Puisi-Puisi Ahmad Muchlish Amrin

http://ahmadmuchlishamrin.multiply.com/
SOLANG

-non torno vivo alcun, s’iodo il vero
senza tema d’infamia it rispondo--Dante

a/
siapa tahu, di lereng bukit rantani itu ada seribu gubuk menyalakan senja
diantara batubatu kecil sekeras rinduku dan pintupintu terbuka
bagi perempuanperempuan yang melongok ke luar jendela; menatap kering
setapak meliuk dan mekar kembang jagung bagai awanawan tipis digesek angin

(konon, perempuanperempuan itu tinggal di tirai bambu dan memakai sandal kayu
kini, memasang antena parabola dan rumah kaca)



b/
siapa tahu, di lereng bukit rantani itu kudengar suara dari dalam gua
memanggil anak rantau yang hilang dan perempuanperempuan kencing di atas lobang
dan burungburung turun ke lembah bertekukur di atas bunga solang
aku menumbang ilalang yang menusuk bulan

(memang, anak bulan bermimpi pulang ke bulan
anak matahari pulang ke matahari)



c/
siapa tahu, di lereng bukit rantani itu ada anakanak lempung lempang berjalan menuju puncak. gerak serak beranak pinak di gubuk; anak padi pada merunduk dan lenggak lenggok angin gili manuk. siapa tahu o siapa tahu! siapa tahu o siapa tahu! anakanak bermata berlian itu berdiri di atas tanah kelahirannya menjunjung langit pitam bagai malaikat bertangan sunyi

(lereng menjelang petang. dijambang kumandang
rindu ambang berselang gamang. lir sa’alir alir alirgung!)



d/
siapa tahu, di bukit rantani itu, terbit matahari
matahari yang punya bayangbayang lebih panjang dari batangbatang.

dan kau mendekati kakek yang sedang bertani, kakek yang ingin memanen harapan
“ah! tolol! goblok!” umpatmu setelah datang dari seberang
memanggul tas dan tumpukan buku di amben

pahit tembakau
pahit keringat tak dirantau



e/
bila anakanak menyusuri setapak meliuk dan tembus di jantungku
ia tengah meluruskan garis garusuk yang membesuk ke dada ibu

bila ia membasuh kakinya dan mencium jejak yang telah tiada
dan memagarinya dengan warna cinta, ia telah membangun surga rahasia

akulah anak solang yang mengibarkan bendera di tepi bukit
dan selaksa tamat seluruh riwayat

Madura-Yogyakarta, 2004/2006
Catatan :
1. Bukit Rantani adalah bukit yang dimitoskan terdiri dari dodol yang dipikul oleh Landaur (bangsa Jin). Bukit ini merupakan bukit kembar yang terkenal dengan bukit pekol, terletak di ujung timur Kabupaten Sumenep Madura
2. Solang daun tembakau setelah panen (Madura)
3. Paesan adalah nisan
4. Garusuk adalah daun tembakau yang kering



MUSIM
-catatan akhir tahun

musim apakah ini, kawan?
kulihat anak lakilaki
melukis matahari di tanah
dengan kelaminnya
dan anak perempuan
melihat penuh konsentrasi
ia menemui ibunya di rumah
menangis
karena tak bisa melukis
seperti teman lelakinya

tuhan, aku tak ingin
menemui hujan;
anak lakilaki dan perempuan
berteriak di tengah gerimis
menyulam jaring labalaba
pada gambar matahari
yang telah kusam
bahkan hilang
tuhan, kau tentu tahu
bagaimana cara mengabadikan
buah lukisan?

Yogyakarta/Rumah Lebah, 2006



LUMPUR

pipapipa yang menghunjam jantung bumi
kini mengirim lumpur ke dadaku
dan darahdarah merah segera kuungsikan
entah kemana?
“radioradio aktif
tak dapat mengembalikan
detak jantung”

o, zaman mesin
menjadi zaman lumpur
yang menggaris jutaan mendung
dalam peta kosong
dan hujan tak lagi dari langit
pohonpohon tak lagi tumbuh di tanah
hanya rambutku
yang makin kusut
berserabut di udara.

Surabaya, 2006



MAUT

pagi ini, entah apa namanya?
aku melihat orangorang berlarian
dikejar maut dan
tempat anakanak bermain
menjadi puingpuing gigil
untuk menepis dingin
di bawah langit kusam
kabar laut menumpahkan senyum
yang amat menyakitkan
bagi luka

mayatmayat berbanjar
bagai pindang panggang;
seharusnya aku segera membuang
mayatmayat itu ke laut
atas nama peristiwa
yang segera kulupakan
dan izinkan aku menyertakan
tanggal 27
dalam kafan mayatmayat
agar laut
merendam 27 celaka.

Yogyakarta/Tang Lebun, 2005-2006



TANGGALTANGGAL

masih kuingat tanggaltanggal
bertanda merah, hitam dan putih,
tanggaltanggal yang berduyunduyun
masuk dalam kerongkongan
mirip para demonstran
entah apa yang akan terjadi
bila kuhapal seluruh nama bulan?

angkaangka dalam almanak;
angkaangka masuk di perutku
bagai barisan jangkrikjangkrik
yang memegang senapan
aku merintih
entah karena sakit
atau tanggaltanggal
tengah menjadi duri
dalam tubuhku.

Yogyakarta/Rumah Poetika, 2006



NAMA
-untuk zizi

ratusan kunangkunang
pergi ke matahari
menulis namaku
tuhan yang mirip batubatu bercahaya
memanggilku di tengah malam
bagai kunangkunang kehabisan sumbu.
aku tak memenuhinya
tersebab aku masih mencipta

sayapsayap yang belum patah
ingin kupatahkan
biar kunangkunang terdampar
dan terbakar
agar ia tahu,
dalam hurufhuruf namaku
ada malaikat bertangan kasar;
segera kubuka gerbang langit
yang paling asing.

Malang, 2006



LAUT (1)

atas namaku
ikanikan berkejaran
bersembunyi di balik rongga karang
bila malam tiba
matahari bersembunyi di balik sisik
mengedipkan matanya
pada cumicumi
yang menyetubuhi sunyi
siripsirip berkepak
sepanjang impian dimusnahkan
sepanjang malam menggugurkan firman

atas namaku
karang diukir air garam
dan ikanikan tak pernah asin
lumut menambat tubuh karat
ditabrak kapalkapal
dan sampan layar
kidung dendang dirayakan
agar laut
tak selamanya
menyimpan maut

“mengapa mesti ditakuti?”
aku mencipta maut
yang tampan itu
dengan sangat sederhana;
dari apa yang kau cinta

Yogyakarta/Tang Lebun, November 2006.