Humam S Chudori
http://republika.co.id/
Andika masih duduk mematung di ruang tamu. Ia seperti tak percaya pada peristiwa yang baru saja dialaminya. Untuk ke sekian kalinya ia merasa tidak berdaya menghadapi istrinya sendiri.
Terbayang lagi peristiwa yang belum lama berselang, tatkala lelaki yang tengah memanfaatkan cuti tahunan itu bertanya kepada istrinya yang hendak keluar rumah.
"Mau kemana, Ma?" tanya Andika.
"Kalau mau makan beli saja di warung," kata Menik, ketus.
"Yang Papa tanya...."
"Papa tanya seperti itu kan, ujung-ujungnya akan tanya Mama sudah masak belum?" potong Menik, "Iya, kan?"
"Lawan dong, Pa!" seru Gadis, membuyarkan lamunan papanya.
Ayah tiga orang anak itu tersentak. Ia tidak menduga kalau anak sulungnya sudah ada di ruang tamu.
"Di sini Papa kepala keluarga. Papa pemimpin," tambah Gadis.
Andika tetap diam. Masih duduk mematung di kursi.
"Bukan sekali ini Mama berbuat seperti itu kepada Papa, kan?"
Andika tetap bergeming. Ia sudah tidak ingat lagi, sejak kapan Menik berani bicara kasar terhadap dirinya. Yang diingatnya, Menik mulai berubah perangai setelah sering berkumpul dengan ibu-ibu dalam arisan erwe. Setelah Menik bergaul akrab dengan Monika dan Kurnia.
Sejak akrab dengan kedua janda itu Menik mulai berani melawan Andika. Sebetulnya Andika tak ingin istrinya aktif dalam kegiatan erwe. Namun, ia tak mampu melarangnya. Selain merasa tidak enak dengan Sentot, ketua rw, ia tidak ingin cekcok dengan istrinya.
Andika sadar jika dirinya sudah kehilangan kontrol, bisa melakukan apa saja. Bukan hanya barang pecah belah yang dijadikan sasaran pelampiasan kekesalannya. Melainkan juga tubuh istrinya. Tetapi, itu dulu. Sebelum Menik bergaul akrab dengan Kurnia dan Monika.
Anehnya, setelah Andika tidak pernah marah, kelakuan Menik berubah total, sering menantang suaminya. Apalagi setelah Menik tahu jika kekerasan dalam rumah tangga dapat diajukan ke meja hijau. Andaikata suaminya kembali menyakiti dirinya, ia tidak akan segan-segan memperkarakannya ke pengadilan.
"Coba saja Papa berani kasar seperti dulu lagi," kata Menik, tiap kali Andika berbicara agak membentak, "kekerasan dalam rumah tangga bisa diajukan ke pengadilan lho!"
Setelah mendapat ancaman seperti ini, Andika tak mau lagi meladeni istrinya. Tiap Menik bicara keras, Andika memilih diam. Ia tak ingin terpancing. Ia tak ingin melakukan tindakan konyol, menampar Menik seperti dulu, misalnya.
Andika tidak mau menampar istrinya lagi bukan semata-mata karena takut akan diperkarakan oleh Menik. Melainkan ia tidak ingin Gadis sampai tahu kalau papanya melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya. Andika khawatir Gadis akan mengalami trauma seperti Miranda.
Kakak sulung Andika itu tidak mau menikah hingga akhir hayatnya. Padahal, banyak pemuda yang berusaha mendekati Miranda. Tetapi, perempuan berkulit kuning langsat itu tidak pernah membuka pintu hatinya. Anak sulung Mariman itu selalu menghindar bertemu pemuda yang mengharapkan dirinya. Berbagai upaya dilakukan Mariman dan istrinya, membujuk Miranda agar mau berumahtangga, tapi gagal.
Apabila ada adiknya yang hendak menikah, Miranda tetap bergeming. Ia seperti tidak pernah punya rasa tertarik pada lawan jenisnya.
"Kalau mau nikah, nikah saja, gak usah mikirin kakak," kata Miranda, tiap kali ada adiknya minta izin hendak menikah.
Andika masih diam. Terbayang lagi perlakuan kasar yang dilakukan Mariman terhadap Hartini. Ya, bukan sekali dua kali Mariman memperlakukan istrinya dengan kasar. Bukan hanya dengan bentakan, hardikan, membanting pintu, atau membuat piring dan gelas pecah berantakan. Adakalanya ia melayangkan tangan ke tubuh istrinya. Hingga tidak jarang orangtua perempuan Andika itu kesakitan dan menangis.
Andika tidak tahu sejak kapan sang bapak berlaku kasar terhadap ibunya. Yang pasti, ia sering melihat bapaknya marah-marah. Tidak jarang ia melihat bapaknya membanting piring atau gelas.
Andika pernah melihat ibunya mengiris-iris bawang sambil menangis, tatkala ia pulang sekolah. Namun, Hartini mengatakan dirinya tidak apa-apa.
"Orang kalau mengiris bawang merah ya seperti ini, Nak," aku Hartini.
Sebetulnya Andika tidak percaya pada pengakuan sang ibu, lantaran ia melihat pipi kanan ibunya memar. Tetapi, ia tak ingin mendesak ibunya dengan pertanyaan lain. Ia tidak ingin bertanya kenapa pipi ibunya berwarna merah.
"Memang kalau orang mengiris bawang bisa menangis, Kak?" tanya Andika yang saat itu masih duduk di kelas satu esde, kepada Miranda, "Kok ibu tadi menangis waktu mengirisi bawang merah."
Miranda mengangguk.
"Pipinya juga merah?" desak Andika.
Miranda diam. Ia bingung untuk menjelaskan peristiwa yang dilihatnya ketika adik-adiknya yang lain masih ada di sekolah. Waktu itu, Miranda pulang sekolah agak awal, sehingga ia menyaksikan sendiri sang bapak menampar orangtua perempuannya.
"Betul begitu, Kak?"
Miranda menggeleng.
"Bagaimana pun juga Papa tidak boleh lemah menghadapi Mama. Laki-laki tidak seharusnya seperti Papa," lanjut Gadis, sambil memasang tali sepatu, membuyarkan lamunan papanya.
"Kenapa Papa selalu mengalah sama Mama?" tanya Gadis.
Andika masih diam.
"Kenapa, Pa? Papa takut sama Mama?" desak Gadis.
Andika tetap bergeming.
"Kenapa selama ini Papa tak berani melawan?" ulang Gadis, mencecar papanya, "Papa di rumah ini pemimpin, Pa."
"Iya, papa tahu Nak."
Gadis diam. Andika diam. Hening sejenak.
"Kalau selama ini Papa mengalah bukan tidak ada maksudnya. Bukan Papa takut sama mama kamu. Tapi, Papa justru takut sesuatu terjadi padamu."
Gadis masih diam. Ia belum tahu arah pembicaraan orangtua laki-lakinya.
"Papa takut khilaf, Dis. Bisa saja Papa kalap jika mama kamu seperti itu, diajak ngomong baik-baik jawabannya selalu seperti itu. Nah, kalau emosi Papa tidak terkontrol, lalu papa berbuat sesuatu yang tidak seharusnya tidak dilakukan. Bagaimana?"
"Kalau tindakan itu harus diambil kenapa tidak dilakukan?" desak Gadis, "Yang penting niat Papa bukan untuk menyakiti. Melainkan untuk mendidik agar Mama punya sopan santun. Supaya Mama bisa menghargai Papa."
"Yang Papa khawatirkan...." Andika tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
"Ya, sudah. Tak usah dibahas. Buat apa dibahas kalau memang Papa takut sama Mama," lanjut Andika setelah lama terdiam, "Tidak ada artinya kita bicarakan."
Gadis diam. Mahasiswa semester empat sebuah perguruan tinggi itu tidak habis pikir dengan alasan yang dikemukakan papanya. Namun, ia tak hendak berdebat dengan papanya. Sebab ia sedang bersiap-siap hendak berangkat ke kampus.
Namun ada kala pria tak berdaya
Tekuk lutut di kerling wanita
Terngiang lagi potongan lagu itu di telinga Gadis. Lagu yang sering didendangkan oleh Santi, sahabat Gadis ketika mereka masih sama-sama duduk di bangku SMU. Tanpa berkata apa-apa lagi anak pertama Andika itu keluar rumah. Berangkat kuliah. Menuju ke kampus. Meninggalkan sang papa yang tengah memikirkan perubahan sikap istrinya.
Namun, kali ini bukan hanya perubahan kelakuan istri yang dipikirkan Andika. Melainkan juga perubahan sikap anaknya sendiri.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 01 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar