Jumat, 11 Maret 2011

Udo Z. Karzi; Pembuka Ruang Gelap!

N Teguh Prasetyo
http://www.lampungpost.com/

Terbukanya sebuah ruang yang selama ini gelap dan tertutup tak terjamah merupakan satu pesan yang amat sangat terasa saat dilakukannya peluncuran buku Mak Dawah Mak Dibingi karya Udo Z. Karzi yang dibarengi diskusi tentang bahasa Lampung yang digelar Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL) di Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Senin (3-3) yang lalu.

Mengapa pesan tersebut amat terasa? Tentu saja, pertama, disebabkan selama ini bahasa Lampung dapat diibaratkan bagai katak dalam tempurung. Sebab, sebagai bahasa daerah, bahasa Lampung amat sangat terbatas penggunaannya. Bahkan masyarakat asli Lampung sendiri sepertinya sangat enggan menggunakan bahasa itu dalam melakukan komunikasi kesehariannya.

Ini terlihat pada masyarakat Lampung yang tinggal di daerah perkotaan. Selama ini, mereka hanya menggunakan bahasa Lampung pada kalangannya sendiri. Misalnya, pada anggota keluarga ataupun pada saat ada pertemuan atau acara perkumpulan masyarakat Lampung. Sedangkan pada kegiatan lain, terutama yang digelar di ranah publik, bahasa Lampung ditinggalkan oleh pemiliknya. Entah dikarenakan adanya perasaan malu menggunakan bahasa Lampung atau dikarenakan sebab lainnya. Sehingga akhirnya perkembangan bahasa Lampung sangat terbatas atau malahan bisa dikatakan tidak berkembang dan mengalami kemunduran.

Dampaknya yang amat terasa adalah sangat minimnya masyarakat pendatang, yang menjadi mayoritas penduduk Lampung, yang bisa mengerti dan bisa menggunakan bahasa Lampung dalam kesehariannya. Padahal di daerah lain, setiap pendatang secara otomatis akan mempelajari bahasa daerah tempat tinggalnya yang baru. Sehingga akhirnya, bahasa daerah akan tetap terjaga dan lestari, karena selalu digunakan dalam bahasa kesehariannya.

Walaupun alasan adanya keengganan masyarakat pendatang untuk mempelajari bahasa Lampung, bisa menjadi alasan lainnya yang melatarbelakangi. Karena kemungkinan masyarakat pendatang merasa bahwa mereka tidak memperoleh kemanfaatan dengan mempelajari bahasa Lampung. Misalnya saja dari motif ekonomi yang termudah, bila mempelajari bahasa Lampung, akan mendapatkan harga murah di pasar karena mayoritas pedagang menggunakan bahasa Lampung dalam bertransaksi.

Ataupun faktor keselamatan, ketika misalnya dengan menggunakan bahasa Lampung, akan selamat saat berada di terminal ataupun tempat lainnya. Sehingga ada alasan atau motif lain yang melatarbelakangi seseorang mempelajari bahasa Lampung. Itu juga yang dikemukakan Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL) Syaiful Irba Tanpaka pada diskusi tersebut.

Sehingga akhirnya, bahasa Lampung tidak menarik untuk dipelajari para pendatang. Tidak salah bila kemudian anak-anak dan remaja di Lampung lebih tertarik mempelajari bahasa Inggris.

Sedangkan penggiat seni tradisi Lampung, Sutan Purnama, mengemukakan bahwa yang bisa jadi menyebabkan bahasa Lampung berada dalam tempurung adalah dikarenakan adanya perbedaan dialek antarmasyarakat Lampung sendiri. Ada Pesisir, Abung, Menggala, Pubian, dan lainnya yang dari pengucapan hingga penulisannya berbeda. Ini yang menurut Sutan menjadi salah satu penyebab bahasa Lampung tidak berkembang.

Namun, ketika peluncuran buku Mak Dawah Mak Dibingi karya Udo Z. Karzi tersebut, ada suatu yang terkuak. Tiba-tiba semuanya mencoba berkomunikasi menggunakan bahasa Lampung, lewat puisi-puisi yang terdapat dalam buku tersebut. Para penyair, guru, birokrat, semuanya mencoba melafalkan puisi Udo yang kesemuanya menggunakan bahasa Lampung. Sehingga ada sebuah ruang yang kini mulai terbuka.

Dan selain itu juga, alasan kedua bahasa Lampung sudah membuka ruang yang lebih luas lagi, yakni mencoba menjamah dunia nasional dengan munculnya buku puisi berbahasa Lampung karya Udo Z. Karzi tersebut. Sehingga ini semakin membuka ruang bagi masyarakat luas untuk bisa mengapresiasi dan mempelajari bahasa Lampung. Tidak hanya mereka yang tinggal di Lampung saja, tapi siapa saja.

Apalagi buku yang diterbitkan Penerbit Matakata dan BE Press Bandar Lampung tahun 2007 ini berhasil memenangkan penghargaan budaya Rancage tahun 2008. Tentu saja ini menjadi sebuah prestise yang sangat membanggakan dan patut mendapat apresiasi seluruh masyarakat Lampung. Sebab, Yayasan Kebudayaan Rancage pimpinan sastrawan Ajip Rosidi ini biasanya memberikan penghargaan pada karya sastra yang berasal dari Sunda, Jawa, dan Bali saja.

Irfan Anshori, salah seorang Dewan Juri Rancage Award 2008, yang juga Ketua Pusat Studi Kebudayaan Sunda, mengemukakan, “Ini pertama sekali Rancage Award diberikan untuk karya sastra berbahasa daerah dari luar Pulau Jawa. Sudah sepuluh kali Rancage Award diberikan kepada karya sastra berbahasa daerah, baru kali ini penghargaan itu diberikan kepada sastra berbahasa Lampung.”

Dia mengatakan ada dua buku berbahasa Lampung yang ditulis Udo Z. Karzi dan diikutsertakan dalam penilaian Rancage Award. Tapi, penghargaan yang diberikan setiap tahun untuk karya sastra berbahasa daerah itu akhirnya jatuh ke Mak Dawah Mak Dibingi. “Kami berharap hadiah ini menjadi pemicu bagi pelestarian bahasa Lampung di lingkungan masyarakatnya. Semoga menjadi pemicu penerbitan buku-buku sastra berbahasa Lampung,” kata Irfan.

Menurut dia, Yayasan Kebudayaan Rancage pimpinan sastrawan Ajip Rosidi sudah sejak lama mengamati perkembangan karya sastra berbahasa daerah yang ada di luar Pulau Jawa. Tapi, ternyata perkembangan karya sastra berbahasa Lampung lebih semarak dibandingkan daerah lainnya. “Begitu kami menemukan buku berbahasa daerah Lampung, kami menghubungi penerbitnya. Mereka respek dan mengirimkan buku Udo Z. Karzi serta menyanggupi akan menerbitkan buku berbahasa Lampung secara kontinu.” Sementara Direktur Yayasan Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL) Budi Hutasuhut yang menerbitkan buku Mak Dawah Mak Dibingi mengemukakan pihaknya akan mencoba terus menerbitkan buku sejenis terutama yang menggunakan bahasa Lampung. “Buku itu diterbitkan dalam rangka memopulerkan penggunaan bahasa Lampung di lingkungan masyarakat. Kami berharap pemerintah daerah bisa menjadikan buku ini sebagai bahan ajar untuk mata pelajaran muatan lokal.”

Budi mengatakan Yayasan SKL yang mengelola Penerbit MataKata sudah mempersiapkan beberapa naskah buku berbahasa Lampung untuk diterbitkan sebagai buku. “Kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan mengharapkan Rancage Award, tetapi sudah bagian dari program pelestarian nilai budaya lokal yang digalakkan Yayasan SKL sejak 2004,” kata dia.

Buku-buku yang akan diterbitkan itu berupa, kumpulan sastra lisan dari lingkungan masyarakat Saibatin di kawasan Semong, Wonosobo, Tanggamus. Selain itu, buku-buku sejarah kebudayaan Lampung hasil penelitian Yayasan SKL bersama beberapa lembaga nirlaba dalam dan luar negeri. “Kami sudah mempersiapkan buku sejarah Penyuimbang dalam bahasa Indonesia yang dapat menjelaskan posisi ke-penyuimbang-an selaku penganut trah kebangsawanan dalam antropologi masyarakat Lampung,” kata dia.

Dan bila akhirnya keinginan tersebut bisa terealisasikan, bisa dipastikan akan mulai banyak bermunculan buku-buku yang dikeluarkan menggunakan bahasa Lampung. Ini berarti bahasa Lampung akan semakin dikenal tidak hanya di daerahnya sendiri tapi juga menasional. Apalagi bila kemudian semakin banyak penerbit yang juga mulai turut menerbitkan karya-karya sastra berbahasa Lampung lainnya.

Sehingga ungkapan yang dikemukakan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Agus Sri Danardana, berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa bahasa Lampung akan punah pada kurun waktu 70 tahun yang akan datang, tidak akan terjadi. Terlebih lagi, menurut dia, sampai saat ini bahasa Lampung termasuk 13 bahasa daerah atau bahasa ibu yang jumlah penuturnya masih banyak di Indonesia di antaranya bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minang, Bali, dan bahasa daerah lainnya yang memiliki jumlah penduduk pribumi lebih dari 1,5 juta jiwa. “Tapi bila bahasa Lampung tidak dipelihara, prediksi tersebut akan benar-benar terjadi.”

Dan Udo Z. Karzi yang merupakan pelopor lahirnya sastra Lampung modern sehingga diganjar hadiah sastra Rancage tahun 2008 diharapkan mampu merangsang para sastrawan Lampung lain menulis karya-karya sastra dalam bahasa ibunya: Lampung. Sehingga Lampung yang merupakan negerinya penyair ini, tidak hanya menyemarakan khazanah dunia sastra nasional dengan karya sastra modernnya, tapi juga kesusastraan tradisi dengan menggunakan bahasa Lampung. Semoga ruang gelap yang selama ini menyelimuti bahasa Lampung, bisa semakin terbuka dan terkuak.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae