Peresensi: Muhidin M Dahlan
Judul: Declare, Kamar Penerbit Jogja (1998-2007)
Penulis: Adhe
Penerbit: Komunitas Penerbit Jogja
Terbit: 2007
Tebal: xxxvi+341 halaman
Resensi di majalah Tempo pada bulan awal 2001 yang ditulis Nirwan Dewanto tentang terjemahan Milan Kundera oleh Penerbit Akubaca itu memang menusuk kalbu. Jika ada yang bilang bahwa resensi itu tak mengguncangkan, itu dusta besar. Sebab resensi yang menuding penerbit Jogja sebagai penerbit yang tak becus menggarap buku cukup bikin gerah.
Beberapa pentolan penerbit Jogja, termasuk Adhe (penulis buku ini), Anas Syahrul Alimi, Buldanul Khuri dan yang lain-lain nggerundel dan berencana membikin forum mengadili karya-karya terjemahan intelek-intelek Jakarta, termasuk terjemahan Nirwan Dewanto, kalau terjemahannya ada. Ada juga rencana menggelar pengadilan buku dengan tema: “Jogja Membela Diri”.
Forum itu setahu saya tak pernah ada. Bahkan setelah satu per satu muka berminyak para aktivis perbukuan itu menggesek tanah setelah panggung yang mereka ciptakan dengan gagah dan penuh kenekatan itu rubuh. Barangkali sisa dari gerundelan itu adalah buku ini.
Ini bukan buku yang dibuat oleh seorang ilmiawan dengan ditulis bergaya penelitian yang dingin, objektif, dan berjarak dari sumber serta suasana. Ini juga bukan tulisan seorang etnografis, yang walaupun menyentuh, tapi tetap saja tak ikut serta dalam deru buku Jogja 1998-2004. Ini lebih tepat disebut pleidoi dari aktivis perbukuan di Jogja setelah terus dirundung dakwaan yang bertubi-tubi dari pelbagai penjuru kota, terutama sekali dari Jakarta. Sebab penulisnya sendiri adalah pesakitan utama.
TAK ada fase yang mengharu biru dari Jogja selepas Presiden Soeharto jatuh ditimpuki demonstrasi mahasiswa selain perayaan penerbitan buku. Adhe menceritakan dengan segamblang-gamblangnya bagaimana sebuah penerbitan lahir dari sebuah warung remang-remang dan beroperasi di gang-gang sempit dan bahkan dalam sebuah kamar pengap sewaan yang tak urung sewanya pun masih dinegosiasi waktu dan ongkosnya.
Semua orang di luar Jogja kerap di kepalanya terbangun asumsi bahwa menerbitkan buku harus kondisinya seperti Gramedia, Yayasan Obor Indonesia, dan sederet penerbit-penerbit tua dan mapan dengan gedung-gedung yang mentereng dan asupan modal ratusan juta rupiah. Di Jogja, mereka sungguh kaget dan nyaris tak percaya bahwa buku-buku yang mereka baca selama ini diproduksi oleh penerbit yang terletak di ujung gang dan kerap dihadang plang: “Turun dari Motor Mas, Kalo nggak Benjut”.
Penerbit Jogja yang lahir pada 1998 dan mencapai puncak kegemilangannya antara tahun 2000-2002 adalah riwayat dari gabungan sikap idealis, keras kepala, nekat, dan sekaligus ngawur. Mereka tak terlalu repot dengan pertanggungjawaban modal, pengawasan produk yang berlapis dan berular-ular. Mereka juga tak dipusingkan dengan soal hak cipta yang kerap disoal dan dibesar-besarkan.
Semuanya bergerak cepat dan sigap. Naskah dikerjakan secepat-cepatnya dan dikoreksi sesigap-sigapnya. Persoalan terlalu banyak kesalahan, itu soal lain. Ada perlombaan di antara penerbit untuk menerbitkan buku. Kalau misalnya muncul fenomena buku sampai berganda empat (kasus Tan Malaka), bahkan sampai berganda sepuluh (kasus Khalil Gibran), itu adalah bagian dari risiko di sirkuit buku paling ajaib di Indonesia.
Tapi, semua hiruk-pikuk itu hanya di Jogja. Dan nyaris semua kepala nengok ke Jogja ketika bermunculan “buku-buku aneh”. Kalau kritik berjubel-jubel kemudian dialamatkan ke kota ini, itu tak terlalu mengagetkan. Penerbit di kota ini dikritik, tapi buku-buku cendekia dari kota semisal Jakarta mengalir terus ke kota ini. Bisa dideret sebabnya. Boleh jadi karena tak perlu menunggu antrian lama sebagaimana prosedur menerbitkan buku di penerbit-penerbit mapan yang minta ampun ribet dan lamanya. Di Jogja, sekali buku disetujui untuk diterbitkan, pekan depan penulisnya sudah bisa menyunggingkan senyum melihat bukunya sudah nangkring di rak toko buku. Soal laku atau tidak, itu soal yang lain lagi.
Dari seluruh kenekatan dan mungkin sikap banal dan keras kepala itu maka boleh dibilang Jogja telah mematahkan mitos bahwa menerbitkan buku itu sulit dan rumit. Manusia-manusia yang ingin menjadi cendekia tapi levelnya di kelas sangat bawah sangat terbantu dengan kondisi sirkus buku seperti yang terjadi di kota ini. Bahwa menulis buku semata milik kelas penulis elite berhasil diruntuhkan seketika oleh ulah grasah-grusuh penerbit di Jogja ini. Naskah apa pun bisa dan layak diterbitkan. Sirkus ini melahirkan juga gaya bikin buku dengan jurus “ATM” (amati, teliti, modifikasi) atau “Spanyol” (separuh nyolong).
Tapi ada juga ongkos dari semua ini. Karena dikerjakan oleh anak-anak muda yang terjun ke dunia buku dengan separuh nekat, maka jangan tuntut mereka untuk disiplin. Disiplin dalam hal apa saja. Jika royalti penulis terus dikemplang, jangan terlalu cerewet. Jika hak cipta buku terjemahan tak pernah diurus, jangan salah sangka sebab kalau sibuk ngurusi hak cipta itu ntar gimana kalau disalip penerbit lain yang lebih nekat dan cepat. Kalau gaji karyawan dibayar murah, jangan heran. Jika utang menggunung di percetakan atau distributor, jangan sakit kepala. Jika kepala-kepala penerbit yang rata-rata berusia belia ini susah dihubungi, jangan memaki karena mereka tengah dikejar para penagih dari sembilan penjuru mata angin.
Dan jika mereka pada akhirnya jatuh, mari tegakkan keyakinan bahwa itu hanya sesaat saja. Mereka punya sembilan nyawa dan naluri perbukuan untuk bangkit. Penulis buku ini memang jatuh bangkrut bersama penerbitnya, tapi ia tetap tegak dan kembali ke kemampuan asalinya sebagai penulis. Karena memang Adhe terjun ke penerbitan bukan karena ia telah mengantongi ilmu manajemen yang mbegawani dan matang. Hanya ia suka saja menulis dan membaca buku.
Di Jogja, itu hal biasa. Sebagaimana mesti juga diketahui, bahwa menerbitkan buku adalah separuh dari judi. Pemilik Penerbit Pustaka Pelajar, Cak Ud, pernah mengatakan kepada saya beberapa bulan sebelum para aktivis perbukuan Jogja periode 1998 itu tersungkur, bahwa semua hiruk-pikuk itu tak lama akan berakhir. Sebab mereka (para pekerja buku yang penuh semangat itu) tak sedang menaiki tanjakan 30 derajat. Mereka para pendaki gunung 90 derajat yang bersemangat dan berjudi dengan nasib. Mungkin hari ini mereka bisa menikmati kemewahan seperti menaiki mobil BMW atau berumah mewah, tapi lihatlah sebentar lagi. Mereka semua akan terjatuh karena dakian yang mereka pilih terlalu curam dan berisiko sangat tinggi di mana pakar manajemen yang sudah berpengalaman puluhan tahun mengamati usaha-usaha pemasaran produk yang dilakukan manusia pun bisa geleng-geleng kepala.
Soalnya tiada lain gaya hidup yang luar biasa mewah dan sekaligus boros tak seimbang dengan risiko bagaimana manajemen pemasaran buku itu dibuat. Bahkan ada salah satu aktivis perbukuan di Jogja yang turut jatuh bersama berseloroh, sistem pembelian dengan Bilyet Giro (BG) itu nggak ada bedanya dengan membeli buku dengan uang palsu. Uangnya memang langsung dinikmati dan risiko akan datang kemudian hari ketika buku-buku itu dikembalikan ke penerbit lantaran tak laku. Dan jatuh bebas itu terletak di sini.
Tapi sudahlah. Semuanya sudah patah dan jatuh. Kendali atau kiblat perbukuan sudah kembali ke Jakarta. Dan buku ini cukup sebagai rangkaian dari memori banding dari dakwaan yang menghujam selama ini. Adhe sudah menulis pleidoi ini dengan baik. Apa pun kata orang, pembelaan ini penting agar orang juga tahu apa yang terjadi di dalam kamar-kamar kos penerbitan Jogja itu. Sebagai sesama aktivis buku yang tidur, makan, dan berak di kamar-kamar penerbit buku Jogja itu, saya ucapkan terima kasih kepada Adhe.
http://resensiresensi.blogspot.com/2008/03/penerbit-jogja-membela-diri.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae

Tidak ada komentar:
Posting Komentar