AS Sumbawi
Ia telah kubunuh. Kuceraikan anggota tubuhnya bagian perbagian. Kemudian potongan-potongan yang masih mengeluarkan darah itu kumasukkan ke dalam kantong plastik hitam.
Puas sudah hatiku. Plong. Apa yang selama ini menjadi obsesi terbesarku telah tercapai. Ia sudah tak berdaya. Tidak menakutkan lagi. Mampus oleh tanganku. Ya, aku tak rela ia mati dengan cara terhormat. Ia tak layak untuk itu. Maka, aku sendiri yang harus membunuhnya. Semua tahu, bahwa mati oleh tangan anaknya sendiri adalah jalan kematian paling hina. Aku yakin semua akan beranggapan bahwa ayahku bejat. Dan aku senang dengan hal itu, karena ia memang bejat.
“Yap, kataku seusai mengikat kantong plastik hitam.
Di kamarnya, darahnya berceceran. Tidak hanya di lantai, tapi juga di dinding, di kasur, di tubuhku dan pakaianku. Ah, nanti saja kubersihkan, pikirku. Ya, aku harus segera menyingkirkan potongan-potongan tubuhnya sebelum ada yang tahu.
*
Aku terkejut ketika kembali. Kulihat ibu duduk di kamar. Kepalanya bertumpu pada lengannya yang menyilang di atas sandaran kursi. Dan jari-jari tangan kanannya memegang sobekan pakaian bajingan itu. Aku mendekatinya.
Ibu mendongakkan kepala. Menatapku tajam. Matanya berkaca-kaca.
“Apa yang terjadi?” katanya. Aku diam.
“Kau membunuhnya?” Aku tetap diam. Ia berjalan mendekat.
“Jadi benar kau membunuhnya?”
“Hei…”
Tiba-tiba ia melayangkan tangannya ke mukaku. Aku hanya diam. Kulihat matanya bertambah merah. Kemudian ia buru-buru pergi.
*
Aku sedang menggulung seprei yang berlumuran darah ketika ibu kembali dengan setimba air dan kain pel. Ketika kutatap matanya, ia buru-buru melengoskan tatapan matanya dariku. Kemudian ia membersihkan darah di lantai tanpa berbicara serangkai abjad pun kepadaku. Sementara aku hanya berdiri menatapinya.
“Cepat. Sebelum adikmu tahu,” katanya tanpa memandang kepadaku.
Segera kubawa seprei dan setimba air yang telah berwarna merah kehitaman itu ke belakang. Kemudian aku kembali dengan setimba air bersih.
“Di mana jenazahnya?” katanya. Ia tak juga menatapku.
“Telah kusingkirkan.”
“Di mana?”
“Tempat yang aman. Ibu tak usah khawatir.”
*
Kamar telah bersih dari darah. Kini, aku tengah memasang seprei. Sementara ibu ada di belakang. Entah, apa yang dilakukannya. Sebenarnya, aku sudah menduga bahwa ibu akan shock dengan apa yang telah kulakukan. Membunuh bajingan yang ditakdirkan sebagai ayahku itu. Aku cukup maklum. Namun setelah lewat sehari-duahari, aku yakin ibu akan kembali bersikap baik kepadaku.
“Yap, selesai sudah,” kataku. Kupandangi kasur sejenak. Tiba-tiba wajah bajingan itu tergambar di benakku. Meronta-ronta kesakitan. Dalam hati aku tertawa. Ya, rasakan.
Aku berjalan keluar. Namun, sebelum mencapai pintu, mendadak aku ingin melihat sekali lagi tempat di mana aku menghabisinya.
Sebenarnya, sudah lama aku ingin membunuhnya. Namun, aku tak pernah mendapatkan kesempatan yang layak. Dan tadi pagi, ketika melihat bajingan itu tidur dan Suasana rumah cukup sepi, tiba-tiba aku merasakan bahwa semuanya seakan mendukungku untuk mewujudkan obsesi terbesarku. Buru-buru aku mengambil sebilah pisau yang cukup besar dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku menghujamkan pisau ke dadanya. Ia tersentak. Meronta-ronta. Matanya menatap taja kepadaku. Aku panik. Segera saja kuhujam pisau ke dadanya sebanyak-banyaknya. Aku tak ingin ini gagal. Dan aku sangat lega ketika ia tak bergerak lagi.
Kemudian kuseret tubuhnya yang kaku bersimbah darah itu ke lantai. Tiba-tiba aku teringat kembali dengan apa yang selama ini sering aku pikirkan. Aku ingin menginjak-injak wajahnya. Menendang kepalanya seperti dalam sepakbola. Membanting kedua tangannya yang kerap memukulku dan memukul ibu. Menghantamkan kedua kakinya yang kerap menendang kami itu ke tembok. Mengodol-odol perutnya yang membuatnya tak peduli pada kehidupan keluarga. Memotong kemaluannya yang sering digunakan dengan pelacur. Menyakiti hati ibu. Dan sebagainya.
*
Sore itu, ibu menyuruhku pergi ke ruang makan dengan perantara adik perempuanku. Di meja makan, Ibu tak pernah menghadapkan wajahnya ke arahku.
*
Sudah dua hari bajingan itu tidak tampak di mataku, di mata ibu, di mata adikku. Tentu saja. aku telah membuatnya mampus. Ya, ia kini tak bisa lagi menyakiti kami. Ia tak bisa lagi memukul kami, menendang kami. Ia juga tak bisa berjudi lagi, menghabiskan uang hasil kerja ibu, tak bisa masuk lagi, dan membawa seorang pelacur ke rumah. seperti yang biasa dilakukannya. Aku cukup senang karena aku telah membebaskan keluarga dari duri dalam daging. Membebaskan ibu dari bajingan itu. namun kini, aku kecewa dengan ibu. Ia selalu melengoskan pandangannya dari tatapan mataku setiap kali kami bertemu. Entahlah. Padahal dulu, aku membayangkan ibu akan bergembira ketika aku menemuinya dengan membawa kabar bahwa aku telah membunuh bajingan itu. ibu akan mengucapkan ribuan terima kasih dan ribuan pujian. Seperti seorang putri yang diselamatkan oleh seorang ksatrian berkuda putih yang gagah berani. Tapi, tak apalah. Barangkali ibu masih perlu waktu.
Ya, seringkali kulihat ibu melamun ketika sedang melakukan pekerjaan. Matanya menerawang jauh. Entah, ke mana pikirannya plesiran. Tapi, aku yakin tak jauh-jauh dari peristiwa itu.
Pernah suatu kali kulihat ibu melamun ketika sedang mengiris bawang merah. Tanpa sadar, ia mengiris jarinya sendiri.
“Ibu!” ingatku. Ibu tersentak melihat jarinya berlumuran darah. Matanya nampak merah. Aku buru-buru mendekatinya dan memegang tangannya. Namun ketika aku hendak menghisap darah di jarinya, ibu mengibaskan tangannya lantas pergi.
Sementara adik perempuanku sering menanyakan perihal ayah kepada ibu. Namun, ibu selalu mengatakan bahwa ayah pergi karena urusan penting. Memang, adik perempuanku itulah yang selama ini yang menjadi kesayangan ayah ketika berada di rumah. ayah kerap mengajak adik perempuanku pergi. Dan ketika pulang, di tangan adik perempuanku pasti ada oleh-oleh.
Sebenarnya, aku tidak setuju dengan jawaban ibu kepada adik perempuanku itu. aku berharap ibu akan berterus-terang kepadanya bahwa bajingan itu telah mampus. Dan sudah sepantasnya ia mati dengan cara tidak terhormat. Mati oleh darah dagingnya sendiri.
*
Kini aku mendekam di penjara. Beberapa hari yang lalu ibu melaporkan perbuatanku kepada polisi. Ia telah menyakiti hatiku. Padahal, ia berhutang budi padaku. Seharusnya ia lebih menyayangiku karena aku telah menyelamatkannya. Karena itulah aku sangat membencinya. Apalagi ia juga maju menjadi saksi dalam persidangan kasusku. Sementara jenazah bajingan itu telah ditemukan oleh polisi dan kini sedang dalam pemeriksaan tim forensik.
Aku juga membenci para wartawan yang seenak udel-nya menuduhku sebagai pembunuh berdarah dingin. Padahal, apa yang mereka tahu. Kehidupan keluarganya sendiri pun mereka barangkali tidak tahu. Apalagi keluargaku. Dan aku yakin palu hakim ada di pihakku. Namun jika sebaliknya, maka palu hakim telah semena-mena kepadaku. Karena aku berbuat kebaikan dengan membunuh bajingan itu.
*
Tadi setelah persidangan, ibu membesukku. Tak seperti biasanya, tiba-tiba saja aku mau menemuinya. Aku tak tega melihat ibu bersedih. Aku sangat menyayanginya. Namun, lagi-lagi aku kecewa padanya. Katanya bahwa ia tak mau aku menjadi buronan dan hidup sengsara dalam pelarian. Makanya ia melaporkanku. Ia berharap setelah keluar dari sini, aku bisa menjadi orang baik. Sembuh. Katanya lagi, semua ini dilakukannya karena ia sangat saying kepadaku.
Ah, bajingan. Mereka semua menganggapku sakit seperti anggapan para dokter jiwa dan psikiater yang tidak valid itu. Psikopat. Namun, aku berharao cepat-cepat keluar dari sini. Aku ingin mengajarkan kebenaran kepada mereka semua. (*)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzieb
A. Azis Masyhuri
A. Dahana
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S Laksana
Aan Frimadona Roza
Aang Fatihul Islam
Abd. Rahman Mawazi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adhy Rical
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adin
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afnan Malay
AG. Alif
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Subagyo
Agus Salim
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Naufel
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Alang Khoiruddin
Alex R Nainggolan
Alfred Tuname
Ali Irwanto
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alvi Puspita
Amandus Klau
Amel
Amien Kamil
Anam Rahus
Andaru Ratnasari
Andong Buku #3
Angela
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Ari Pahala Hutabarat
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Juanda
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Astrid Reza
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Awan Abdullah
Ayi Jufridar
Azyumardi Azra
B Sugiharto
Badrut Tamam
Bagja Hidayat
Bahrul Ulum A. Malik
Bakdi Soemanto
Balada
Bambang kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Baskara T Wardaya SJ
Bayu Agustari Adha
Bayu Ambuari
Beni Setia
Benny Arnas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Berto Tukan
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonnie Triyana
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiarto Shambazy
Buldanul Khuri
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chandra Iswinarno
Cover Buku
D. Zawawi Imron
Dadan Sutisna
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danang Probotanoyo
Danarto
Daniel Paranamesa
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darma Putra
Darwis Rifai Harahap
Dayat Hidayat
Dede Kurniawan
Deepe
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dhewi Susanti
Dian Hartati
Diana AV Sasa
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djunaedi Tjunti Agus
Doan Widhiandono
Doddy Hidayatullah
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Dr Junaidi
Dr. Simuh
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Dwi Wahyu Handayani
Dwicipta
Dyah Ratna Meta Novi
Edeng Syamsul Ma’arif
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Edy Sartimin
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Endhiq Anang P
Endi Biaro
Esai
Eva Dwi Kurniawan
Evan Ys
Evi Idawati
Evieta Fajar
F Rahardi
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatmin Prihatin Malau
Fauzan Al-Anzhari
Fenny Aprilia
Festival Gugur Gunung
Fikri. MS
Firdaus Muhammad
Fransiskus Nesten Marbun ST
Franz Kafka
Free Hearty
Furqon Abdi
Gde Artawan
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Noy
H. Rosihan Anwar
Hadi Napster
Halim HD
Hamdy Salad
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasanudin Abdurakhman
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hastho Suprapto
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendra Sugiantoro
Hendriyo Widi
Henry H Loupias
Heri CS
Heri Latief
Herman Hasyim
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Hesma Eryani
Hikmat Gumelar
Hilyatul Auliya
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humam S Chudori
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idha Saraswati
Idris Pasaribu
Igk Tribana
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Q. Moehiddin
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian koto
Inggit Putria Marga
Irman Syah
Isbedy Stiawan ZS
Ismi Wahid
Istiqomatul Hayati
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jenny Ang
Jihan Fauziah
Jimmy Maruli Alfian
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf A.N
Kalis Mardi Asih
Karkono
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Khawas Auskarni
Khoirur Rizal Umami
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kusno
Kuswaidi Syafi’ie
L.N. Idayanie
Laksmi Pamuntja
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lies Susilowati
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
LP3M Universitas Jember
Lukman Asya
Lutfi Mardiansyah
M Arman AZ
M Hari Atmoko
M. Dhani Suheri
M. Faizi
M. Haninul Fuad
M. Ikhsan
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marlin Bato
Martin Aleida
Marwanto
Maryati
Mas Ruscitadewi
Mashuri
Maya Azeezah
Media: Crayon on Paper
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mestika Zed
Michael Gunadi Widjaja
Michael Ondaatje
Mihar Harahap
Mikhael Dua
Mila Novita
Misbahus Surur
Misranto
Moch. Faisol
Moh. Asy'ari Muthhar
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Farhand Muzakki
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yulius
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mursai Esten
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nanang Fahrudin
Nanang Suryadi
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Novelet
Novianti Setuningsih
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nunung Nurdiah
Nunuy Nurhayati
Nur Ahmad Salman H
Nur Cholish Zaein
Nur Faizah
Nur Hidayati
Nuraz Aji
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurul Anam
Nuryana Asmaudi SA
Ode Barta Ananda
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pameran Lukisan
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Priyambodo RH
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Dachroni
R. Timur Budi Raja
Rachmat H Cahyono
Radhar Panca Dahana
Rahmi Hattani
Rainer Maria Rilke
Rakai
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Rida Wahyuningrum
Ridwan Munawwar
Rilla Nugraheni
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rz. Subagyo
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sastra Pemberontak
SastraNESIA
Sastri Bakry
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Si Burung Merak
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Sjaiful Masri
Sjifa Amori
SLG STKIP PGRI Ponorogo
Soeharto
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Fitri Ana
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Satya Dharma
Sujiwo Tejo
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Suseno
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutirman Eka Ardhana
Suwandi Adisuroso
Suyadi San
Switzy Sabandar
Syah A. Lathief
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syifa Aulia
Sylvianita Widyawati
Tamrin Bey
Tan Malaka
TanahmeraH ArtSpace
Taofik Hidayat
Taufik Alwie
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh LR
Teguh Pamungkas
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Timur Sinar Suprabana
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Wahono
Triyanto triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Ulfatin Ch
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utami Widowati
Veven Sp. Wardhana
W Haryanto
W.S. Rendra
Wandi Barboy Silaban
Wanitaku-wanitaku
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Wayan Supartha
Wendi
Wildan Nugraha
Wishnubroto Widarso
Wong Wing King
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanto le Honzo
Yasraf Amir Piliang
Yeni Mulyani
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yuli Akhmada
Yulia Sapthiani
Yuliarsa
Yunanto Sutyastomo
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar