Selasa, 12 September 2017

Imajinasi Kematian Para Penyair

Ahmad Naufel *
http://www.riaupos.co

Kematian adalah peristiwa kelahiran kembali jiwa menuju muara keabadiannya. Karena itu, ia mengandung mozaik ketakterhinggan di mana nalar tidak akan bisa menjangkaunya. Sebab, kematian ada lah muara dari segala gemuruh yang tertampung dalam hidup ini. Ada-menuju-Kematian (Sein-zum-Tode) demikian kata filsuf-metafisikus Jerman, Martin Heidegger.

Kematian menjadi jarak pemi sah antara rasa yang dialami ja sad dan rasa yang akan dialami ruh. Ia adalah momen transisi atau rentang peristiwa tentang keterputusan yang menyimpan misteri. Kematian sebagai misteri sulit diungkap karena pengalaman manusia tidak akan pernah menembusnya.

Hanya saja imajinasi manusia tentang kematian tidak pernah berhenti, tetap berhembus dari zaman ke zaman. Penglihatan secara fisik tentu akan menimbulkan rasa getir, gemetar dan takut hingga termanifestasikan dalam bentuk spiritualitas. Muncullah agama untuk menawarkan ketenangan bagi manusia yang akan menuju lorong eskatologis itu.

Penyair Pakistan, Muhammad Iqbal mengafirmasinya dengan larik sajaknya: Kukatakan padamu tanda seorang mukmin/ Bila maut datang, akan merekah senyum di bibir/ Meninggal dalam suasana tenang/ Dengan senyum mengembang di bibir. Agama di sini dikonstruksikan oleh Iqbal sebagai oase yang menyejukkan, yang akan meng antarkan manusia ke depan ambang kebahagiaan abadi. Seolah-olah mereka yang mati dengan bibir tersenyum telah paripurna dengan ilusi duniawi. Dan jiwa kembali ke peraduan keabadiannya dengan tenang.

Eksistensi manusia memberi suntikan kuat bagi timbulnya imajinasi tentang kematian. Tetapi imajinasi itu tidak akan sampai pada hakikat yang dikehendakinya, yaitu, menyingkap tabir misteri kematian secara gamblang tanpa tedeng aling-aling. Labirin masa depan yang misterius itu meskipun tanpa dikehendaki tetap akan datang dan tak ada yang bisa membendungnya. Kecongkakan Ramses II untuk hidup selama-lama nya dan menjadi abadi pada akhirnya tertelan oleh misteri kematian. Karena dia tidak sadar bahwa menjadi abadi harus mati terlebih dahulu.

Lonceng kematian yang datang secara tiba-tiba telah mengilhami Subagyo Sastrowardoyo melahirkan larik: Dan kematian makin akrab. Membaca larik sajak Subagyo, kita ditarik untuk terus me nyadari bahwa hari-hari yang dilalui manusia adalah pergulatan dengan kematian.

Namun, kematian tidak melulu identik dengan kemencekaman. Kematian tetaplah suatu peristiwa yang selalu mengundang reaksi dan pemberian makna. Lepasnya jiwa dari jasad semata-mata adalah momen menuju kelahiran kehidupan baru yang tidak lagi inheren dengan perangkap du niawi. Dalam Puisi Kematian Rabindranath Tagore (2015), Raka Santeri menyebut bahwa bagi Rabindranath Tagore, penyair Asia peraih Nobel sastra 1913, jiwa bukanlah sesuatu yang abs trak, tetapi kongkret, layaknya wujud seorang ibu. Sedangkan kematian adalah pelukannya untuk memberi kelahiran baru.

Lain halnya dengan pengamatan saintifik-medis yang akan menjustifikasi bahwa kamatian tidak akan pernah dirasakan tanpa diala mi karena hanya dilihat dari sisi fisik dan bilogisnya. Sedangkan yang mengalami, telah terkubur dan tidak akan bangkit untuk menceritakan peristiwa yang dialaminya.

Tanpa melalui penghayatan dan lompatan imajinasi, kematian akan menjelma sesuatu yang mengerikan. Berbeda bagi sejumlah penyair yang menghidangkannya dengan narasi yang seolah-olah telah dan akan dialaminya dengan suasana estetis walaupun tetap dalam balutan misteri. Nuansa estetis kematian kian menemukan pijakannya lewat larik sajak Aslan Abidin: Tak ada yang mencintaimu setulus kematian. Aslan berhasil menghempas suasana getir dengan menawarkan romantika yang berjejak dalam setiap dimensi tentang kematian.

Chairil Anwar dalam Yang Terhempas dan Putus (1949) menulis: Di Karet di Karet (daerahku y. a. d) sampai juga deru dingin. Karet memang jadi tempat Chairil dimakamkan. Baginya kematian bukanlah suatu ancaman dan tidak perlu takut menghadapinya. Kesadaran Chairil akan kepastian datangnya kematiaan menjadi alasan bahwa hidup harus dihayati seda lam-dalamnya. Agar dapat merasakan manisnya intisari hidup ini.

Sajak Chairil tersebut mengi ngatkan juga pada sajak Kriapur Kupahat Mayatku di Air (1981): kupahat mayatku di air/ namaku mengalir/ pada batu dasar kali kuberi wajahku/ pucat dan beku. Sajak ini menjelma semacam deja vu, yang pada ahirnya kecelakaan merenggut nyawa Kriapur dan menenggelamkannya ke dasar kali bagaikan bait-bait sajaknya yang pucat-pasi.

Di dalam genggaman para penyair, kematian menjelma sebagai peristiwa yang tidak harus ditakuti. Kematian adalah pemantik spirit agar dinamika hidup ini harus diisi dengan nuansa yang bermakna. Tetapi, ketumpulan imajinasi dan pudarnya penghayatan akan menenggelamkan seseorang dalam lautan kengerian saat berbicara tentang ihwal kematian. Agama mampu menjadi wahana yang meneduhkan bagi orang yang penghayatannya benar-benar mendalam. Jika tidak, kita hanya menjalani ritual dalam kehampaan.

Ketidakmungkinan untuk menegasi kematian membuat kita harus mengafirmasinya. Tetapi afirmasi yang dilakukan juga tidak disandarkan pada kehendak individualisme destruktif demi kepentingan dirinya sendiri, seperti yang dilakukan individu atau perusahaan yang membakar hutan yang menyebabkan masyarakat terpapar asap di Sumatera dan Kalimantan. Nyawa tidak bisa ditukar dengan segala ihwal kebendaan. Bagi korban asap atau bahkan Wiji Thukul kematian adalah kebenaran.

Jika hidup telah berhasil dimaknai dengan mengaksentusi kebenaran, maka mati adalah pembuktian bahwa kebenaran tidak akan pernah terkalahkan. Dan dengan mati, mereka (para pembela kebenaran) menjadi abadi. Sehingga diksi “mukmin” dalam sajak Muhammad Iqbal di atas bukan sekadar bagi orang Islam belaka, tetapi bagi semua umat manusia yang menjunjung tinggi kebenaran.

Ahirnya dengan lantang Tan Malaka bergelegar “Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi”. Kematian menjadi bukti bahwa kebenaran akan tetap berdengung melintasi masa demi masa.***

*) Ahmad Naufel, Pengelola Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta
http://www.riaupos.co/2784-spesial-imajinasi-kematian-para-penyair.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae