N Teguh Prasetyo
http://www.lampungpost.com/
Terbukanya sebuah ruang yang selama ini gelap dan tertutup tak terjamah merupakan satu pesan yang amat sangat terasa saat dilakukannya peluncuran buku Mak Dawah Mak Dibingi karya Udo Z. Karzi yang dibarengi diskusi tentang bahasa Lampung yang digelar Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL) di Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Senin (3-3) yang lalu.
Mengapa pesan tersebut amat terasa? Tentu saja, pertama, disebabkan selama ini bahasa Lampung dapat diibaratkan bagai katak dalam tempurung. Sebab, sebagai bahasa daerah, bahasa Lampung amat sangat terbatas penggunaannya. Bahkan masyarakat asli Lampung sendiri sepertinya sangat enggan menggunakan bahasa itu dalam melakukan komunikasi kesehariannya.
Ini terlihat pada masyarakat Lampung yang tinggal di daerah perkotaan. Selama ini, mereka hanya menggunakan bahasa Lampung pada kalangannya sendiri. Misalnya, pada anggota keluarga ataupun pada saat ada pertemuan atau acara perkumpulan masyarakat Lampung. Sedangkan pada kegiatan lain, terutama yang digelar di ranah publik, bahasa Lampung ditinggalkan oleh pemiliknya. Entah dikarenakan adanya perasaan malu menggunakan bahasa Lampung atau dikarenakan sebab lainnya. Sehingga akhirnya perkembangan bahasa Lampung sangat terbatas atau malahan bisa dikatakan tidak berkembang dan mengalami kemunduran.
Dampaknya yang amat terasa adalah sangat minimnya masyarakat pendatang, yang menjadi mayoritas penduduk Lampung, yang bisa mengerti dan bisa menggunakan bahasa Lampung dalam kesehariannya. Padahal di daerah lain, setiap pendatang secara otomatis akan mempelajari bahasa daerah tempat tinggalnya yang baru. Sehingga akhirnya, bahasa daerah akan tetap terjaga dan lestari, karena selalu digunakan dalam bahasa kesehariannya.
Walaupun alasan adanya keengganan masyarakat pendatang untuk mempelajari bahasa Lampung, bisa menjadi alasan lainnya yang melatarbelakangi. Karena kemungkinan masyarakat pendatang merasa bahwa mereka tidak memperoleh kemanfaatan dengan mempelajari bahasa Lampung. Misalnya saja dari motif ekonomi yang termudah, bila mempelajari bahasa Lampung, akan mendapatkan harga murah di pasar karena mayoritas pedagang menggunakan bahasa Lampung dalam bertransaksi.
Ataupun faktor keselamatan, ketika misalnya dengan menggunakan bahasa Lampung, akan selamat saat berada di terminal ataupun tempat lainnya. Sehingga ada alasan atau motif lain yang melatarbelakangi seseorang mempelajari bahasa Lampung. Itu juga yang dikemukakan Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL) Syaiful Irba Tanpaka pada diskusi tersebut.
Sehingga akhirnya, bahasa Lampung tidak menarik untuk dipelajari para pendatang. Tidak salah bila kemudian anak-anak dan remaja di Lampung lebih tertarik mempelajari bahasa Inggris.
Sedangkan penggiat seni tradisi Lampung, Sutan Purnama, mengemukakan bahwa yang bisa jadi menyebabkan bahasa Lampung berada dalam tempurung adalah dikarenakan adanya perbedaan dialek antarmasyarakat Lampung sendiri. Ada Pesisir, Abung, Menggala, Pubian, dan lainnya yang dari pengucapan hingga penulisannya berbeda. Ini yang menurut Sutan menjadi salah satu penyebab bahasa Lampung tidak berkembang.
Namun, ketika peluncuran buku Mak Dawah Mak Dibingi karya Udo Z. Karzi tersebut, ada suatu yang terkuak. Tiba-tiba semuanya mencoba berkomunikasi menggunakan bahasa Lampung, lewat puisi-puisi yang terdapat dalam buku tersebut. Para penyair, guru, birokrat, semuanya mencoba melafalkan puisi Udo yang kesemuanya menggunakan bahasa Lampung. Sehingga ada sebuah ruang yang kini mulai terbuka.
Dan selain itu juga, alasan kedua bahasa Lampung sudah membuka ruang yang lebih luas lagi, yakni mencoba menjamah dunia nasional dengan munculnya buku puisi berbahasa Lampung karya Udo Z. Karzi tersebut. Sehingga ini semakin membuka ruang bagi masyarakat luas untuk bisa mengapresiasi dan mempelajari bahasa Lampung. Tidak hanya mereka yang tinggal di Lampung saja, tapi siapa saja.
Apalagi buku yang diterbitkan Penerbit Matakata dan BE Press Bandar Lampung tahun 2007 ini berhasil memenangkan penghargaan budaya Rancage tahun 2008. Tentu saja ini menjadi sebuah prestise yang sangat membanggakan dan patut mendapat apresiasi seluruh masyarakat Lampung. Sebab, Yayasan Kebudayaan Rancage pimpinan sastrawan Ajip Rosidi ini biasanya memberikan penghargaan pada karya sastra yang berasal dari Sunda, Jawa, dan Bali saja.
Irfan Anshori, salah seorang Dewan Juri Rancage Award 2008, yang juga Ketua Pusat Studi Kebudayaan Sunda, mengemukakan, “Ini pertama sekali Rancage Award diberikan untuk karya sastra berbahasa daerah dari luar Pulau Jawa. Sudah sepuluh kali Rancage Award diberikan kepada karya sastra berbahasa daerah, baru kali ini penghargaan itu diberikan kepada sastra berbahasa Lampung.”
Dia mengatakan ada dua buku berbahasa Lampung yang ditulis Udo Z. Karzi dan diikutsertakan dalam penilaian Rancage Award. Tapi, penghargaan yang diberikan setiap tahun untuk karya sastra berbahasa daerah itu akhirnya jatuh ke Mak Dawah Mak Dibingi. “Kami berharap hadiah ini menjadi pemicu bagi pelestarian bahasa Lampung di lingkungan masyarakatnya. Semoga menjadi pemicu penerbitan buku-buku sastra berbahasa Lampung,” kata Irfan.
Menurut dia, Yayasan Kebudayaan Rancage pimpinan sastrawan Ajip Rosidi sudah sejak lama mengamati perkembangan karya sastra berbahasa daerah yang ada di luar Pulau Jawa. Tapi, ternyata perkembangan karya sastra berbahasa Lampung lebih semarak dibandingkan daerah lainnya. “Begitu kami menemukan buku berbahasa daerah Lampung, kami menghubungi penerbitnya. Mereka respek dan mengirimkan buku Udo Z. Karzi serta menyanggupi akan menerbitkan buku berbahasa Lampung secara kontinu.” Sementara Direktur Yayasan Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL) Budi Hutasuhut yang menerbitkan buku Mak Dawah Mak Dibingi mengemukakan pihaknya akan mencoba terus menerbitkan buku sejenis terutama yang menggunakan bahasa Lampung. “Buku itu diterbitkan dalam rangka memopulerkan penggunaan bahasa Lampung di lingkungan masyarakat. Kami berharap pemerintah daerah bisa menjadikan buku ini sebagai bahan ajar untuk mata pelajaran muatan lokal.”
Budi mengatakan Yayasan SKL yang mengelola Penerbit MataKata sudah mempersiapkan beberapa naskah buku berbahasa Lampung untuk diterbitkan sebagai buku. “Kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan mengharapkan Rancage Award, tetapi sudah bagian dari program pelestarian nilai budaya lokal yang digalakkan Yayasan SKL sejak 2004,” kata dia.
Buku-buku yang akan diterbitkan itu berupa, kumpulan sastra lisan dari lingkungan masyarakat Saibatin di kawasan Semong, Wonosobo, Tanggamus. Selain itu, buku-buku sejarah kebudayaan Lampung hasil penelitian Yayasan SKL bersama beberapa lembaga nirlaba dalam dan luar negeri. “Kami sudah mempersiapkan buku sejarah Penyuimbang dalam bahasa Indonesia yang dapat menjelaskan posisi ke-penyuimbang-an selaku penganut trah kebangsawanan dalam antropologi masyarakat Lampung,” kata dia.
Dan bila akhirnya keinginan tersebut bisa terealisasikan, bisa dipastikan akan mulai banyak bermunculan buku-buku yang dikeluarkan menggunakan bahasa Lampung. Ini berarti bahasa Lampung akan semakin dikenal tidak hanya di daerahnya sendiri tapi juga menasional. Apalagi bila kemudian semakin banyak penerbit yang juga mulai turut menerbitkan karya-karya sastra berbahasa Lampung lainnya.
Sehingga ungkapan yang dikemukakan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Agus Sri Danardana, berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa bahasa Lampung akan punah pada kurun waktu 70 tahun yang akan datang, tidak akan terjadi. Terlebih lagi, menurut dia, sampai saat ini bahasa Lampung termasuk 13 bahasa daerah atau bahasa ibu yang jumlah penuturnya masih banyak di Indonesia di antaranya bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minang, Bali, dan bahasa daerah lainnya yang memiliki jumlah penduduk pribumi lebih dari 1,5 juta jiwa. “Tapi bila bahasa Lampung tidak dipelihara, prediksi tersebut akan benar-benar terjadi.”
Dan Udo Z. Karzi yang merupakan pelopor lahirnya sastra Lampung modern sehingga diganjar hadiah sastra Rancage tahun 2008 diharapkan mampu merangsang para sastrawan Lampung lain menulis karya-karya sastra dalam bahasa ibunya: Lampung. Sehingga Lampung yang merupakan negerinya penyair ini, tidak hanya menyemarakan khazanah dunia sastra nasional dengan karya sastra modernnya, tapi juga kesusastraan tradisi dengan menggunakan bahasa Lampung. Semoga ruang gelap yang selama ini menyelimuti bahasa Lampung, bisa semakin terbuka dan terkuak.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar