskipun karya-karya dan ulasan karya-karya mereka sering dimuat.
 
Kemudian, kedua, buku-buku historiografi atau sejarah sastra Indonesia, antara lain Modern Indonesian Literature (1978) karya A. Teew, Ikhtisar Sejarah sastra Indonesia (1981) karya Ajip Rosidi,  Lintasan Sejarah Sastra Indonesia (1988) karya Jakob Sumardjo, dan Pengantar Sejarah Sastra Indonesia (2006) karya Yudiono KS tidak banyak mengulas atau membicarakan pengarang perempuan Indonesia beserta karya karya mereka. Demikian juga buku berjudul Pengarang-pengarang Perempuan Indonesia (1977) karya Th Rahayu Prihatmi dan Sastra dan Masyarakat Indonesia (1982) karya Jakob Sumardjo, hanya membahas beberapa pengarang perempuan beserta karya-karya mereka. Selanjutnya, buku bertajuk Bermain dengan Cerpen: Apresiasi dan Kritik Cerpen Indonesia (2006) karya Maman S. Mahayana memang secara khusus mengulas dan membahas ihwal rupa-rupa makna, corak, kecenderungan, dan estetika cerpen Indonesia; namun, tidak mengulas-membahas secara khusus cerpenis perempuan Indonesia beserta karya-karya mereka.
 
Sepengetahuan saya, buku dan kajian khusus yang mengulas-membahas pengarang perempuan Indonesia secara memadai, mutakhir, dan komprehensif dapat dikatakan belum ada. Oleh karena itu, penyair, novelis, dan cerpenis perempuan Indonesia tampak kurang tampil representative-konstruktif dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia sekaligus historiografi sastra Indonesia. Perkara tersebut sudah cukup lama dikeluhkan oleh Toeti Heraty Noerhadi, seorang penyair. cendekiawan, dan gurubesar perempuan terkemuka Indonesia, dengan menyatakan bahwa perempuan Indonesia tersiksa dalam teks sastra dan sejarah sastra Indonesia.
 
Hal tersebut telah menimbulkan dampak negatif atau keadaan tidak kondusif baik bagi pengarang perempuan Indonesia maupun bagi dunia sastra Indonesia terutama historiografi sastra Indonesia. Dua dampak negatif atau keadaan tidak kondusif perlu dikemukakan di sini. Pertama, pada banyak pihak timbul anggapan, kesan, dan persepsi bahwa perempuan Indonesia kurang signifikan berkiprah, proaktif berpartisipasi, dan intensif terlibat di bidang dunia kreatif Indonesia, dalam hal ini dunia penulisan dan penerbitan sastra Indonesiaa. Maka dari itu, sejarah perkembangan sastra sekaligus dunia sastra Indonesia tampak didominasi dan dikendalikan oleh pengarang laki-laki Indonesia sehingga timbullah kesenjangan dan ketidakadilan gambaran antara teks sejarah sastra Indonesia dan kenyataan perkembangan sastra Indonesia.
 
Kedua, timbul gambaran kurang representatif dan kurang holistis-komprehensif bagi perempuan Indonesia yang bergerak dan berkiprah di dunia kreatif Indonesia. Yang ada hanya gambaran fragmentaris ihwal pengarang perempuan Indonesia. Tak ayal, akibatnya, kurang diketahui siapakah para pengarang perempuan Indonesia yang telah berkiprah dan berkarya di bidang sastra Indonesia di samping bisa kurang diketahui apa yang diperbuat oleh pengarang perempuan Indonesia bagi dinamika sejarah perkembangan sastra Indonesia. Di sini pengarang perempuan Indonesia beserta karya mereka tenggelam atau absen dalam historiografi sastra Indonesia.
 
Dua dampak negatif atau keadaan tidak kondusif tersebut membuat identitas sosial budaya, peran[an], dan kontribusi pengarang perempuan Indonesia dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia sekaligus historiografi Indonesia kurang diketahui secara proporsional dan holistis-komprehensif. Jika suatu masyarakat sastra lebih menganggap dan menghargai genre puisi dan naskah lakon sebagai sastra yang representatif [seperti masyarakat Yunani pada masa lampau] atau lebih menempatkan dan memperlakukan genre puisi dan roman/novel sebagai sastra [seperti masyarakat Eropa sebelum Abad XX dan masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara pada masa lampau], maka kemudian cerpen kurang memperoleh pengakuan dan perlakuan sebagai genre sastra sehingga gambaran tentang cerpenis perempuan sangat kurang dibandingkan dengan gambaran tentang penyair perempuan dan novelis perempuan, lebih-lebih dengan gambaran mengenai penyair dan novelis laki-laki.
 
Sekarang cerpen terutama cerpen Indonesia – yang banyak di antaranya digubah oleh perempuan – telah memperoleh pengakuan dan perlakuan luar biasa positif-konstruktif dan impresif dari banyak kalangan sebagaimana tampak pada pemuatan cerpen dalam setiap edisi Minggu suratkabar apapun di Indonesia, dalam berbagai majalah umum yang terbit setiap bulan, dan jurnal atau majalah sastra. Meskipun demikian, sampai sekarang gambaran tentang identitas sosial budaya, peran[an], dan kontribusi cerpenis perempuan Indonesia masih relatif kurang atau bahkan jauh dari proporsional dan holistis-komprehensif dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia sekaligus historiografi sastra Indonesia. Tak heran, pembicaraan terhadap wacana sastra dan kepengarangan sastra Indonesia sampai sekarang tampak identik atau serupa dengan pembicaraan terhadap wacana maskulin dan kepengarangan maskulin sehingga terkesan ada pelanggengan ketimpangan dan ketidaksetaraan gender dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia sekaligus historiografi sastra Indonesia. Inilah perkara problematis dalam dunia sastra Indonesia khususnya dunia percerpenan Indonesia.
 
Sudah barang tentu perkara problematis tersebut tidak boleh dibiarkan secara terus-menerus; sedikit demi sedikit perkara problematis tersebut perlu segera diselesaikan atau diatasi. Selesainya atau diatasinya perkara problematis tersebut membuat identitas sosial budaya, peran[an], dan kontribusi perempuan Indonesia dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia tertulis dan terawetkan di dalam historiografi sastra Indonesia sesuai dengan kenyataan kehadiran, partisipasi, dan intensitas keterlibatan mereka di dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia di samping sesuai dengan kenyataan kreativitas, produktivitas, dan kualitas karya-karya sastra mereka dalam memperkaya khazanah kesusastraan Indonesia. Untuk itu, diperlukan kajian khusus tentang kehadiran, partisipasi, dan intensitas keterlibatan para pengarang perempuan Indonesia. Sebagai salah satu genre sastra yang sekarang sangat populer di Indonesia, kajian khusus tentang profil cerpenis perempuan Indonesia beserta cerpen-cerpen gubahan mereka sangat diperlukan.
***
 
Bersambung...
 
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.

http://sastra-indonesia.com/2021/04/pengarang-perempuan-indonesia-1/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae