Sabtu, 21 September 2019

Jan 'Sondang Hutagalung' Palach

Dwi Pranoto *

Aku Jan Palach. Aku seorang Ceko, Aku seorang Polandia, Lithuania, Vietnam, Afganistan, menyingkapimu. Setelah ribuan kali aku membakar diri, mungkin kita akan menang. 
(Wiktor Szostalo, 1983).

Jan Palach membakar diri di Wenceslas Square, lima bulan pendudukan Uni Soviet di  Cekoslowakia setelah membubarkan pemerintahan Alexander Dubček selama masa yang dikenal sebagai Musim Semi Praha. Jaroslava Moserova, dokter spesialis bedah plastik, yang di hari pembakaran diri Jan Palach, 16 Januari 1969, menjadi salah seorang yang pertama merawat dan membersihkan tubuh gosong Jan Palach mengingat apa yang dikatakan Jan Palach ketika dibawa ke ruang perawatan intensif. Jaroslava tak mendampingi Jan Palach ketika itu, tapi seorang perawat mengatakan mahasiswa berusia duapuluh tahun itu berulang kali mengatakan, ‘Tolong sebarkan ke semua orang kenapa aku melakukannya, tolong sebarkan ke semua orang’. Menurut Miroslava, Jan Palach membakar diri sendiri bukan belaka disebabkan oleh pendudukan tentara Uni Soviet atas Cekoslowakia, lebih dipicu oleh kehendak untuk menghentikan demoralisasi yang merundung masyarakat; masyarakat tak hanya diam saja atas pendudukan Uni Soviet, bahkan menyerah.

Pesan yang dinyatakan Jan Palach begitu jelas. Tapi ‘revolusi beludru’, buah dari kehendak untuk kebebasan yang tak tertahankan baru terjadi dua puluh tahun kemudian. Kehendak untuk kebebasan menyeruak ke jalanan dan mencapai kemenangannya pada November 1989 setelah bertahun-tahun hidup dan dipelihara di gorong-gorong samizdat oleh orang-orang keras kepala semacam Vaclav Havel dan  generasi ‘Musim Semi Praha’ Alexander Dubček yang sudah tua.

Tidak ada yang tahu persis apa yang hendak dinyatakan Sondang Hutagalung dengan pembakaran diri sendirinya di depan Istana Presiden 7 Desember lalu. Ia tak meninggalkan pesan apapun dengan jelas sebelumnya. Luka bakar derajat tiga atau 98 persen yang merenggut kesadaran selama perawatan tiga hari tak memungkinkannya menyatakan kenapa ia membakar diri sendiri. Seorang polisi sempat menyangkal jika aksi bakar diri Sondang sebagai pernyataan politik. Tapi latar belakang Sondang dengan sendirinya membantah keras-keras. Ia aktivis HAM, seorang mahasiswa yang kerap terlibat dengan kegiatan Kontras.

Sebagaimana Zdenek Adamec yang pada tahun 2003 meneladani Jan Palach. Barangkali Sondang Hutagalung terinspirasi Mohamed Bouazizi yang menjadikan tubuhnya sebagai obor penerang gerakan ‘musim semi’ di negara-negara Arab seperti Tunisia, Mesir, dan Yaman. Jika Zdenek Adamec mengeluhkan Revolusi Beludru 1989 yang menurutnya melahirkan demokrasi yang bukan demokrasi sejati dan sekaligus mengutuk segala keserakahan global yang menimpakan kerusakan lingkungan, kekerasan, dan ketimpangan sosial. Sondang Hutagalung, tanpa cekaman global, mungkin menyesalkan Reformasi 1998 yang belaka melahirkan pemimpin-pemimpin korup, kekerasan dan ketimpangan sosial yang tak kunjung tersembuhkan.

Namun Jaroslava Moserova digusarkan oleh pembakaran diri Zdenek Adamek, 34 tahun setelah Jan Palach. Walaupun tak menyangkal motivasi idealistis di balik pembakaran diri Zdenek Adamek, dokter spesialis bedah plastik yang menjadi saksi peristiwa Jan Palach itu khawatir bila kenangan akan kewiraan Jan Palach yang mashur memicu pelaku-pelaku bakar diri yang tak cukup punya alasan kuat dan rasional untuk melakukannya. Hal yang sama, peristiwa pembakaran diri Mohamed Bouazizi pun terbuka untuk menyulut persoalan lagak ketika penjual buah yang penuh harga diri itu terkenal dan dielukan masyarakat luas.                 

Pembakaran diri politis boleh jadi laksana perang yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari upaya-upaya politik ‘normal’ yang gagal. Namun, jika perang melibatkan banyak orang yang maju memenuhi altar pengurbanan demi cita-cita politik idiil. Pembakaran diri sendiri adalah perang ‘soliter’. Peristiwa itu memberikan efek kejut pada masyarakat luas sekaligus pada rezim kekuasaan yang ditujunya. Jika pembakaran diri sendiri dilakukan pada momen yang tepat, saat cengkaman penindasan hebat yang melemahkan misalnya, kengerian yang diruapkan dari daging terbakar itu seibarat menantang sikap tunduk dan takut masyarakat dengan menyingkapkan keberanian tak terkalahkan dalam diri sang martir. Keberanian yang tumbuh dari keyakinan kuat yang melampaui tubuh itu tak terhancur-abukan. Semirip keteguhan para martir teologis yang dijatuhi hukum bakar dengan dalih bid’ah, Joan d’Arc dan Jan Hus misalnya, yang keyakinannya semakin tak terkalahkan dan semakin merebak kuat ke sembarang arah setelah tubuh-tubuh mereka mengabu di tiang pancang penghukuman. Pada sisi lain, pembakaran diri sendiri menyelusupkan ‘rasa bersalah’ pada rezim penindas yang pada akhirnya menghasilkan dua akibat sekaligus; bila tak melemahkan para aparatusnya, tak pelak, bakal membuatnya lebih brutal. Pada kasus Sondang Hutagalung, pernyataan seorang polisi yang menyangkal kaitan pembakaran diri Sondang dengan demonstrasi (melepaskan dari kaitan politik) menjadi contoh nyata.       

9 Oktober 1983, Wiktor Szostalo mengulang kembali Jan Palach dalam pertunjukan teater jalanan yang berjudul Performance for Freedom di depan gedung Craft Alliance Gallery, Missouri, Amerika Serikat. Sebagaimana Jan Palach limabelas tahun silam, pertunjukan diakhiri dengan api yang berkobar-kobar. Tapi kali itu tak tercium aroma daging terbakar, tidak ada tubuh yang dilalap api, hanya patung kayu dan kertas-kertas yang mengarang-mengabu. Drama seniman pelarian itu seperti hendak melaksanakan amanat Jan Palach saat dibawa ke ruang perawatan intensif. Performance for Freedom bukan hanya ditujukan kepada Cekoslowakia, kampung halaman yang ditinggalkan dengan tergesa. Ia menyeru kepada penindasan dan genosida di sepenjuru dunia. Sebuah plakat yang digantung dilehernya saat memulai pertunjukan menyeru dengan tulisan, ‘Aku Jan Palach. Aku seorang Ceko, Aku seorang Polandia, Lithuania, Vietnam, Afganistan, menyingkapimu. Setelah ribuan kali aku membakar diri, mungkin kita akan menang’.
***

*) Dwi Pranoto adalah penggiat sastra dan pemerhati budaya yang concern dengan pemikiran-pemikiran kritis.
http://lepasparagraf1.blogspot.com/2011/12/jan-sondang-hutagalung-palach.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae