Rabu, 22 Mei 2019

Catatan dari sebuah novel karya AH J Khuzaini

Jalan Lain dari Kenyataan Genre Dramatik Gerak-Gerik
Rodli TL *

Pada dasarnya novel  itu menghibur, bahasanya mengimplisit persuasip. Ia hadir untuk merayu pembaca berempati, merasakan apa yang dirasakan para tokoh, bahkan menawarkan ruang-ruang imajinasi yang kemudian memporak-porandakan emosi para pembacanya. Sungguh tidak realis, membaca novel saja menangis, kata si hidung mancung sambil mentertawakan pembaca novel yang sesenggukan.

Teori sastra dan apologetics (pembelaan terhadap sastra) menekankan sifat tipikal sastra atau kekhususannya. Sastra dianggap lebih umum dari sejarah dan biografi, tapi lebih khusus dari psikologi dan sosiologi. Artinya karya sastra diantaranya novel tak sekedar menyanjikan hiburan yang menwararkan kesenangan secara fisik saja, namun juga kesenangan yang lebih tinggi, kesenangan kontemplatif. Maka novel seringkali hadir dengan atmosphere peristiwa-peristiwa sejarah yang masih hidup atau juga menawrkan keterlibatanya pada dialektika kejiwaan dan masyarakat sosialnya sebagaimana yang dibahas dalam ilmu psikologi dan sosiologi.

Secara dramatik akan kita temukan berbagai genre novel yang membuat kita kasmaran, takut, penasaran, menangis, bahkan tertawa berguling-guling. Masuk akal? Kenyataannya semacam itu yang kemudian para kritikus menamainya dengan genre komedi, romantic, horror, tragedy, detektif dan lain sebagainya. Hal inilah yang sering dikatakan bahwa novel itu mampu masuk alam bawah sadar pembaca yang akhirnya membentuk karakter pembaca. Namun AH J Khuzaini memilih jalan lain dari kenyataan dramatik.

Kesustraan secara teoritis Rene Wellek dan Austin Werren membaginya menjadi dua kajian pendekatan yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Dalam kajian instrinsik mencakup Modus Keberadan Karya Sastra, Efoni, Gaya, Citra, Sifat dan Ragam Fiksi Naratif, Genre Sastra, Penilaian Dan Sejarah Sastra. Sedangkan Studi Pendekatan Ekstrinsik Meliputi Sastra Biografi, Sastra Dan Psikologi, Sastra Dan Masyarakat, Sastra Dan Pemikiran Dan Yang Terakhir Sastra Dan Seni.

Sebelum melakukan kajian anaysis content atau analisa isi novel yang menjadi bagian dari perkembangan penulis novel Lamongan, perlu diutarakan sedikit keberadaan penulis novel Lamongan lainnya, diantaranya adalah Viddy A.D. yang terkenal dengan novel kependekaran, diantaranya yang berjudul  Pendekar Sendhang Dhuwur. Ahmad Syauqy Sumbawi dengan novel  Dunia Kecil Panggung dan Omong Kosong, Maulana Alfarisi, Rodhi Murtadho, Ahmad Zaeni, Imamudin SA, Zehan Zarees, dan masih ada penulis lainya. Walau sebenarnya kering dengan diskusi sastra. Lamongan sebenarnya punya puluhan penulis novel dan ratusan karya sastra. Dan kali ini kita kedatangan penulis novel asal Gresik yang kini tinggal di Lamongan, yaitu Ah J Khuzaeni yang telah menulis novel dengan judul Gerak Gerik.

Novel Gerak-Gerik yang setebal 360 halaman ini disajikan layaknya obrolan di warung kopi.  Topiknya perlompatan kesana kemari. Mulai dari persoalan power syndrome, perubahan, restorasi, rekonsiliasi yang dilatari persoalan kaderisasi organisasi ekstra kampus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, bahkan pernyatan filsafat dan tasawufpun menjadi bagian dari rasa nikmatnya paitnya kopi. Bukan hanya lompatan topik, juga kehadiran tokoh-tokoh pun tipis identitasnya, sebagaimana warga warung kopi, hadir mengalir yang tidak akan mempersoalkan status sosialnya, tidak ada istilah pelanggan lama dan baru.

Pilihan-pilihan unsur dramatik dan karakteristik tokoh-tokoh sebuah novel yang begitu tipis tersebut memancing keterbukaan para kritikus menemukan banyak kemungkinan-kemungkinan studi pendekatan dalam kajian teori sastra walau sebenarnya penulis sudah mengklaim dirinya dalam novelnya adalah komedi realis yang memberikan penekanan obrolan dialektis beralur maju dengan sedikit kilas balik.(Pengantar : xi)

Percayalah, bahwa seringkali kehendak karya sastra itu tak sejalan dengan apa yang jadi kemauan penulis. Ia semacam makhluk yang diluar kendali penciptanya. Ia lebih memilih nasibnya sendiri, maka klaim penulis tidak akan pernah bisa menutup rapat kemungkinan-kemungkinan genre lain dalam pikiran pembaca. Sebab resepsi pembaca hadir secara bersama-sama antara hayal dan pengalamannya.

Ya, warung kopi, tanpa ada dramatik  yang berlebihan, tanpa ada alur yang direkayasa, mengalir seperti usia manusia yang pasrah akan takdirnya.  Dalam novel ini tiada tokoh siapa yang sebenarnya sungguh-sungguh antagonis dan sungguh-sungguh protagonis. Sang tokoh orang pertama AKUpun lebih banyak sebagai penyimak obrolan para kakek di warung kopi. Peran lebihnya sebagai penyambung cerita pertemuan para kakek dengan neneknya. Sang tokoh orang pertama AKU identitasnya begitu terbuka pada bagian akhir novel ini. Ia putus dari sekolah bukan lantaran kemiskinan atau keterbatasan intelektual  mengikuti mata pelajaran, bukan, tapi persoalan lain yang dalam dunia pergerakan disebut idealis. Tersesatlah ia pada situasi horror dalam gudang sekolah yang secara misterius bertemu dengan yang sebenarnya bukan seorang tukang kebun dan perempuan cantik penjaga perpustakaan.

AH J Khuzaini dalam novel gerak-geriknya memilih tidak setiap karya sastra itu harus imaji indrawi sebagaimana yang diunggkap Renne Wellek dan Austin Warrren dalam bukunya The Theory of Literature yang diindonesiakan oleh Melani Budianta.

“Banyak karya sastra tidak membagkitkan imaji indrawi, kalaupun ada imaji itu muncul secara kebetulan dan kadang-kadang. Bahkan dalam menampilkan tokoh, seorang pengarang tidak selalu perlu memakai citra klasik. Tokoh-tokoh yang diciptakan pengarang Rusia, Dotoevsky, dan vovelis besar inggris, Henry James misalnya, sukar dibayangkan sosok fisiknya, tetapi kita mengenal segala sesuatu tentang pikiran, motivasi, penilaian dan keinginan-keinginan mereka. Juga penulis membuat suatu gambaran umum yang skematis yang dibangun atas satu kecendrungan fisik tertentu. hal ini sering dilakukan oleh Tolstoy pengarang Rusia dan Thomas Mann pengarang Jerman (2016:19).

Sebagaimana catatan di atas, kebanyakan pengarang bertipologi tersebut menganggap terlalu banyaknya ilustrasi menjelaskan karakteristik tokoh-tokoh justru sangat mengganggu. Pengarang cukup memberikan gambaran umum dan tidak diceritakan secara detail.

Novel ini dibuka dengan perjalanan panjang dengan naik kereta api menuju arah barat dengan diceritakan tokoh gadis yang duduk di bangku depanya, namun sayang, hanyalah satu senyum lalu gadis tersebut mengilang bersama tidurnya. Andai tokoh itu hadir dalam novel popular ia akan menjadi tokoh utama yang dijelaskan secara detail fisik dan sifatnya, ia akan hadir dari bagian satu ke bagian yang lain, bahkan mungkin sekali menjadi pengakhir dari cerita. Namun tidak, sebab penulis memilih jalan lain.

Sebagaimana tokoh-tokoh Gerak Gerik Pak Setu, Duki, Tirto, Endang, Panca,  nenek dari AKU adalah tokoh-tokoh yang mempertebal halaman novel ini dengan dialog-dialognya yang nyocos layaknya para mantan aktifis yang mengalami power syndrome sedang diskusi di warung kopi. Secara fisik tidak diceritakan secara detail, hanyalah gambaran umum usianya yang tua dengan pilihan diksi kakek dan nenek yang pernah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Dianalisa dari dialog-dilaog yang diungkapkan bertubi-tubi itu akhirnya pembaca akan bisa mengenal tentang pikiran, motivasi dan keinginan-keinginan tokoh-tokoh dalam novel tersebut, pikiran dan keinginan tentang perubahan, restorasi, rekonsiliasi terkait persoalan-persoalan kaderisasi dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Walau ada pandangan yang meragukan kandungan filsafat pada karya sastra sebagaimana yang pernah diungkapkan Goerge Boas dalam ceramahnya. Namun secara umum ada berbagai cara untuk menjabarkan hubungan sastra dan pemikiran. Sastra sering dilihat sebagai suatu bentu filsafat atau sebagai bentuk pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Dalam perkembangannya banyak karya-karya sastra yang seringkali dihubungkan dengan kajian filsafat, terutama yang ada kaitannya dengan Eksistensialime. Diantaranya Leo Tolstoy, Albert Camus dengan Caligulanya, Samuel Becket dengan menunggu Godotnya.

Sebagaimana setiap dalam membuka bagian-bagian cerita, AH J Khuzaeni selalu menghadirkan filosofi kalimat dari beberapa filsuf. Diantaranya adalah Dengan humor kita dapat sejenak melupakan kesulitan hidup Gus Dur. Keadilan yang terlalu mendalam dapat membuat seseorang menjadi gila Aokiji. Dulu aku ada di sini, dan kata-kata ini telah membimbingku sampai akhir Gol D. Roger.

Nampaklah kesadaran penulis bahwa novel Gerak Gerik ini berusaha menggandeng perkembangan pemikiran filsuf. Ada jalan lain dalam sebuah novel selain menghibur, ia menawarkan pemikiran-pemikiran yang kontemplatif yang sesungguhnya lebih asyik didiskusikan sebagaimana pada peristiwa yang terjadi pada sebuah novel, pada sebuah cangkrukan warung kopi.

Pada simpulan akhir, AH J Khuzaeni dengan novel pertama Gerak-Geriknya ini ingin menyampaikan pemikiran-pemikiran yang seringkali tereksplorasi dalam dunia pergerakan, bahwa sesungguhnya aktifis itu adalah kaum akademik, layaknya para filsuf Yunani yang seringkali bertemu pada sebua taman acadomus, mendiskusikan pemikiran-pemikiran yang akhirnya menjadi teori baru tentang hakekat manusia dan kesemestaan alam. Gerak Gerik menghadirkan ruang diskusi pemikiran warung kopi yang sering diabaikan para akademisi. Diakui atau tidak, dari sanahlah dunia pemikiran, pergerakan dan kekaryaan seringkali hadir. AH J Khuzaeni telah merefleksikannya dalam novel pertamanya.

Selamat mendiskusikannya.

UNS Solo, 26 Oktober 2018
*) Untuk didiskusikan di Aula kampus STITAF, tanggal 27 Oktober 2018, Jam 13.00 Wib sampai selesai.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae