Minggu, 07 Januari 2018

Sastrawan Penghamba Media Massa Bukanlah Cita-Cita **

Anjrah Lelono Broto *
kompasiana.com/anjrah_lelono_broto

Sebagai homo socius, manusia membutuhkan manusia lain guna membangun eksistensinya sebagai manusia itu sendiri. Komunikasi di antara sesama manusia menjadi elemen mendasar dalam menciptakan relasi dan eksistensi tersebut. Ketika sebuah puisi dan atau cerpen telah dimuat dalam rubrikasi sastra sebuah media massa, dengan sendirinya puisi dan atau cerpen maupun pengarangnya tersebut mendulang apresiasi publik hingga bermuara pada identitas “karya sastra” dan “sastrawan”. Di sinilah, komunikasi antara sastrawan dan penikmat karyanya terjalin dengan media massa sebagai kanal penyambungnya.

Namun, ketidakabadian yang menjadi karakter keduniawian juga menjalar-menjangkiti komunikasi di atas. Sastrawan memiliki pergulatan proses kreatif yang kompleks, publik penikmat karyanya terseok-seok berpacu dengan derasnya arus informasi berikut progresivitas teknologi penyajiannya, sedangkan media massa sendiri setia dengan belitan naluri dasarnya pada keuntungan sebagai sebuah tujuan. Ketika masing-masing pihak tidak mencoba menawarkan langkah untuk mengurainya, maka proses komunikasi terbentur pada tembok kebuntuan. Sastrawan kehilangan eksistensinya sebagai komunikator, publik penikmat karya sastra dengan sukarela menanggalkan jubah komunikannya, dan media massa tercerabut dari karakter dasarnya sebagai media penyampaian pesan (dalam konteks ini, karya sastra).
***

Karya sastra sendiri tidak hanya seke­dar estetika teks, namun juga sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek lain di luar teks karya sastra tersebut. Penguasaan bahasa meniadi tantangan pertama sastrawan dalam pergulatan proses kreatifnya. Sementara, bahasa juga tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari dinamika peradaban masyarakat yang menggeliat terkait dengan politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan besar kemungkinan pertahanan dan keamanan.

Belum lagi masalah kelindan politik bahasa yang saling mengunggulkan diri masing-masing. Pada etape ini, struktur dan gramatika bahasa Indonesia sendiri dihadapkan pada buah Simalakama. Teknik narasi yang ada dalam karya sastra berbahasa Indonesia masih menampakkan pola pikir dan pola tutur kedaerahan sastrawannya. Ketika seorang Sena Gumira Ajidarma menulis cerpen bersetting tanah Papua ataupun cerbung bersetting Tiongkok masa lalu, masihlah dirinya hadir sebagai pribadi yang dibesarkan oleh pergaulan metropolitan.

Besar kemungkinan tanpa berupaya menciptakan kegaduhan maka hal seperti yang terjadi pada Sena G.A. di atas dapat disebut sebagai stilistika pengarang dan merupakan licentia poetica-nya. Namun, sadar atau tidak, sebenarnya para sastrawan tidak sedang berupaya melepaskan diri problematika struktur dan gramatika bahasa.

Bagi sastrawan berbahasa daerah, pergulatan yang dihadapinya lebih pelik lagi. Dari waktu ke waktu, berkurangnya penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari memperkeruh realitas bahwa bahasa daerah selama ini mayoritas hanya digunakan dalam komunikasi lisan. Sehingga sastra berbahasa daerah yang disampaikan secara lisan lebih menjadi primadona ketimbang sastra berbahasa daerah yang disampaikan dalam bahasa tulis. Di Jawa Timur, suluk, parikan, maupun kidungan yang merupakan karya sastra yang disampaikan dalam bentuk bahasa lisan lebih populer daripada geguritan dan crikak yang menggunakan bahasa tulis.
***

Di satu sisi, ketika sastrawan terjerembab lubang pengendapan tanpa ujung karena karya-karyanya tidak mendapatkan ruang pemuatan di media massa, mayoritas dari mereka melampiaskannya dengan membangun adagium bahwa profit oriented yang menjadi sumbu utama industrilitas media massa adalah biang keladinya. Adagium ini dikembangbiakkan dengan asumsi bahwa pemuatan karya sastra pada rubrik sastra media massa hanyalah sebagai salah satu materi pendongkrak keuntungan. Apakah keuntungan tersebut berupa oplah, imej, atau relasi, bergantung pada target pasar yang ingin dibidik masing-masing media massa.

Perkembangbiakan ini memiliki turunan berupa pandangan bahwa redaktur sastra adalah tuhan pemilik ketidakterbatasan kekuatan untuk memilih karya sastra mana yang pantas untuk dimuat dengan selaksa misteri yang tidak terjawab. Turunan ini diasuh dan dibesarkan oleh pihak-pihak yang membuka lapak dagangan kiat dan trik menembus media massa. Padahal, redaktur sastra juga manusia, apabila karya para sastrawan tersebut dalam skema tuan-puan redaktur sastra memiliki pasar penikmat maka ketermuatannya adalah sebuah keniscayaan.

Pun begitu, adagium ini ada benarnya, mengingat perkembangan media massa hari ini berjalan dalam koridor konglomerasi yang ditandai dengan turunnya kuantitas pemimpin media massa. Di masa orde baru, jikalau Presiden Soeharto memanggil seluruh pemimpin media massa di tanah air, besar kemungkinan halaman Istana Negara akan sesak. Tapi hari ini, jikalau Presiden SBY melakukan hal serupa maka cukup diwakili dengan kurang dari sepuluh orang. Dalam peta konsep pemikiran konglomerasi, minimnya kuantitas publik sastra menjadi pijakan untuk menempatkan rubrikasi sastra sebagai anak tiri (“emban cindhe, emban siladan”, Jawa). Sementara, media massa memberikan ruang berlimpah pada pemberitaan ekonomi, olahraga, politik, bahkan kriminalitas.

Tentu, adalah mimpi semua pelaku, pemerhati, maupun pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan dunia sastra agar kuantitas publik sastra dapat meningkat secara signifikan. Kita semua perlu untuk melakukan analisis berimbang tanpa memelihara keluh, menuduh, tanpa melakukan introspeksi secara utuh. Seni sebagai tiruan realitas sebagaimana yang diimani kawan-kawan Aristotelian sebenarnya telah mengingatkan senantiasa bahwa janganlah sastrawan melahirkan karya-karya yang jauh dari kediriannya dan calon publik penikmat karya sastranya. Dalam upayanya, membuka ruang baca tanpa terburu-buru membuat penjustifikasian adalah mutlak. Proses kreatif kesastraan merupakan proses yang terbuka terhadap semua input dengan tetap mengenali potensi yang ada.

Sastrawan penghamba media massa bukanlah cita-cita. Namun sastrawan yang kurang memberikan ruang baca pada visi dan isi media massa adalah orang gila yang beronani dengan imajinasinya sendiri. Padahal manusia adalah homo socius sebagaimana di awal tulisan ini, jika diri kita ingin dihargai oleh manusia lain maka hargailah manusia lain tersebut berikut motif, lakuan, maupun relasinya. Jika tidak, maka derajad kemanusiaan kita sedang berada pada titik nadir.
***

*) Anjrah Lelono Broto, lahir di Jombang Jawa Timur pada 03 Juli 1979. Alumnus Jurusan Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang ini aktif esai, cerpen, serta puisi di sejumlah media masa (baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa Jawa), seperti SURYA, Surabaya Pagi, Harian Umum Pelita, Banjarmasin Post, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Wawasan, Harian Bhirawa, Radar Mojokerto, Jaya Baya, Panjebar Semangat, dll. Manajer artistik di Teater Kopi Hitam Indonesia ini juga pernah menjadi redaktur Jurnal Kebudayaan JOMBANGANA, terbitan Dewan Kesenian Kabupaten Jombang (DeKaJo) dan menjadi pengasuh acara Talkshow Belajar Sastra di Radio Suara Pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang dan bergiat di Kedai Sastra Gubsur hingga kini. Beberapa karyanya adalah Esem Ligan Randha Jombang (antologi geguritan, 2010), Orasi Jenderal Markus (naskah monolog, 2011), Pasewakan (antologi geguritan, 2012), dan Meletakkan Cinta Pada Hati (antologi puisi, 2013).  dapat dihubungi di anantaanandswami@gmail.com, http://www.facebook.com/anjrahlelonobroto, dan http://www.twitter.com/anjrah_4sasgur.

**) MAKALAH  — Disampaikan dalam Diskusi Dwi Bulanan “SASTRA DAN MEDIA MASSA” Kerjasama Harian Radar Jombang (JP Group) dan Kuburan Institute. Halaman Kantor Harian Radar Jombang Jl. Laksda Adi Sucipto 19 Sambong Jombang – 08 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae