Minggu, 18 Januari 2009

Lelaki Tua dan Tas Kresek*

Wayan Sunarta
http://www.sinarharapan.co.id/

Hampir semua penduduk di kota kecil itu, terutama kusir dokar dan penjaja batu akik, mengenal lelaki tua yang suka menenteng tas kresek itu.

Di kalangan kusir dokar, lelaki tua yang tubuhnya masih sehat dan tegap itu, biasa dipanggil Landu. Sedangkan di kalangan penjaja batu akik, lelaki yang topinya hampir tidak pernah lepas dari kepalanya itu, suka dipanggil Ambu.

Begitulah, lelaki yang cenderung pendiam itu, memiliki dua nama kesayangan: Landu dan Ambu. Landu adalah Ambu, dan Ambu tiada lain adalah Landu. Namun, sesungguhnya tak seorang pun penghuni kota yang tahu nama asli lelaki tua yang berwajah bersih namun cenderung melankolis itu. Meski Landu sudah hampir setahun gentayangan di kota itu.

Sebagaimana nama aslinya, tak seorang pun penghuni kota yang tahu apakah Landu memiliki keluarga atau sanak famili. Apakah ia punya anak atau cucu? Apa pekerjaannya? Bahkan rumah lelaki tua itu pun penghuni kota tidak tahu-menahu. Dan memang penghuni kota yang ramah-ramah itu tidak begitu mempersoalkannya. Yang penting Ambu tidak membuat keonaran atau mengganggu ketenteraman kota.

Namun kemisteriusan Landu bukannya tidak mengundang rasa ingin tahu dan penasaran. Mereka tahu lelaki tua yang sudah pantas disebut kakek itu termasuk orang yang sangat baik, ramah, sabar dan santun pada penghuni kota. Misalnya, ketika berpapasan di jalan dengan warga kota, Landu selalu senyum kecil, dan setelah itu dengan tergesa-gesa melanjutnya langkahnya yang panjang-panjang. Tidak banyak cakap, hanya senyum kecil saja. Dan warga kota sudah lama memakluminya. Namun rasa penasaran terhadap sosok Landu telah menghinggapi pikiran-pikiran anak-anak muda kota itu.

Namanya juga anak muda, seringkali suka pada hal-hal yang berbau petualangan dan misteri. Maka beberapa anak muda pernah melacak jejak Landu, untuk sekadar mengetahui di mana lelaki tua itu menghentikan langkahnya dan membuka daun pintu dan disambut oleh cucu-cucunya yang mungkin saja masih kecil-kecil. Namun sayang, kaki Ambu bukannya melangkah ke arah rumah atau yang menyerupai rumah. Dari kejauhan, dengan kecewa anak-anak muda itu melihat Landu menghentikan langkahnya pada sebuah tikungan, dan asyik bercengkerama dengan para kusir dokar.

Di pangkalan dokar itulah Landu biasanya menghabiskan waktunya, hanya dengan ngobrol, atau sekadar mengusap-usap kepala kuda. Dan biasanya, kuda-kuda itu selalu menanti belaian lembut tangan Landu. Pada saat-saat seperti itu tampak darah keayahan Landu mengalir memenuhi wajahnya yang bersih. Dan kuda-kuda itu lebih meyerupai anak-anak yang mengeluh pada ayah karena letih seharian bekerja.

Landu lebih memahami perasaan kuda ketimbang para kusir yang kerjanya hanya melecut dan memaksa kuda-kuda itu bekerja siang-malam. Namun Landu tidak terlalu berani, atau lebih tepatnya tidak sampai hati, menyampaikan keluhan kuda-kuda itu kepada kusirnya. Baginya, kuda dan kusir sama-sama menderita, hanya berbeda peranan saja. Apalagi ketika bemo dan tukang ojek mulai menggeser peranan dokar di kota kecil itu, pendapatan kusir menurun drastis, dan mereka sering pula mengeluh kepada Landu yang dianggapnya lebih bijaksana memandang suatu hal. Dan biasanya Landu akan menampung keluhan mereka dalam diam.

Beberapa anak muda yang masih memeram rasa penasaran belum mau menyerah, ingin mengetahui siapa sebenarnya Landu yang misterius itu. Maka suatu hari, mereka kembali mengikuti jejak Landu. Dan mereka kembali menemui kekecewaan. Mereka tidak pernah menemukan di mana rumah Landu sebenarnya. Mereka hanya melihat jejak Landu berakhir di kerumunan orang yang asyik meneliti batu-batu akik di sebuah pasar kecil.

Ambu sangat menyukai batu-batu akik. Ia suka menikmati warna-warninya, syukur-syukur di antaranya ada yang bertuah, misalnya bisa menyembuhkan suatu penyakit, mengusir roh jahat, atau membuat pemakainya bisa menghilang sesuai keinginan. Namun Ambu belum pernah menemui batu akik yang memiliki khasiat khusus itu. Ia lebih sering menikmati warna-warni batu-batu akik itu yang mengingatkannya pada lukisan-lukisan abstrak milik seorang kawannya.

Penjaja batu akik tidak pernah kesal, meski Ambu tidak pernah membeli sebutir akik pun. Beberapa penjaja batu akik sering mengajak Ambu berdiskusi tentang makna-makna batu akik yang dijualnya. Mereka mengira Ambu seorang tokoh atau penganut aliran spiritual tertentu yang telah mencapai tingkat ilmu tinggi karena wajahnya yang seakan bercahaya itu. Ambu berkali-kali menjelaskan bahwa ia hanya manusia biasa yang tidak memiliki kelebihan apa-apa. Namun, justru sikap rendah hati yang dianggap berlebihan itu malah meyakinkan para penjaja batu akik bahwa Ambu bukan manusia sembarangan. Maka terpaksa Ambu harus meladeni pertanyaan-pertanyaan berbau magis penjual batu akik dengan menjawab sekenanya saja.

Ke mana pun Landu melangkah, tas kresek berwarna hitam selalu setia menemani tangannya. Tak seorang pun tahu apa isi tas kresek itu. Bahkan, ketika Landu lewat di depan segerombolan anak muda pengangguran yang asyik main gitar sambil minum arak, beberapa anak muda malah membuat tebak-tebakan mengenai isi tas kresek itu.

”Ayo, siapa yang tahu, apa isi tas kresek kakek itu!” anak muda setengah gondrong melontarkan tebakan itu.

”Mana kita tahu! Periksa saja sendiri!” jawab kawannya yang bermata sipit.

”Paling-paling juga sirih dan tembakau!” ujar yang bermain gitar.

”Jangan-jangan uang! Siapa tahu kakek itu orang kaya yang lagi menyamar!” ujar anak muda yang lengannya penuh tatto.

”Ya. Bisa jadi ia seorang investor, atau mungkin mantan koruptor yang bersembunyi di kota kita!” kata anak muda kurus berkacamata agak tebal.

Maka begitulah, tak seorang pun tahu apa isi tas kresek warna hitam yang suka ditenteng Landu ke mana-mana itu. Dan sungguh suatu pekerjaan yang tidak ada gunanya menebak-nebak isi tas yang dibawa seseorang. Namun, lambat laun rasa penasaran terhadap isi tas kresek itu sama kuatnya dengan keingintahuan perihal asal-usul lelaki tua aneh itu.

Di luar dugaan, beberapa anak muda yang terkenal bandel dan suka bikin onar di kota itu, merencanakan suatu niat jahat. Mereka akan mencegat lelaki tua itu di jalan sepi dan merampok tas kresek yang suka ditentengnya ke mana-mana itu. Dua anak muda bandel menguntit lelaki tua itu. Mereka mengawasi Landu yang bersiul-siul keluar dari sebuah bank kecil sambil menenteng tas kresek. Keyakinan mereka bertambah kuat bahwa tas kresek itu berisi uang, mungkin jutaan rupiah.

”Apa kubilang! Tas kresek itu pasti berisi uang!” ujar yang bertatto kepada kawannya yang setengah gondrong.

”Bila berhasil merebut tas kresek itu, kita akan kaya dan bisa minum berbotol-botol bir di kafe dengan ditemani beberapa wanita cantik!” sahut kawannya tak kalah seru.

Anak-anak muda bandel itu terus menguntit. Merasa ada yang mengikuti, Landu terus mempercepat langkahnya. Di sebuah pertigaan anak-anak muda bandel itu kehilangan jejak. Merasa buruannya hilang, mereka mengumpat tidak karuan. Yang lengannya bertatto merasa yakin kalau lelaki tua itu memiliki ilmu menghilang.

Namun keberuntungan tidak selamanya berpihak pada Landu.
Maka, pada hari yang naas, ketika Landu sedang asyik menikmati ayunan langkahnya di sebuah jalan kota yang sepi, dua pengendara motor menyambar tas kreseknya. Belum tuntas kagetnya, pengendara motor yang mengenakan helm cerobong telah tancap gas dengan kecepatan yang sulit diikuti mata, apalagi mata tuanya yang agak rabun. Beberapa menit Landu hanya bisa terpana di pinggir jalan yang meninggalkan kepulan debu dari motor yang ngebut itu.

Tubuh Landu merasa lemas. Sembari membetulkan letak topinya yang agak miring, tampak wajahnya penuh kemurungan. Sesuatu yang sangat berharga, seakan melebihi uang jutaan rupiah, telah dirampas oleh pengendara motor itu.
***

Sementara itu, di sebuah tegalan yang jauh dari keramaian, beberapa anak muda dengan harap-harap cemas membelalakkan mata pada tas kresek hasil rampasan. Anak muda yang lengannya bertatto tidak sabaran merobek tas kresek. Beberapa bendel kertas menyembul. ”Setan! Kita telah ditipu. Tidak ada uang!” umpatnya.

Anak muda yang setengah gondrong mencoba mengorek-orek isi kresek, kemudian menggerutu seraya menendang tas kresek hingga kertas-kertas berhamburan ke udara. ”Sialan! Hanya sebendel puisi! Agaknya kita telah merampok seorang penyair. Sialan!”

Kejadian dramatis itu diakhiri dengan lumayan indah oleh anak muda yang berkacamata tebal. Dengan sigap ia menangkap selembar kertas yang melayang-layang di udara, mencoba membaca isinya dengan gaya deklamasi: cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan…sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke mana saja.1***

1 Baris puisi itu berjudul ”Melodia” karya penyair legendaris Umbu Landu Paranggi. Ke mana pun berjalan, penyair ini suka sekali menenteng tas kresek warna hitam yang mungkin saja berisi kertas-kertas puisi.

* Judul ini diinspirasi dari judul novel Lelaki Tua dan Laut karya Ernest Hemingway.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae