Senin, 24 November 2008

Aku Tak Rela Ia Mati Terhormat

AS Sumbawi

Ia telah kubunuh. Kuceraikan anggota tubuhnya bagian perbagian. Kemudian potongan-potongan yang masih mengeluarkan darah itu kumasukkan ke dalam kantong plastik hitam.

Puas sudah hatiku. Plong. Apa yang selama ini menjadi obsesi terbesarku telah tercapai. Ia sudah tak berdaya. Tidak menakutkan lagi. Mampus oleh tanganku. Ya, aku tak rela ia mati dengan cara terhormat. Ia tak layak untuk itu. Maka, aku sendiri yang harus membunuhnya. Semua tahu, bahwa mati oleh tangan anaknya sendiri adalah jalan kematian paling hina. Aku yakin semua akan beranggapan bahwa ayahku bejat. Dan aku senang dengan hal itu, karena ia memang bejat.

“Yap, kataku seusai mengikat kantong plastik hitam.

Di kamarnya, darahnya berceceran. Tidak hanya di lantai, tapi juga di dinding, di kasur, di tubuhku dan pakaianku. Ah, nanti saja kubersihkan, pikirku. Ya, aku harus segera menyingkirkan potongan-potongan tubuhnya sebelum ada yang tahu.
*

Aku terkejut ketika kembali. Kulihat ibu duduk di kamar. Kepalanya bertumpu pada lengannya yang menyilang di atas sandaran kursi. Dan jari-jari tangan kanannya memegang sobekan pakaian bajingan itu. Aku mendekatinya.
Ibu mendongakkan kepala. Menatapku tajam. Matanya berkaca-kaca.

“Apa yang terjadi?” katanya. Aku diam.
“Kau membunuhnya?” Aku tetap diam. Ia berjalan mendekat.
“Jadi benar kau membunuhnya?”
“Hei…”

Tiba-tiba ia melayangkan tangannya ke mukaku. Aku hanya diam. Kulihat matanya bertambah merah. Kemudian ia buru-buru pergi.
*

Aku sedang menggulung seprei yang berlumuran darah ketika ibu kembali dengan setimba air dan kain pel. Ketika kutatap matanya, ia buru-buru melengoskan tatapan matanya dariku. Kemudian ia membersihkan darah di lantai tanpa berbicara serangkai abjad pun kepadaku. Sementara aku hanya berdiri menatapinya.

“Cepat. Sebelum adikmu tahu,” katanya tanpa memandang kepadaku.
Segera kubawa seprei dan setimba air yang telah berwarna merah kehitaman itu ke belakang. Kemudian aku kembali dengan setimba air bersih.
“Di mana jenazahnya?” katanya. Ia tak juga menatapku.
“Telah kusingkirkan.”
“Di mana?”
“Tempat yang aman. Ibu tak usah khawatir.”
*

Kamar telah bersih dari darah. Kini, aku tengah memasang seprei. Sementara ibu ada di belakang. Entah, apa yang dilakukannya. Sebenarnya, aku sudah menduga bahwa ibu akan shock dengan apa yang telah kulakukan. Membunuh bajingan yang ditakdirkan sebagai ayahku itu. Aku cukup maklum. Namun setelah lewat sehari-duahari, aku yakin ibu akan kembali bersikap baik kepadaku.

“Yap, selesai sudah,” kataku. Kupandangi kasur sejenak. Tiba-tiba wajah bajingan itu tergambar di benakku. Meronta-ronta kesakitan. Dalam hati aku tertawa. Ya, rasakan.
Aku berjalan keluar. Namun, sebelum mencapai pintu, mendadak aku ingin melihat sekali lagi tempat di mana aku menghabisinya.

Sebenarnya, sudah lama aku ingin membunuhnya. Namun, aku tak pernah mendapatkan kesempatan yang layak. Dan tadi pagi, ketika melihat bajingan itu tidur dan Suasana rumah cukup sepi, tiba-tiba aku merasakan bahwa semuanya seakan mendukungku untuk mewujudkan obsesi terbesarku. Buru-buru aku mengambil sebilah pisau yang cukup besar dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku menghujamkan pisau ke dadanya. Ia tersentak. Meronta-ronta. Matanya menatap taja kepadaku. Aku panik. Segera saja kuhujam pisau ke dadanya sebanyak-banyaknya. Aku tak ingin ini gagal. Dan aku sangat lega ketika ia tak bergerak lagi.

Kemudian kuseret tubuhnya yang kaku bersimbah darah itu ke lantai. Tiba-tiba aku teringat kembali dengan apa yang selama ini sering aku pikirkan. Aku ingin menginjak-injak wajahnya. Menendang kepalanya seperti dalam sepakbola. Membanting kedua tangannya yang kerap memukulku dan memukul ibu. Menghantamkan kedua kakinya yang kerap menendang kami itu ke tembok. Mengodol-odol perutnya yang membuatnya tak peduli pada kehidupan keluarga. Memotong kemaluannya yang sering digunakan dengan pelacur. Menyakiti hati ibu. Dan sebagainya.
*

Sore itu, ibu menyuruhku pergi ke ruang makan dengan perantara adik perempuanku. Di meja makan, Ibu tak pernah menghadapkan wajahnya ke arahku.
*

Sudah dua hari bajingan itu tidak tampak di mataku, di mata ibu, di mata adikku. Tentu saja. aku telah membuatnya mampus. Ya, ia kini tak bisa lagi menyakiti kami. Ia tak bisa lagi memukul kami, menendang kami. Ia juga tak bisa berjudi lagi, menghabiskan uang hasil kerja ibu, tak bisa masuk lagi, dan membawa seorang pelacur ke rumah. seperti yang biasa dilakukannya. Aku cukup senang karena aku telah membebaskan keluarga dari duri dalam daging. Membebaskan ibu dari bajingan itu. namun kini, aku kecewa dengan ibu. Ia selalu melengoskan pandangannya dari tatapan mataku setiap kali kami bertemu. Entahlah. Padahal dulu, aku membayangkan ibu akan bergembira ketika aku menemuinya dengan membawa kabar bahwa aku telah membunuh bajingan itu. ibu akan mengucapkan ribuan terima kasih dan ribuan pujian. Seperti seorang putri yang diselamatkan oleh seorang ksatrian berkuda putih yang gagah berani. Tapi, tak apalah. Barangkali ibu masih perlu waktu.

Ya, seringkali kulihat ibu melamun ketika sedang melakukan pekerjaan. Matanya menerawang jauh. Entah, ke mana pikirannya plesiran. Tapi, aku yakin tak jauh-jauh dari peristiwa itu.

Pernah suatu kali kulihat ibu melamun ketika sedang mengiris bawang merah. Tanpa sadar, ia mengiris jarinya sendiri.

“Ibu!” ingatku. Ibu tersentak melihat jarinya berlumuran darah. Matanya nampak merah. Aku buru-buru mendekatinya dan memegang tangannya. Namun ketika aku hendak menghisap darah di jarinya, ibu mengibaskan tangannya lantas pergi.

Sementara adik perempuanku sering menanyakan perihal ayah kepada ibu. Namun, ibu selalu mengatakan bahwa ayah pergi karena urusan penting. Memang, adik perempuanku itulah yang selama ini yang menjadi kesayangan ayah ketika berada di rumah. ayah kerap mengajak adik perempuanku pergi. Dan ketika pulang, di tangan adik perempuanku pasti ada oleh-oleh.

Sebenarnya, aku tidak setuju dengan jawaban ibu kepada adik perempuanku itu. aku berharap ibu akan berterus-terang kepadanya bahwa bajingan itu telah mampus. Dan sudah sepantasnya ia mati dengan cara tidak terhormat. Mati oleh darah dagingnya sendiri.
*

Kini aku mendekam di penjara. Beberapa hari yang lalu ibu melaporkan perbuatanku kepada polisi. Ia telah menyakiti hatiku. Padahal, ia berhutang budi padaku. Seharusnya ia lebih menyayangiku karena aku telah menyelamatkannya. Karena itulah aku sangat membencinya. Apalagi ia juga maju menjadi saksi dalam persidangan kasusku. Sementara jenazah bajingan itu telah ditemukan oleh polisi dan kini sedang dalam pemeriksaan tim forensik.

Aku juga membenci para wartawan yang seenak udel-nya menuduhku sebagai pembunuh berdarah dingin. Padahal, apa yang mereka tahu. Kehidupan keluarganya sendiri pun mereka barangkali tidak tahu. Apalagi keluargaku. Dan aku yakin palu hakim ada di pihakku. Namun jika sebaliknya, maka palu hakim telah semena-mena kepadaku. Karena aku berbuat kebaikan dengan membunuh bajingan itu.
*

Tadi setelah persidangan, ibu membesukku. Tak seperti biasanya, tiba-tiba saja aku mau menemuinya. Aku tak tega melihat ibu bersedih. Aku sangat menyayanginya. Namun, lagi-lagi aku kecewa padanya. Katanya bahwa ia tak mau aku menjadi buronan dan hidup sengsara dalam pelarian. Makanya ia melaporkanku. Ia berharap setelah keluar dari sini, aku bisa menjadi orang baik. Sembuh. Katanya lagi, semua ini dilakukannya karena ia sangat saying kepadaku.

Ah, bajingan. Mereka semua menganggapku sakit seperti anggapan para dokter jiwa dan psikiater yang tidak valid itu. Psikopat. Namun, aku berharao cepat-cepat keluar dari sini. Aku ingin mengajarkan kebenaran kepada mereka semua. (*)

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzieb A. Azis Masyhuri A. Dahana A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S Laksana Aan Frimadona Roza Aang Fatihul Islam Abd. Rahman Mawazi Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adhy Rical Adi Marsiela Adian Husaini Adin Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afnan Malay AG. Alif Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Subagyo Agus Salim Agus Sri Danardana Agus Sulton AH J Khuzaini Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Naufel Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Alang Khoiruddin Alex R Nainggolan Alfred Tuname Ali Irwanto Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alvi Puspita Amandus Klau Amel Amien Kamil Anam Rahus Andaru Ratnasari Andong Buku #3 Angela Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Ari Pahala Hutabarat Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asep Juanda Asep Salahudin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Astrid Reza Atmakusumah Awalludin GD Mualif Awan Abdullah Ayi Jufridar Azyumardi Azra B Sugiharto Badrut Tamam Bagja Hidayat Bahrul Ulum A. Malik Bakdi Soemanto Balada Bambang kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Baskara T Wardaya SJ Bayu Agustari Adha Bayu Ambuari Beni Setia Benny Arnas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Berto Tukan BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonnie Triyana Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiarto Shambazy Buldanul Khuri Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chandra Iswinarno Cover Buku D. Zawawi Imron Dadan Sutisna Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danang Probotanoyo Danarto Daniel Paranamesa Dareen Tatour Darju Prasetya Darma Putra Darwis Rifai Harahap Dayat Hidayat Dede Kurniawan Deepe Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dhewi Susanti Dian Hartati Diana AV Sasa Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djunaedi Tjunti Agus Doan Widhiandono Doddy Hidayatullah Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Dr Junaidi Dr. Simuh Dwi Cipta Dwi Pranoto Dwi Wahyu Handayani Dwicipta Dyah Ratna Meta Novi Edeng Syamsul Ma’arif Eduard Tambunan Edy Firmansyah Edy Sartimin Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Endhiq Anang P Endi Biaro Esai Eva Dwi Kurniawan Evan Ys Evi Idawati Evieta Fajar F Rahardi F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatmin Prihatin Malau Fauzan Al-Anzhari Fenny Aprilia Festival Gugur Gunung Fikri. MS Firdaus Muhammad Fransiskus Nesten Marbun ST Franz Kafka Free Hearty Furqon Abdi Gde Artawan Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Noy H. Rosihan Anwar Hadi Napster Halim HD Hamdy Salad Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Haris del Hakim Haris Firdaus Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Junus Hasanudin Abdurakhman Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hastho Suprapto Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendra Sugiantoro Hendriyo Widi Henry H Loupias Heri CS Heri Latief Herman Hasyim Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Hesma Eryani Hikmat Gumelar Hilyatul Auliya Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humam S Chudori I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idha Saraswati Idris Pasaribu Igk Tribana Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Q. Moehiddin Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian koto Inggit Putria Marga Irman Syah Isbedy Stiawan ZS Ismi Wahid Istiqomatul Hayati Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Komindo Iwan Kurniawan J. Sumardianta Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jenny Ang Jihan Fauziah Jimmy Maruli Alfian Joko Sandur Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Paket Hemat Jusuf A.N Kalis Mardi Asih Karkono Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Khawas Auskarni Khoirur Rizal Umami Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kusno Kuswaidi Syafi’ie L.N. Idayanie Laksmi Pamuntja Lan Fang Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lies Susilowati Lily Yulianti Farid Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto LP3M Universitas Jember Lukman Asya Lutfi Mardiansyah M Arman AZ M Hari Atmoko M. Dhani Suheri M. Faizi M. Haninul Fuad M. Ikhsan M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marlin Bato Martin Aleida Marwanto Maryati Mas Ruscitadewi Mashuri Maya Azeezah Media: Crayon on Paper Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mestika Zed Michael Gunadi Widjaja Michael Ondaatje Mihar Harahap Mikhael Dua Mila Novita Misbahus Surur Misranto Moch. Faisol Moh. Asy'ari Muthhar Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Farhand Muzakki Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yulius Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Mursai Esten Musa Ismail Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak N Teguh Prasetyo N. Mursidi N. Syamsuddin CH. Haesy Nanang Fahrudin Nanang Suryadi Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Nirwan Ahmad Arsuka Nissa Rengganis Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Novelet Novianti Setuningsih Nu’man ’Zeus’ Anggara Nunung Nurdiah Nunuy Nurhayati Nur Ahmad Salman H Nur Cholish Zaein Nur Faizah Nur Hidayati Nuraz Aji Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurul Anam Nuryana Asmaudi SA Ode Barta Ananda Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pameran Lukisan Pamusuk Eneste Pandu Radea Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Priyambodo RH Prosa Pudyo Saptono Puisi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Dachroni R. Timur Budi Raja Rachmat H Cahyono Radhar Panca Dahana Rahmi Hattani Rainer Maria Rilke Rakai Rakhmat Giryadi Rama Prabu Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Rida Wahyuningrum Ridwan Munawwar Rilla Nugraheni Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rosidi Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rz. Subagyo S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sastra Pemberontak SastraNESIA Sastri Bakry Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Si Burung Merak Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Sjaiful Masri Sjifa Amori SLG STKIP PGRI Ponorogo Soeharto Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Fitri Ana Sri Wintala Achmad St Sularto Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Satya Dharma Sujiwo Tejo Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Suseno Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutirman Eka Ardhana Suwandi Adisuroso Suyadi San Switzy Sabandar Syah A. Lathief Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syifa Aulia Sylvianita Widyawati Tamrin Bey Tan Malaka TanahmeraH ArtSpace Taofik Hidayat Taufik Alwie Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh LR Teguh Pamungkas Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Th. Sumartana Theresia Purbandini Timur Sinar Suprabana Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Wahono Triyanto triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Ulfatin Ch Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Universitas Indonesia Universitas Jember Utami Widowati Veven Sp. Wardhana W Haryanto W.S. Rendra Wandi Barboy Silaban Wanitaku-wanitaku Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Wayan Supartha Wendi Wildan Nugraha Wishnubroto Widarso Wong Wing King Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanto le Honzo Yasraf Amir Piliang Yeni Mulyani Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yuli Akhmada Yulia Sapthiani Yuliarsa Yunanto Sutyastomo Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae